Kamis, 04 Oktober 2012

Hindari Joki Cium Hajjar Aswad di Masjidil Haram


Posisi Hajjar Aswad di Ka'bah Masjidil Haram_dok.Asrul


Labbaik Allah humma labbaik
Labbaik la sharika laka labbaik
Innal hamda
Wan-ni'mata
Laka walmulk
Laa sharika lak.

Pemerintah menghimbau kepada Jamaah haji Indonesia untuk menghindari “joki” mencium Hajjar Aswad, karena ditengarai saat ini banyak terjadi pemerasan.  Sesuai pantauan saya di Tanah Suci, memang banyak “joki” mengajak jamaah untuk mengantar mencium “Hajjar Aswad”. Para joki ini adalah orang Indonesia sendiri yang umumnya tinggal di Makkah, ada mahasiswa, tenaga kerja, orang Indonesia yang sudah tinggal di Makkah, dll. Joki ini juga kadang bekerjasama dan mendekati pimpinan rombongan  jamaah (ketua kloter, ketua kelompok dan ketua regu). Fenomena ini memang menjadi pemandangan umum di Tanah Suci. Sangat kental per”joki”an. Ada yang bekerja perorangan dan juga berkelompok dalam mengantar jamaah untuk mencium Hajjar Aswad. Para joki umumnya dibayar 50 Riyal dan bahkan ada jamaah yang membayar 100-200 Riyal.  

Dalam postingan ini, saya mencoba berbagi pengalaman, Yaa Allah, izinkan saya shar disini dan bukan berarti kesombongan tapi lebih berbagi kepada tamu-tamu-Mu yang lain, guna menghindari per“joki”an, memang sebenarnya tidak perlu pakai joki, cukup berserah pada Allah Swt yang “sangat” kuasa untuk membimbing dan menolong hamba-Nya, Allah Swt sangat dekat dengan kita, terlebih kita sedang memenuhi panggilan-Nya dan berada disekitar Ka’bah-Nya. Subahannallah.

Cium Hajjar Aswad, Mintalah pada Allah Swt.

Kenyakinan akan kekuasaan Allah Swt (tentu harus kuat) yang Alhamdulillah, pada saat saya ke Tanah Suci menjalankan ibadah haji, khususnya dalam mencium langsung Hajjar Aswad (memegang langsung sekaligus menciumnya tidak masuk dalam rukun haji dan juga tidak wajib menciumnya), tapi tidak dipungkiri bahwa semua jamaah haji termasuk saya sendiri sangat menginginkan momentum  ini. Alhamdulillah saat itu berhasil kepala saya ke mulut hajar aswad sambil bertakbir “Bismillahi Allahu Akbar, bahkan sempat lama diposisi tersebut (3x mencium dalam 1x kesempatan), karena dibantu oleh seorang Askar (polisi Arab) yang bertugas di Hajar Aswad, tanpa saya meminta dan membayarnya.

Namun cara dan strategi saat itu bersama sahabat satu kloter saya, Drs.H.Zainal Abidin plus Istrinya mendatangi Masjidil Haram sekitar jam 02.00 dini hari (pikiran saya sederhana waktu itu bahwa bisa saja kurang jamaah, tapi ternyata sama saja banyaknya pada waktu-waktu lainnya....hehehe, sepertinya tidak ada waktu sepi disana, Subahanallah).

Kisahnya begini, dalam perjalanan menuju masjid jalan kaki (pondokan saya dekat dengan Masjidil Haram, belakang Hotel Hilton), ada sekelompok “joki” mendekati teman saya dan nampak sangat akrab, namun ternyata sahabat saya sebelumnya sudah deal untuk pake “joki” mencium Hajjar Aswad. Mereka dan sobat tersebut membujuk saya untuk pakai joki pula, tapi saya tidak bergeming dan tetap ngotot berjalan sendiri dan berserah kepada Allah Swt.

Walhasil, tiba di dekat Ka’bah  tepat posisi utara barat daya, karena saya tidak pakai joki, maka saya berpisah dan sobat plus istrinya langsung menuju Hajjar Aswad dengan jokinya, saya tetap duduk tenang dan shalat sunat syukur dua rakaat dan berdoa, untuk memohon kepada Allah agar dikuatkan dan diberi kelancaran  dalam memenuhi maksud mencium Hajjar Aswad, lebih kurang doa saya begini: “Yaa Allah, bila memang “takdir” dan masuk dalam catatan-Mu diantara hamba-Mu yang mencium batu hitam itu, kabulkan dan bila tidak, maka jauhkan demi kuasa-Mu, karena saya hanya berharap pertolongan-Mu dan beri kesabaran”.
 
