Add captionKeberadaan Bugis di Malaysia_dok.Asrul |
Setelah Raja Bugis menerima utusan dari Raja Sulaiman, pasukan Bugis terus datang dengan 7 buah kapal perang menuju ke Riau. Raja Kechil telah dikalahkan di Riau dan melarikan diri ke Lingga dalam tahun Hijrah 1134. Sebagai balasan, Raja Sulaiman telah menyetujui permintaan Raja Bugis dimana mereka menginginkan supaya raja-raja Bugis ditunjuk sebagai Yamtuan Besar atau Yang Di-Pertuan Muda, untuk memerintah Johor, Riau and Lingga secara bersama jika semuanya dapat ditaklukkan.
Setelah Bugis berhasil menawan Riau, Raja Sulaiman kemudian pulang ke Pahang, sementara raja Bugis pula pergi ke Selangor untuk mengumpulkan bala tentara dan senjata untuk terus menyerang Raja Kechil. Selama peninggalan tersebut, Raja Kechil telah merebut kembali Riau saat raja Bugis masih berada di Selangor.
Setelah mengetahui Riau telah ditawan oleh Raja Kechil, Bugis terus kembali dengan 30 buah kapal perang untuk merebut kembali Riau, saat dalam perjalanan menuju ke Riau, mereka telah menawan Linggi (sebuah daerah di Negeri Sembilan) yang dikuasai oleh Raja Kechil. Setelah Raja Kechil mendapat tahu akan penangkapan itu, beliau telah datang ke Linggi untuk menyerang balik.
Pehak Bugis telah terpecah dimana 20 buah dari kapal perangnya melanjutkan perjalanan menuju ke Riau dan dipimpin oleh 3 orang dari mereka. Raja Sulaiman telah datang dari Pahang dan turut serta memberikan bantuan untuk merebut kembali Riau. Dalam peperangan ini mereka telah merebut kembali Riau dimana kemudian Raja Sulaiman dan Bugis telah mendirikan pemerintah bersama.
Setelah mengetahui penangkapan Riau tersebut, Raja Kechil kembali ke Siak karena beliau juga telah gagal merebut kembali Linggi dari tangan Bugis. Hingga kini Linggi telah dihuni turun-temurun oleh keturunan Bugis dan bukan daerah Minangkabau.
Pada tahun 1729, Bugis sekali lagi menyerang Raja Kechil di Siak dimasa Raja Kechil ingin memindahkan alat kebesaran Kerajaan Johor (Sebuah Meriam) ke Siak. Setelah mengambil kembali kebesaran Kerajaan tersebut, Raja Sulaiman kemudian ditabalkan sebagai Sultan Johor dengan membawa gelar Sultan Sulaiman Badrul Alam Shah yang memerintah Johor, Pahang, Riau, and Linggi.
Sultan Sulaiman telah menunjuk Daeng Marewah sebagai Yamtuan Muda Riau. Kemudian adiknya Tengku Tengah pula dikawinkan dengan Daeng Parani yang mana telah mangkat di Kedah saat menyerang Raja Kechil disana. Seorang lagi adik Sultan Sulaiman Tengku Mandak dikawinkan dengan Daeng Chelak (1722-1760) yang ditunjuk sebagai Yamtuan Muda II Riau 1730an. Kemudian anak Daeng Parani, Daeng Kamboja ditunjuk menjadi Yamtuan Muda III Riau (yang juga memerintah Linggi di Negeri Sembilan).
Anak Daeng Chelak, Raja Haji diangkat sebagai Yamtuan Muda IV Riau dimana beliau telah hampir dapat menawan Melaka dari tangan Belanda dalam tahun 1784 tetapi akhirnya beliau meninggal setelah ditembak dengan peluru Lela oleh Belanda di Telok Ketapang, Melaka. Baginda telah dikenal sebagai Al-Marhum Telok Ketapang.
Dalam tahun 1730an, seorang Bugis bernama Daeng Mateko yang berbaik dengan Raja Siak mengacau ketertiban Selangor.
Ini membuat Daeng Chelak datang ke Kuala Selangor dengan angkatan perang dari Riau. Daeng Mateko terkalahkan kemudian ia lari ke Siak. Dari semenjak itulah daeng Chelak selalu bolak-balik dari Riau ke Kuala Selangor. Lalu menikah dengan Daeng masik Arang Pala kemudian dibawa ke Riau.
Ketika Daeng Chelak berada di Kuala Selangor penduduk Kuala Selangor memohon kepada beliau agar terus menetap di situ saja. Walau bagaimana pun Daeng Chelak telah menamakan salah seorang dari putranya yaitu Raja Lumu datang ke Kuala Selangor. Waktu inilah datang rombongan anak buahnya dari Riau memanggil Daeng Chelak pulang ke Riau dan mangkat pada tahun 1745.
0 komentar :
Posting Komentar