Strategi Sun Tzu dan Niccolo Machiavelli
Pada prinsipnya kedua strategi tersebut masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya (namanya tidak ada yang sempurna di dunia ini). Tergantung kita, bagaimana mengapresiasi strategi kuno tersebut ke zaman modern ini. Kenapa demikian karena kalau di telusuri lebih dalam maka kedua strategi tersebut sangat mungkin terpakai sampai dewasa ini. Sun Tzu lebih menekankan pada implementasi strategi perang dan penanganan pasukan. Sedangkan, Macchiaveli lebih ke arah politik dan kekuasaan. Jadi, di antara keduanya enggak bisa dibuktikan siapa yang lebih jago atau siapa yang lebih benar. Intinya menurut saya, kedua strategi tersebut saling terkait diantaranya. Dibawah ini sedikit di jelaskan, siapa Sun Tzu dan siapa Niccolo Machiavelli sebenarnya.
Sun Tzu atau Sun Zi (diperkirakan lahir pada tahun 535 SM) adalah penulis Sun Zi Bingfa (Inggris: Sun Tzu's Art of War), sebuah buku filsafat militer China kuno yang sangat berpengaruh (sebagian besar isinya tidak berhubungan langsung dengan taktik).
Dia juga salah seorang realis paling awal dalam bidang ilmu politik. Sun Tzu bukanlah nama asli, melainkan sebuah sebutan kehormatan seperti halnya Kong Tzu (Konfusius) atau Lao Tzu (Lao Tse). Satu-satunya sumber mengenai kehidupan Sun Tzu yang masih tersisa adalah biografi yang ditulis pada abad ke-2 SM oleh ahli sejarah Sima Qian, yang mendeskripsikannya sebagai jendral yang hidup di negara Wu pada abad ke-6 SM. Namun, biografi ini tidak konsisten dengan sumber-sumber yang lain tentang periode tersebut, dan bentuk dan konteksnya mengindikasikan bahwa biografi ini kemungkinan besar ditulis antara 400 SM dan 320 SM.
Pada tahun 1972, satu set teks ditemukan di kuburan dekat Linyi di Shandong. Ini telah membantu mengonfirmasi teks yang telah diketahui sebelumnya, dan juga menambah bab-bab baru. Teks tersebut diperkirakan ditulis antara 134 SM-118 SM , sehingga meruntuhkan teori lama yang menyatakan bahwa sebagian buku ini ditulis lebih belakangan. Sun Pin, keturunan Sun Zi, juga menulis teks yang berjudul Art of War (Seni Perang), walaupun mungkin judul yang lebih cocok adalah Art of Warfare (Seni Peperangan) karena lebih membahas sisi praktis peperangan . Sedikitnya satu penerjemah menjudulinya The Lost Art of War (Seni Perang yang Hilang), karena buku ini, dalam waktu yang lama, memang hilang.
Buku ini juga menjadi salah satu buku strategi militer tertua di dunia dan banyak memberikan pengaruh dalam perencanaan strategi militer baik Dunia Timur maupun Barat, taktik bisnis, dan banyak lagi. Buku yang ditulis sekitar tahun 400—320 SM ini pertama kali diperkenalkan di Jepang pada tahun 716—735 M. Sementara itu, di Eropa, buku ini diperkenalkan oleh Jean Joseph Marie Amiot, yang menerjemahkannya ke dalam bahasa Perancis. Kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris oleh Kapten E. F. Calthrop, seorang kapten berkebangsaan Inggris.
Siapa Niccolo Machiavelli ?
Niccolo Machiavelli adalah salah seorang philoshopher dan artis dari masa Renaissance di Eropa dulu. Dia lahir di Florence , Italy sekitar tahun 1469. Dulunya Italy itu belum seperti sekarang, jadi masih terpecah-pecah dan Florence sendiri adalah negara kerajaan yang kemudian berubah menjadi Republik. Selain philosopher, dia juga seorang pegawai pemerintahan dengan tugas khusus untuk menangani masalah kebijaksanaan luar negeri. Nah dari tugasnya inilah Machiavelli mendapat inspirasi untuk menulis buku filsafatnya yang paling terkenal yaitu "The Prince", karena dia sempat diutus ke Perancis untuk menangani masalah dengan pemerintahan disana. Ketika itu dia melihat bagaimana seorang raja/pangeran memerintah sebuah negara yang sangat luas (wilayah kekuasaan Prancis pada waktu itu masih sama dengan wilayahnya sekarang ini). Dan ketika dia pulang ke Florence , dia menyaksikan sendiri kekejaman seorang raja dalam soal merebut kekuasaan. Dari sinilah dia merasa kalau kekuasaan sebuah negara itu tergantung kekuatan tentaranya. Dia lalu memaksa pemerintah Florence untuk merubah negara republik tsb menjadi negara militer dan permintaannya itu dikabulkan. Dia juga diangkat menjadi kepala militer tsb. Dia lalu mencoba kekuatan tentaranya dengan merebut kota Pisa , dia memimpin sendiri penyerangan tsb dan tanpa disangka ternyata ekspedisi tsb berhasil dengan gemilang. Tapi karena ekspedisi tsb, Pope Julius II (yang menyuruh Michaelangelo untuk melukis gambar2 dari Alkitab di atap The Sistine Chapel) yang merupakan pemimpin kerajaan Holy Roman Catholic merasa cemas, jadinya dia memutuskan untuk menyerang Florence. Akibat perang tsb, Machiavelli disingkirkan dari jabatannya dan dituduh sebagai biang kerok dalam rencana kudeta keluarga Medici yang merupakan pemimpin Florence setelah perang itu. Dia mengaku tidak bersalah selama dipenjara, dan akhirnya ketika dia dibebaskan, dia memutuskan untuk tinggal diluar kota Florence . Pada waktu inilah dia memulai buku "The Prince" dan "Discourses on The First Ten Books of Livy".
