Sabtu, 07 November 2009

Mengenal Sistem Pengolahan Sampah

Mengenal Sistem Pengolahan Sampah

Rep_by: H.Asrul Hoesein
PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung
a
Sistem sentralisasi adalah pemusatan pembangunan sampah kota di suatu lokasi atau TPA. Sementara sistem desentralisasi adalah membagi tempat pembuangan sampah kota di beberapa TPS (Tempat Penampungan sampah Sementara). Adapun sistem sentra-desentralisasi atau disingkat se-desentralisasi adalah menggabungkan kedua sistem tersebut dengan keberadaan TPA dan TPS.
Penimbunan sampah hanya dengan mengandalkan sistem sentralisasi jelas tidak tepat karena membutuhkan lahan yang sangat luas. Namun, sistem desentralisasi bukan jawaban yang tepat karena volume sampah yang sangat besar tidak akan mampu ditampung oleh TPS yang tersebar di mana-mana. Bahkan, bukan tidak mungkinmalah menyebarkan polusi ke banyak titik di kota tersebut. Oleh karena masing-masing memiliki keunggulan dan mengatasi kendala pengelolaan sampah yang muncul. Adapun kemampuan masing-masing dalam menagatasi kendala yang muncul dalam pengelolaan sampah kota tersebut terdapat hasil survey dibawah ini.

Kendala
Sistem Sentralisasi
Sistem Desentralisasi
Sistem Se-Desentralisasi
1. Luas Lahan Terbatas
TS
TS
S
2. Volume Sampah Sangat Besar
S
TS
S
3. Pengumpulan Sampah Kurang Efektif
TS
S
S
4. Dana Pengelolaan Sampah Terbatas
TS
S
S
5. Kemampuan Teknologi Terbatas
S
TS
S
6. Masyarakat Tidak Koperatif
S
TS
S
7. Masyarakat Tidak Kreatif/Bisnis
S
TS
S
8. Banyak Pengangguran
TS
S
S
9. Dampak Luas
TS
S
S
10. Pemda Tidak Responsif
TS
S
S
Jumlah Yang Sesuai (S)
4
6
10
Keterangan : S=Sesuai TS= Tidak Sesuai
Sistem se-desentralisasi memiliki kemampuan tertinggi dalam mengatasi kendala pengelolaan sampah kota. Dari 10 kemungkinan kendala yang dihadapi dalam pengelolaan sampah kota di kota-kota besar, ternyata sistem se-desentralisasi yang paling mampu mengatasi kendala tersebut. Oleh karena itu, untuk kota-kota besar yang jumlah penduduknya banyak seperti: Jakarta dan kota satelitnya serta ibu kota profinsi lainnya di Indonesia seperti; Semarang, Medan, Makassar, Surabaya, Bandung, Manado, Kendari, dll. Sistem ini adalah yang paling sesuai, seyogyanya sistem tersebut diterapkan secara bertahap untuk membiasakan masyarakat dalam menghadapi era baru pengolahan sampah kota di wilayahnya.
Memilih Sistem Pengolahan Sampah yang Ideal
Sistem se-desentralisasi merupakan sistem yang terbaik untuk Indonesia. Sistem ini bertujuan mengurangi arus sampah ke TPA dengan membagi-bagi pengolahan sampah tersebut di beberapa titik yaitu sebagai berikut:
    1. Pengolahan Langsung Dari Sumber Sampah
    2. Pengolahan di TPS
    3. Pengolahan di TPA
Sumber sampah terdiri dari rumah tangga (RT), pasar sayur dan buah (PS-Sayur), pasar tradisional (PS-Trds), mall dan swalayan, rumah sakit (RS), kantor serta toko. Pada tempat sunber sampah tersebut, pemerintah daerah (pemda) harus membuat aturan (Perda) yang mengharuskan setiap RT, PS-Sayur, PS-Trds, Mall, Swalayan, RS dan Kantor serta Toko untuk mengelola sendiri dengan menggunakan komposter (alat pengelola sampah menjadi pupuk organik/kompos atau disebut Komposter BioPhoskko) sekitar 80-90% sampah organik dan sisanya (sampah an organik) sebanyak 10-20% dari sampah yang dihasilkan selanjutnya di bakar atau di tempatkan pada sebuah kantung (bioplastic) khusus untuk selanjutnya di bawa ke TPA oleh petugas sampah (truk angkutan sampah). Sementara sampah yang laku dijual sebaiknya segera di jual. Selanjutnya, sampah yang tersisa dari masing-masing sumber sampah dibagi dua yaitu 45% di buang ke PK-TPS di lingkungannya dan 45% dibuang ke TPA. Dengan demikian, volume sampah yang awalnya sebesar 700 satuan volume dapat di kurangi menjadi 315 satuan volume ketika masuk ke TPA.
Kota-kota satelit di sekitar Jakarta seperti Bogor, Tangerang, Bekasi, Depok belum memiliki jumlah penduduk sebanyak Jakarta, tetapi masih memiliki lahan pertanian yang luas. Oleh karena itu, kota-kota satelit tersebut sebaiknya berfungsi sebagai penampung (recipiens) produk pengolahan sampah seperti kompos maupun listrik pedesaan dari TPA.
Agar kompos yang berasal dari kota tersebut dapat diserap habis, diperlukan peran penyuluh/perkebunan. Tugasnya adalah menyebarluaskan informasi cara penggunaan kompos dan keuntungannya dibandingkan dengan pupuk kimia. Selain itu pengelolan kompos di TPS dan TPA harus bisa memberikan harga yang minimal sehingga bersaing dengan harga produk kimia.
Manado, Sulawesi Utara- 7 November2009
Info > sekaitan, silakan kontak > 085215497331 > (Komposter BioPhoskko Kencana Bandung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Gabung Diskusi serta Mohon komentar dengan sopan, jangan SPAM atau SARA. Komentar SPAM atau SARA akan dihapus..Blog ini Bersifat Dofollow, Anda komentar dapat Backlink Otomatis untuk Meningkatkan PR Blog Anda...Terima kasih atas Kunjungan,Salam Sukses....!!!