Selama hampir tiga dekade, kita terlena dengan segala kemudahan, dan ketersedian dari pupuk kimia. Secara berangsur kesuburan tanah berangsur menurun. Karena sebagian besar petani kita adalah petani keturunan yang tidak begitu paham atas ekosistem tanah yang merupakan hal yang paling penting untuk menunjang kesuburan tanah. Kalau tanahnya subur apapun tanamanya pasti hasilnya akan lebih baik.
Pupuk Kimia “Anorganik” Merusak Struktur Tanah
Penggunaan pupuk anorganik ( kimia ) dalam waktu lama dan terus menerus mengakibatkan :
·Sifat Fisik Tanah Memburuk.
·Tanah Menjadi Padat, keras pada saat musim kering.
·Terjadi Penimbunan Residu Bahan Kimia.
·Mikro Biologi Tanah mejadi tidak seimbang.
·Ekosistem Mikro Biologi terganggu.
Hal di atas ini kita bisa rasakan setelah hampir tiga puluh tahun, pemakaian pupuk kimia, kadar bahan organik tanah berkurang, ketingkat yang yang sangat kritis. Kadar bahan organik dalam tanah merupakan kunci utama untuk kesehatan tanah secara fisik, kimia dan biologi.
Pemakaianan pupuk buatan sudah diperkenalkan secara masal, besamaaan dengan pelaksanaan program intensifikasi Bimas sejak tahun 1960 an. Sebelum itu petani biasa mengunakan pupuk kandang dan abu dapur dalam jumlah yang terbatas.
Dengan pemakaian bibit unggul yang didukung oleh karakter tanah yang pada saat itu masih relative subur ( kaya bahan organic ), maka pupuk buatan ( pupuk anorganik / Kimia ), seperti Urea, TSP dan KCl memberikan sumbangan nyata terhadap peningkatan produktifitas padi nasional.
Sejak itu petani menggunakan pupuk buatan untuk tanaman padi dan pekebunan lainya dan perlahan mengesampingkan pupuk organik, karena lebih mudah dalam hal pengaplikasian, dan ketersedianya sangat mencukupi. Responnya terhadap tanaman dapat dengan jelas kelihatan dengan kasat mata. Disanalah masyarakat mulai percaya akan pupuk kimia/anorganik ini, namun semua itu semu karena sesungguhnya pupuk anorganik tersebut merusak struktur tanah serta menurunkan derajat kesehatan manusia itu sendiri. Sebenarnya hal ini sungguh ironis, karena sesungguhnya hal ini para penyuluh pertanian (baca; pemerintah) tau kondisi ini, tapi kenapa dibiarkan?
Back to Natural “petani Indonesia back to organic”
Dalam hal ini mungkin pemerintah baru sadar dan mulai tanggap serta berupaya untuk mengajak dan keluar dari penomena kerusakan struktur tanah pertanian yang diakibatkan oleh pemakaian pupuk berbahan kimia yang terus menerus. Diharapkan kepada unsur pemerintah terkait , khususnya penyuluh “lapang” pertanian dan perkebunan agar dengan “jujur” sampaikan kepada masyarakat “petani Indonesia” bahwa pupuk anorganik itu berbahaya bagi struktur tanah serta berdampak negative terhadap kesehatan. Dan segera kembali kebiasaan masa lalu menggunakan pupuk yang ramah lingkungan yaitu pupuk organik, yang sesungguhnya mudah diperoleh karena berada disekitar petani atau konsumen itu sendiri.
Pemerintah telah mencanangkan untuk tahun 2010, mengajak / menggalakan “ Revolusi Hijau” agar pertanian berubah ke cara yang lebih ramah lingkungan ( Organik ).
Dengan tujuanya diantaranya :
·Memperbaiki struktur tanah.
·Mengurangi konsumsi pemakaian pupuk kimia.
·Meningkatkan Produksi hasil tanaman.
·Menjadikan petani lebih Mandiri
Sifat “ Humus “ dari bahan organik, adalah :
·Gembur, meningkatkan porositas tanah.
·Kelembaban yang tinggi mampu mengikat air lebih banyak.
·Warnannya Hitam mampu manjaga temperature tanah lebih stabil.
·Meningkatkan kegiatan jasad Mikro Organisme dalam tanah.
·Pencampuran dengan mineral lain memberikan struktur tanah yang gembur, sehingga mudah diolah.
Struktur tanah yang demikian merupakan, keadaan fisik tanah yang baik untuk media pertumbuhan tanaman. Tanah yang bersrtuktur Liat, Pasir, dan Gumpal, bila dicampur dengan bahan organik, akan memberikan sifat fisik yang lebih baik. Tanah yang kandungan bahan organiknya tinggi akan lebih mudah untuk diolah, tidak membentuk kerak (Crust) dan tidak merekah besar (Crack) jika kekeringan dan mempunyai kekerasan yang rendah. Memperbaiki Struktur tanah, harus di lakukan dengan penambahan unsur berbahan dasar organik, ke tanah pertanian agar kesuburannya bisa kita kembalikan secara bertahap, yang pada akhirnya untuk meningkatan hasil pertanian agar Swasembada beras seperti pada sekita tahun 80 an. Mari kita peduli kondisi ini, sukseskan Indonesia Go Organik, semata demi mensejahterakan serta memandirikan masyarakat Indonesia.
Sukses Indonesia go Organic…..
0 komentar :
Posting Komentar