Maksudnya dia menulis buku ini adalah sebagai paduan dalam membuat dan mempertahankan suatu prinsip, supaya dapat membantu rakyat walaupun tidak secara langsung. Machiavelli teringat bagaimana Perancis dapat berjalan dengan baik dalam kepemimpinan seorang pangeran. Karena bukunya inilah Maciavelli diangkat kembali menjadi menteri di pemerintahan Florence . Dia terlibat lagi dalam peperangan bersama Pope Julius II, tetapi ketika dia kembali Florence sudah menjadi Republik kembali. DAn dia kehilangan jabatannya lagi, dia lalu jatuh sakit dan akhirnya meninggal pada tahun 1527.
Di Eropa dia dianggap sebagai bapak filsafat-sejarah dan pencipta political-science berdasarkan pengalaman sejarah. Dia juga diingat melalui tulisan-tulisan sejarah dan politik, cerpen-cerpen, dan komedi. Dan pada jaman sekarang ini setiap seseorang yang menggunakan taktik-taktik tidak baik untuk merebut kekuasaan politik biasanya disebut Machiavellian dan pandangan mereka disebut Machiavellianism. Dalam buku The Prince dia menjelaskan ttg cara-cara merebut kekuasaan dan bagaimana cara mengontrolnya, dengan tidak mempedulikan etika moral dan aturan.
Kalau mau tahu lebih jelas Siapa Niccolo Machiavelli ? langsung pergi saja ke websitenya klik di sini.
Bagaimana Aplikasi Sun Tzu dan Machiaveli Situasional.
Tapi, kalau harus memilih dua ajaran/faham tersebut. Ajaran Sun Tzu itu lebih universal karena dapat berlaku kapan saja dan dimana saja. Sedangkan, paham Machiaveli hanya berlaku untuk situasi dan kondisi politik tertentu saja. Karena pada prinsipnya, Macchiaveli mengajarkan prinsip 'otolitarianisme' dan 'monarchy absolute' dalam manajemen politik dan kekuasaan. Hal ini terlihat jelas di dalam bukunya yang berjudul "Il Principe" ("The Prince"), buku ini mengajarkan segala taktik-taktik dan kiat-kiat seorang penguasa untuk menguasai dan mempertahankan kekuasaannya. Taktik-taktiknya efektif tapi sangat kejam dan bahkan banyak ahli filsafat dan politik lain yang menilai buku karangannya 'imoral'. Prinsip Macchiaveli mungkin saja berhasil atau 'works' pada zaman abad pertengahan dimana pada saat itu paham aristokrasi masih merupakan trend, tapi belum tentu bisa diimplementasikan di zaman modern seperti sekarang.
Satu lagi kelemahan pada ajaran Macchiaveli dibanding Sun Tzu adalah Macchiaveli sangat tidak mengenal istilah 'win-win solution' dan selalu mengejar 'win-lose solution' dimana dalam pahamnya ditekankan untuk mengejar kemenangan lewat jalan apapun. Sedangkan dalam Sun Tzu, dikatakan bahwa : "Ciri-ciri seorang panglima yang baik adalah dapat menaklukkan musuh tanpa berperang."
Namun penerapan Machiavelli itu kalau dilihat sepintas sepertinya bersifat imoral dan diktatorsip. Sebenarya kalau dilihat atau di analisa lebih lanjut semuanya itu tergantung dengan manusianya sendiri yang menggunakan taktik tersebut. Seperti dikatakan Machiavelli di The Discourses : "Human appetites are insatiable, for by nature we are so constituted that there is nothing that we cannot long for, but by fortune we are such that of these things we can attain but few." Jadi sebenarnya dia menulis buku2 itu sebagai acuan dan penglihatan kedalam sifat manusia sendiri yang sebenarnya tidak puas dengan memiliki sesuatu yang merupakan miliknya, tetapi dia juga menginginkan sesuatu yang bukan merupakan miliknya.
"Mankind in general judge more by their eyes than by their hands, for all can see the appearance, but few can touch the reality. Everyone sees what you seem to be but few discover what you are."
Oh yah, satu hal mengenai Sun Tzu adalah cara pandangannya terhadap perang sebagai sesuatu yang bukan hanya layak diterapkan tetapi juga patut untuk dipelajari. Jadi ketika dia menulis buku "The art of War" dia bukan saja menerapkan taktik2 perang di dalam buku itu tetapi dia juga mengajak pembacanya untuk memahami lebih lanjut tentang arti perang (hidup) itu sendiri.
Sun Tzu itu seorang 'millitary strategist' atau 'tactician'. Dalam bahasa Mandarin, jabatan ini namanya cin se. Dalam susunan militer zaman dulu (terutama di Tiongkok), biasanya seorang komandan di dalam suatu pasukan didampingi oleh ahli strategi. Seorang commander biasanya tidak banyak berperan dalam menyusun strategi, karena peran mereka yang utama adalah menjadi pemimpin di garis depan.
Dan memang benar. Untuk menjadi seorang pejabat sipil biasanya seseorang harus belajar berbagai ilmu seperti filsafat, sejarah sampai sastra. Sedangkan untuk menjadi 'millitary strategist' ditambah lagi dengan bacaan ilmu seni berperang [rul-tagStrategiSunTzu-ramadhan2009]
0 komentar :
Posting Komentar