SAMPAH DI INDONESIA SUDAH MEMASUKI STADIUM IV
by: Gerakan Indonesia Hijau.
http://www.dpr.go.id/artikel/terkini/artikel.php?aid=2824
Tingkat pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah di Indonesia, ibarat kanker sudah memasuki stadium IV, hanya mampu diselesaikan dengan amputasi. Kondisi parahnya pengelolaan sampah tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Dana Mitra Lingkungan Sri Bebasari beberapa waktu yang lalu di Gedung DPR RI Senayan Jakarta.
by: Gerakan Indonesia Hijau.
http://www.dpr.go.id/artikel/terkini/artikel.php?aid=2824
Tingkat pencemaran lingkungan akibat pengelolaan sampah di Indonesia, ibarat kanker sudah memasuki stadium IV, hanya mampu diselesaikan dengan amputasi. Kondisi parahnya pengelolaan sampah tersebut diungkapkan Direktur Eksekutif Dana Mitra Lingkungan Sri Bebasari beberapa waktu yang lalu di Gedung DPR RI Senayan Jakarta.
“Ibarat kanker, sampah di Indonesia sudah memasuki stadium IV, harus diamputasi. Secara teknis, sampah di Indonesia harus dikelola dengan mesin pengelola sampah dengan kapasitas satu ton, “ kata Sri Bebasari.
Menurut Sri Bebasari, permasalahan pengelolaan sampah di Bantar Gebang sebenarnya sudah dia ramalkan sepuluh tahun sebelumnya.
“Namun masukan saya dianggap sepi. Ibarat dokter, resep saya diabaikan, justru saran dari dukun – yang murah tapi belum terbukti justru dipakai. Sekarang setelah saran dari dukun gagal, mereka kebinggungan dan minta saya memecahkan masalahnya, “ kata Sri.
Sri menjelaskan harga mesin pengolah sampah tersebut berkisar 1,3 Triliun, dengan biaya operasi yang dibutuhkan sekitar 500 ribu.
“Memang biaya investasi yang diperlukan sangat besar, namun menurut saya langkah tersebut merupakan langkah akhir yang harus kita lakukan, “ tegasnya.
Lebih jauh Sri memaparkan ada lima aspek yang harus diperhatikan dalam pengelolaan sampah yaitu aspek hukum, aspek institusi, aspek pendanaan atau aspek ekonomi, aspek sosial-budaya serta aspek teknologi.
“Kelima aspek itu tidak boleh dilepaskan dalam pengelolaan sampah. Aspek teknologinya misalnya harus dilakukan dengan pendekatan 3 R, reduce, reuse, recycle, sementara pendekatan sosial budaya harus memperhatikan adanya langkah-langkah pemberdayaan masyarakat, “ kata Sri.
Sri yang juga dikenal sebagai pakar di bidang pengelolaan sampah tersebut mengungkapkan impiannya akan adanya Badan Riset Khusus untuk pengelolaan sampah.
“Sebab di beberapa negara lain mereka telah memiliki Badan Riset khusus sampah, “ tambahnya. Bagaimana Indonesia.....?????
0 komentar :
Posting Komentar