Sesudah shalat, saya bergerak dengan tenang menuju Ka’bah dimana posisi Hajjar Aswad tersebut dengan jalan lurus tanpa berbelok, dalam perjalanan tentu banyak desakan, tapi saya abaikan tetap sabar, setiap ada yang akan mendahului, saya persilahkan dan tidak menghambat jamaah lain, terakhir (persis di depan Hajjar Aswad) ada yang menghalangi dengan menarik saya, adalah orang tua, lalu saya persilahkan kedepan, intinya saya sabar dan mengalah (saya anggap sedekah saja). Alhamdulillah tiba juga di mulut Hajjar Aswad dengan kondisi sebagaimana saya ceritakan diatas, bahwa sempat saya berlama-lama disana, karena ditarik dan dijaga oleh polisi Arab, Alhamdulillah....Subahanallah....Allahu Akbar. 

Ternyata setelah saya berbalik hendak meninggalkan Hajjar Aswad, saya melihat kebelakang,  sahabat saya bersama istrinya masih tengah berjuang dengan jokinya mendekati Hajjar Aswad. Selanjutnya saya kembali ke posisi semula untuk menunggu sahabat tadi. Kemudian istri sahabat tersebut menyusul tanpa suaminya,  sempat bingung karena berpisah dengan suaminya. Sang joki hanya terdiam pasrah dan menunggu. Sekita sejam baru ketemuan kembali.

Khusus pekerjaan joki di Tanah Suci ini, juga saya tidak salahkan. karena itu merupakan upaya dalam hidup kehidupan dunia. Wajib berusaha dan tidak wajib berhasil. Tapi saya sarankan Anda para joki, ikhlaslah dalam pekerjaan Anda, jangan memberi patokan “nilai” khusus dalam jasa ini, mintalah dengan seihlasnya dari jamaah. Janganlah bersifat memaksa dan menakut-nakuti jamaah.

Juga berpesan kepada jamaah haji, dari manapun berasal, dalam memenuhi keinginan mencium Hajjar Aswad ini, sebaiknya tidak perlu paksa diri (karena itu tidak wajib) dan kalau tetap berkeinginan mau mencoba, silahkan saja namun tidak perlu pakai “joki”, serahkan sepenuhnya kepada Allah Swt. Kalau berlebih dari sisi fulus cukup sedekahkan saja, itu merupakan alat bantu yang sangat ampuh dimata Allah Swt. Amin. Serta apabila berhasil mencium Hajjar Aswad, tidak perlu sombong dan memanas-manasi jamaah lain yang belum mencium.

Beberapa kiat yang umum dilakukan jamaah haji dalam mencium Hajjar Aswad tersebut, antara lain; dengan mendekat ke multazam. Multazam adalah dinding ka’bah yang terletak di antara pintu ka’bah dan Hajjar Aswad. Setelah mendekat ke dinding, jamaah mulai merangsek perlahan hingga tiba di hajar aswad.  Ada cara lain pula dengan merambat dari arah Rukun Yamani, tekniknya dengan berdiri di Syazarwan dan mulai merambat sedikit demi sedikit hingga tiba di Hajjar Aswad. Syazarwan adalah bagian dari Ka’bah berupa lantai yang berwarna putih yang berada di  bagian bawah Ka'bah. Teknik seperti ini banyak digunakan oleh jamaah. Terbukti hampir sepanjang musim haji, kita dapat melihat orang-orang yang “menempel” di sepanjang Rukun Yamani hingga Hajjar Aswad.

Anda berminat mencobanya? Silahkan! Semoga berhasil.

Selamat dan Sukses Jamaah Haji Indonesia, semoga kembali menjadi Haji Mabrur. Insya Allah. Amin.
 

Best regards,

Owner TrashGoogleBlogs
print this page Print this page

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Gabung Diskusi serta Mohon komentar dengan sopan, jangan SPAM atau SARA. Komentar SPAM atau SARA akan dihapus..Blog ini Bersifat Dofollow, Anda komentar dapat Backlink Otomatis untuk Meningkatkan PR Blog Anda...Terima kasih atas Kunjungan,Salam Sukses....!!!