Jumat, 15 Desember 2017

Kelangkaan Energi Dan Potensi Biogas

Fakta dunia dalam merespon kelangkaan energi. Permasalahan energi merupakan permasalahan Global yang pelik. Tak hanya Indonesia yang dipaksa berpikir untuk mengabil langkah strategis, berjangka panjang, berkesinambungan, di seputar masalah kebijakan energi. 


China yang mengonsumsi minyak 6,5 juta bph pada tahun 2004 dan diperkirakan memakai 10,5 juta bph pada tahun 2020, sedang melalukan “revolusi” energi. Juga AS, negeri-negeri Eropa, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang, Thailand, dan India. Mengantisipasi hal yang demikian penggalangan penemuan energi alternative mulai digalakkan seperti tercantum dalam peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006 (Anonim, 2011). 

Menggunakan BBM juga terkendala pada harga. Minyak bukanlah sumber energi yang murah. Sebagai perbandingan untuk menghasilkan listrik sebesar 1 Kwh maka dibutuhkan Rp 2.000 dengan asumsi harga minyak adalah Rp 6.000 per liter. Sedangkan jika memakai gas hanya membutuhkan 10 sen untuk menghasilkan 1 Kwh. 

Sebuah pertanyaan timbul,  mengapa Indonesia justru memakai energi minyak yang notabene lebih mahal daripada gas? Padahal dengan mengimpor 600 ribu barel/hari Indonesia bukanlah negara kaya minyak. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan Arab Saudi sebagai eksportir minyak yang hanya mengeluarkan 20% minyak untuk kebutuhan domestik. 

Adapun beban subisidi untuk minyak tidaklah kecil. Pada APBN tahun 2011 untuk BBM saja butuh subsidi 92,7 trilliun rupiah ditambah dengan subsidi listrik 40,7 triliun rupiah. Sedangkan migas sendiri menyumbang pendapatan sebesar 20% dari APBN atau setara dengan 200 triliun rupiah jika APBN Indonesia 1000 triliun rupiah. Sebauh kenaikan minyak 1 dollar per barel dapat menyebabkan defisit anggaran setengah triliun rupiah. Sebuah tugas bagi pemerintah untuk lambat laun mengurangi subsidi BBM karena Indonesia masih mengalami defisit untuk minyak. Untuk beralih menggunakan gas, butuh infrastruktur yang baik agar distribusi ke masyarakat dapat merata. Namun sayangnya pemerintah belum menyiapkan fondasi pembangunan infrastruktur mulai dari 10-20 tahun yang lalu. Padahal Indonesia bukanlah negeri yang kaya akan minyak. Batubara di Indonesia hanyalah 0,5% dunia saja, untuk gas sebesar 1,7% dan minyak hanyalah 0,3% dari persediaan didunia (Pambudi, 2011).

Mengingat kelangkaan energi seperti BBM , apalagi Negara berkembang seperti Indonesisa, sebagai gambaran kondisi ketersediaan minyak berbahan bakar fosil. Menurut Blueprint Pengelolaan Energi Nasional Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun 2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan akan habis dalam  kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam  kurun waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun.

Bahaya Energi Berbahan Bakar Fosil

Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah satu penyebab terjadinya fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global dan berakibat pada perumabah iklim (climte change). Bahan bakar fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas karbon dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan panas bumi. Hal tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan bumi yang membuat tipis lapisan ozon (O3) (Wahyuni, 2010).

Solusi dengan Biogas

Krisis energi dan kelangkaan energi serta bahaya yang ditimbulkan oleh energi berbahan bakar fosil menyebabkan orang berlomba-lomba mencari energi al-ternatif, ada yang memanfaatkan energi matahari, air, maupun energi angin. Sejauh ini belum dapat ditemukan sumber energi yang benar-benar bisa menggantikan bahan bakar minyak. Dengan ditemukannya biogas dengan kandungannya yang mirip bahkan lebih tinggi dari kandungan-kandungan BBM, seperti kalori, 1 m3 kalori biogas setara dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah dan untuk menghasilkan listrik 1 kwh dibutuhkan 0,62-1 m3 biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak solar. metana dan molekul-molekul lainnya. sedikit tidaknya dapat membantu dalam proses penghematan energi berbahan bakar fosil. Biogas juga sangat cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya. biogas juga mengandung 75% metana (CH4). Semakin tinggi kandungan CH4 bahan bakar, semakin besar kalori yang dihasilkan. Selain itu, potensi biogas sebagai bahan alternative pengganti gas alam karena karaktristiknya sama (Wahyuni, 2010).

Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic, seperti kotaran sapi, kotoran manusia, atau sampah. Di rendam dan disimpan didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Biogas juga dapat terbentuk dalam kondisi alami. Akan tetapi untuk mempercepat dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya gas tersebut. Jika kotoran ternak yang telah dicampur air atau isian (slurry) dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka akan terjadi proses pembusukan aerobik dan anaerobic. Pada proses aerobic diperlukan oksigen dan hasilnya berupa karbon dioksida (CO2) (Setiawan, 2008).

Biogas dan Lingkungan

Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah banyak membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang disungai atau di septik tank, dengan dibangunnya instalasi biogas dapat termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi yang tidak menimbulkan bau yang menyengat. Ampas atau sludge yang merupakan keluaran dari digester biogas dapat diproses kembali menjadi pupuk organic. Biogas yang telah ada minimal dapat mengurangi limbah yang akan mencemari lingkungan (Wahyuni, 2010).

Pada umumnya, out put utama hasil pengolah limbah adalah gas sintesis energi komersial dan produk organic hasil residu proses fermentasi bahan organic. Gas metana yang hampir murni dari proses biogas ini, dapat mensubstitusi energi komersisal baik dalam bentuk gas maupun dalam bentuk cair. Limbah padat dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik atau bahan industry bangunan atau sebagai bahan urugan (Anwar, 2007).

Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan biogas disebut digester. Digester yang selama ini digunakan ada 4, yaitu 1). Reactor kubah tetap (fixed-dome) terbuat dari pasangan batu kali atau batubata/ beton, 2). reactor floating terbuat dari tong/drum/plastik, 3) reactor balon terbuat dari plastik, dan 4). Reactor Fiber glass terbuat dari fiberglass (Wahyuni, 2010).

Potensi Biogas
Setiap kotoran hewan memiliki potensi pada tingkat penyediaan gas dalam Kg berat kotoran (m3) tersebut, seperti kotoran sapi (0,023-0,040), kotoran babi (0.040-0.059), kotoran ayam (0,065-0,116) dan kotoran manusia (0,020-0,028) (Wahyuni, 2010)


Sumber: Klik di SINI.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mari Gabung Diskusi serta Mohon komentar dengan sopan, jangan SPAM atau SARA. Komentar SPAM atau SARA akan dihapus..Blog ini Bersifat Dofollow, Anda komentar dapat Backlink Otomatis untuk Meningkatkan PR Blog Anda...Terima kasih atas Kunjungan,Salam Sukses....!!!