Jadilah Sosok Berbeda
Didikan keluarga yang salah akan berperan besar dalam mewariskan kepada anak-anak sifat yang suka ikut-ikutan dan tidak memiliki pendirian. Lebih lanjut, hal itu berperan besar pula dalam upaya menjadikan pribadi anak mirip sekali dengan pribadi ayah atau ibunya.
Sebagai contoh, seorang ayah berusaha keras untuk menjadikan anaknya mirip betul dengan apa yang ia kehendaki atau paling tidak, mirip seperti dirinya. Ia menghendaki anaknya agar mirip dengan dirinya dalam hal pandangannya mengenai masa depan, gaya berpikirnya, dan perilakunya secara umum.
Sosok ayah seperti diatas tidak mengetahui atau bahkan tidak menginginkan anaknya memiliki pribadi yang independent, yaitu sosok pribadi yang sangat berbeda denganpribadi ayahnya. Ia bahkan tidak mendukung anaknya dengan pribadi yang independent. Ia justru ingin menentang dan mengubah kepribadian anaknya dengan kepribadian sang orang tua. Hal ini merupakan permasalahan besar yang menimpa sosok generasi-generasi baru. Hal ini menyebabkan mereka terombang-ambing, kehilangan pegangan, dan tidak memiliki kepercayaan diri. Akibatnya justru anak itu tidak mampu menjadi sosok pribadi yang diinginkan kedua orang tuanya.
Problem kita adalah kita tidak menghargai bahwa masing-masing kita memiliki kepribadian yang berbeda-beda satusama yang lain. Ada perbedaan individu yang sangat besar diantara kita. Semua itu merupakan bakat dan cirri khas pribadi masing-masing. Setiap individu memiliki kepribadian masing-masing yang harus kita pahami. Kita tidak boleh meminta seseorang agar memakai kepribadian orang lain.
Problem utama yang sering timbul adalah kenyakinan orang tua yang menyatakan bahwa suatu keberhasilan hanya terbatas pada bidang tertentu saja. Seumpamanya, setiap orang tua menghendaki anak-anaknya agar menjadi dokter, apoteker, insinyur, dan lain sebagainya. Berawal dari hal itu, setiap orang tua mendorong anak-anaknya hanya pada salah satu dari bidang-bidang tersebut tadi. Tanpa memandang kecenderungan dan kemauannya. Begitu pula sebagian besar orang menyakini betul bahwa cirri khas yang menggambarkan keberhasilan hidup bagi seseorang adalah terdapat pada ketaatan, keteraturan,komitmen, dan seterusnya.
Hal yang harus dimengerti orang tua itu bahwa keberhasilan dan kegagalan adalah suatu hal yang sangat relative. Terkadang kegagalan di bidang tertentu, bisa jadi sebagai jalan menuju keberhasilan dalam bidang lain. Kenyakinan para orang tua itu bukanlah syarat yang memastikan seseorang akan berhasil, juga bukan suatu halyang mutlak kebenarannya, bahkan terkadang sebagiannya boleh jadi mengarah kepada kegagalan. Apalagi sebagian besar orang tua telah mempelajari kenyakinan itu dari orang lain. Terkadang terlalu berlebihan dalam mendidik anak agar berperilaku sesuai dengan kenyakinan itu, justru dapat mengarahkannya kepada kegagalan.
Mengapa Anda tidak membiarkan anak Anda sesuai dengan kemauannya dan tidak berdasarkan kemauan Anda. Anda harus memahami bahwa anak Anda adalah sosok yang berbeda yang tidak lebih baik dan lebih buruk dari pada anak lain. Hanya saja, memang anak Anda pasti berbeda dari yang lain. Hal itu kalau Anda biarkan maka anak Anda akan mudah cemas ketika ia tumbuh dewasa kelak karena ia terbiasa membandingkan dirinya dengan orang lain, sebagaimana ia dahulu pelajari dari kedua orang tuanya. Lebih lanjut, hal ini akan menjadikan sang anak tidak merasa puas sama sekali dengan keadaan dirinya. Akibatnya ia selalu merasa diselimuti kecemasan, kesusahan, dan kesedihan. Ia juga akan kehilangan kepercayaan diri karena ia akan mengerjakan apa yang orang lainingin kerjakan. Keinginan itu bukan berasal dari keinginannya pribadi atau dorongan perasaannya.
Rasulullah saw. Bersabda,”Janganlah kalian ikut-ikutan, para sahabat bertanya,’Apa arti Imma’ah wahai Rasulullah?’ Rasulullah saw menjawab, saya bersama orang-orang jika orang-orang berbuat baik, maka sayapun berbuat baik. Jika mereka berbuat zalim, maka sayapun berbuat zalim, melainkan aturlah dirimu sendiri. Jika orang-orang berbuat baik hendaknya kalian ikut berbuat baik, namun bila mereka berbuat buruk maka janganlah kalian ikut-ikutan zalim (berbuat buruk).” (HR at-Tirmidzi).
Pribadi orang yang gemar ikut-ikutan adalah pribadi yang suka menempel dan lemah, padahal disatu pihak, Islam membutuhkan sosok muslim yang berkepribadian kuat dan independent serta sosok pribadi yang istimewa dan lain daripada yang lain. Anda harus memiliki jalan hidup sendiri. Jangan mengambil jalan hidup orang lain. Anda boleh mirip dengan orang lain hanya dalam hal kebaikan dan ketaatan, namun jangan berupaya mirip dengan orang lain selain Anda.
Mari membangun pikiran positif kita…Sukses untuk Anda!
1 komentar :
Ass.Alaikum, terima kasih atas tulisan diatas, cukup menambah wawasan saya dalam masalah ini, tolong gabung juga di blog saya unt saling shar...Salam
Posting Komentar