oleh: PT. Cipta Visi Sinar Kencana,
Perw. Sulawesi Selatan
3R atau Reuse, Reduce, dan Recycle hingga kini masih menjadi cara terbaik dalam mengelola dan menangani sampah dengan berbagai permasalahannya karena perbedaan karakteristik maupun lokasi. Penerapan sistem 3R (reuse, reduce, dan recycle) menjadi salah satu solusi pengelolaan sampah di samping, mengolah sampah dengan memanfaatkannya sebagai sumber listrik (PLTSa) , atau pembangkit listrik tenaga sampah.
Justru pengelolaan sampah dengan metode 3R (Reuse Reduce Recycle) dapat dilaksanakan oleh setiap orang dalam kegiatan sehari-hari. Hal berbeda dengan metode pembakaran (insinerator) bagi pembangkitan turbin sebagai tenaga membangkitkan listrik (PLTSa) , diperlukan prasyarat antara lain besaran investasi, skala proyek, kelayakan ekonomi antara jumlah energi bagi pembakaran dengan output energi listrik yang dihasilkan serta ketersediaan sumberdaya lain (air, jumlah minimal sampah) dan karakteristik sampahnya. Logika umumnya, pembakaran sampah dengan komposisi terbesar anorganik (non degradable material) seperti kertas, karton, plastik dan sejenisnya tentu akan lebih sedikit membutuhkan energi bakar ketimbang dengan kebutuhan membakar sampah dengan komposisi terbesarnya organik (sisa makanan, sayuran, dan organik lainnya) . Dengan dasar itu, kelayakan metode di suatu negara tidak serta merta cocok dan feasible diterapkan di negara kita.
3R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Dan Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Daur ulang adalah proses untuk menjadikan suatu bahan bekas (seken) menjadi bahan baru dengan tujuan mencegah adanya sampah yang sebenarnya dapat menjadi sesuatu yang berguna, mengurangi penggunaan bahan baku baru, mengurangi penggunaan energi, mengurangi polusi, kerusakan lahan, dan emisi gas rumah kaca (GRK) jika dibandingkan dengan proses pembuatan barang baru.
Daur ulang adalah salah satu strategi pengelolaan sampah padat yang terdiri atas kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemrosesan, pendistribusian dan pembuatan produk atau material bekas pakai, dan komponen utama dalam manajemen sampah modern dan bagian ketiga adalam proses hierarki sampah 3R (Reuse, Reduce, and Recycle) .
Material yang bisa didaur ulang antara lain terdiri dari sampah kaca, plastik, kertas, logam, tekstil, dan barang elektronik. Upaya ini telah dilakukan CVSK misalnya mendaur ulang Mesin cuci (seken) di Singapura, Malaysia dan Jepang yang pada umumnya nampak masih bagus, tetap saja dikatagorikan sebagai sampah. Demikian juga Tong HDPE ( High-density polyethylene) di sekitaran pabrik tekstil - pada awalnya adalah sampah - biasa digunakan sebagai kemasan bahan kimia impor.
Kedua jenis sampah itu, direkayasa ulang (Reuse) , misalnya pada tong HDPE- ditambahi lobang aerasi dan instalasi pemipaan dengan hitungan cermat akan kapasitasnya menghasilkan sistim aerasi, menjaga porositas material organik, menjaga temperatur dan PH di dalamnya, sehingga dengan itu bisa dihitung bagi pemberian lingkungan mikro untuk perkembangan bakteri pengurai. Dan, dengan peranan aneka mineral dalam penggembur (bulking agent) akan mampu mengkondisikan lingkungan mikro (temperatur mesofilik 30 sd 60 derajat C, PH Netral 6-7, kelembaban 40 sd 60 % dan asupan oksigen maksimal) akan kondusif bagi bekerjanya mikroba probiotik (bakteri aktinomycetes- spesies aktinomyces naeslundii, Lactobacillus spesies delbrueckii, Bacillus Brevis, Saccharomyces Cerevisiae, yeast, fungi and Cellulolytic Bacillus Sp) . Konsorsium bakteri itu ada di pasaran dengan nama aktivator Green Phoskko® (GP-1) bermanfaat dalam melumat (RECYCLE) aneka bahan organik.
Dengan perbaikan tampilan, barang sampah (mesin cuci seken dan tong HDPE) jadilah produk baru, bermanfaat membuat kompos atau dikenal komposter. Efektif digunakan oleh rumah tangga dan pehobbies tanaman dan pertamanan dalam peranannya mereduksi dan mengurangi (REDUCE) material penyebab bau busuk dan penimbul cairan lindi, yang dinamakan sampah organik. Sayangnya, di pasaran seringkali didapatkan keluhan, penyimpangan dari keharusan membuat kompos secara cepat dan higienis, karena mungkin peniruan tanpa penguasaan dasar ilmu mikrobiologi- ada ke tidak sesuaian spek alat, jenis serta karakter bakteri didalam aktivatornya. Hati-hati dengan peniruan alat ini karena akan merugikan diri sendiri, karena mikroba tidak akan bekerja sesuai fungsinya**)
Catatan: Untuk kab/kota di Indonesia, yang membutuhkan konsep (presentasi) pengelolaan sampah berbasis komunal (menuju zero waste) bernilai ekonomis.....silakan hubungi kami 085215497331 atau 0411-2686031 atau email kami di hasrulhoesein@gmail.com.
2 komentar :
wah..salut sekali..memang sampah masih sangat menjadi perhatian dan masalah bagi semua kota. baik sampah Rumah tangga maupun sampah umum. krn sampah juga menyebabkan banjir.
kristi - smg
Sobat @ Kristi....Tq sdh mampir dan atensinya...Mari kelola sampah sejak dari hulu (rumah/dapur masing2).....sebarkan virus "perubahan paradigma" tentang kelola sampah ini...Salam Hijau.....Sukses
Posting Komentar