Setiap Orang Shaleh Butuh Kaya (2)
Oleh : H.M.Anis Matta, Lc. Sekjen Partai Keadilan Sosial
Ceramah ini disunting menjadi enam bagian (posting) merupakan salah satu dari ceramah Bapak Udstaz Anis Matta, Lc ketika Jaulah di Pakanbaru Riau, dan disunting melalui mitra blogger, klik di sini, ini sekedar ide semoga bermanfaat dan menjadi bahan untuk dijadikan motivasi, renungan atau sekaligus bisa didiskusikan, meski ada Ikhwah yang mengatakannnya Anismismi (ajaran anis) yang terkesan glamour dan konsumtif... tapi sekali lagi ini adalah sekedar ide, tapi saya selaku penulis diblog ini, sepakat dengan Pak Anis Matta, walau kami akan berusaha mengajak Pak Anis untuk mendiskusikan di blog ini demi dapatnya qta mampu mengimplementasi tentang hal ini [posting kedua dari enam posting]
Ikhwah sekalian Saya ingin bicara 3 point supaya kita lebih terarah dalam soal uang.
Pertama, Mengapa Islam menyuruhkita kaya Kedua, Mencari penjelasan tentang mengapa kita miskin Ketiga, Bagaimana kita mulai merekonstruksi kehidupan financial kita. Ibnu Abid Duni menjelaskan beberapa alasan tentang mengapa kita semua diperintahkan menjadi kaya dalam Islam itu. Alasan Pertama, karena harta itu tulang punggung kehidupan. Makanya orang kalau punya harta punggungnya rada bungkuk sedikit. Antum lihat orang-orang Amerika kalau datang ke sini tegap-tegap semua kan , karena punya duit. Pejabat-pejabat keuangan kita kumpul di CGI tunduk-tunduk semua, karena mau pinjam duit. Allah mengatakan “Janganlah kamu berikan harta- harta kamu kepada orang-orang bodoh (orang-orang yang tidak sehat akalnya) yaitu harta harta yang telah Allah jadikan kamu sebagai yang membuat punggung tegap”. Jadi Hidup kita tidak normal begitu kita tidak punya uang. Kita pasti punya banyak masalah begitu kita tidak punya uang.
Alasan kedua, peredaran uang itu adalah indicator keshalehan atau keburukan masyarakat. Apabila uang itu beredar lebih banyak ditangan orang- orang jahat maka itu indikasi bahwa masyarakat itu rusak. Apabila uang itu beredar di tangan orang- orang shaleh maka itu indikasi bahwa masyarakat itu sehat. Masyarakat Indonesia ini rusak salah satu indikasinya karena karena orang- orang shalehnya sebagian besar adalah para fuqara wa masakin. Ahlul Masjid dinegeri ini terdiri atas fuqara wa masakin. Bahkan sebagian besar orang mungkin mengunjungi masjid bukan karena benar- benar ingin ke Masjid, melainkan karena tidak punya tempat untuk dipakai mengaktualisasikan diri. Antum lihat orang- orang tua yang dating kemasjid biasanya orang yang kalah dalam pergulatan social. Kalau dia tentara, biasa setelah pension baru dia ke masjid. Kalau dia pedagang biasanya setelah dia bangkrut baru dia ke masjid.
Rasulullah SAW mengatakan “ Sebaik- baik uang itu adalah uang yang beredar diantara orang- orang shaleh”’ Jad Apabila kita yang ada disini tidak mengendalikan uang yang ada di Riau, itu adalah tanda- tanda yang tidak bagus. Kenapa? karena kalau uang itu berada ditangan orang- orang shaleh maka uang itu akan mengalir di saluran- saluran yang baik. Kalau ibu- ibu disini dibagikan 1 Milyar kira- kira uang itu akan diapakan. Buat daftar belanjanya. Antum bias lihat semuanya itu belanja kebaikan. Pertama, pasti akan dipakai untuk potongan partai. Coba lihat anggota DPR, begitu jadi anggota dewan yang pertama potongan buat partai.
Waktu itu ada teman dari Golkar dan PPP, “Itu dana konstituen diapakan?” Kita jawab itu tidak lewat kita, melainkan langsung ke Dapil (Daerah Pemilihan). Uang yang masuk ketangan orang shaleh pasti mengalirnya di kebaikan juga. “Kalau gajinya berapa dipotong? Kalau di Golkar Cuma 2,5 juta per bulan dipotong”. Kalau di PKS itu bias 50 sampai 60 % dipotong. Jadi antum lihatdaftar belanjanya orang shaleh. Kedua, untuk rihlah, kemungkinan itu pergi umrah atau menghajikan keluarga atau naik haji sendiri.
Bapak- bapaknya pun kalau punya uang 1 Milyar, tidak jauh- jauh dari situ juga; infak buat partai, menyenangkan keluarga, dan operasional pribadi untuk dakwah pribadinya juga. Semuanya di jalur kebaikan. Bila ada kenikmatan, tidak mungkin dia pergi judi. Tidak mungkin juga dia pergi ke tempat prostitusi, paling- paling dia cari jalur halal.
Tapi coba sebaliknya, kalau uang itu beredar ditangan orang jahat, larinya juga pada kejahatan. Salah seorang saudara saya cerita, waktu itu ada seorang kaya sangat kaya di daerah Indonesia. Orangnya masih hidup sekarang. Dia punya private jet. Saking kayanya, dia suka main judi ke London. Pesawat private jet itu jenis Boeing. Jadi kalau pergi dia membawa rombongan, biasanya dia parker disana 1 minggu atau 2 minggu. Itu kalau parker, kan bayar. Selama dia main judi, dia persilahkan teman- temannya yang ingin pakai pesawatnya, seperti layaknya meminjamkan mobil. Sekali main, biasanya bias rugi samapai 5 juta dollar, meskipun kadang- kadang untung 8 juta dollar. Sekali waktu mereka main kesana, sudah beberapa hari kangen dengan Nasi Padang. Dia bilang ke Pilotnya tolong ke Singapore beli Nasi Padang terus balik lagi ke London. Begitulah cara mereka mengunakan uang.
Kalaupun orang kaya itu muslim, tidak berjudi, tapi dia tidak punya visi dakwah, dan dia tidak punya visi dakwah, dan tidak hidup untuk satu misi besar dalam hidupnya, dia pasti akan menggunakan uangnya untuk kesenangan pribadi, seperti perhiasan dan seterusnya. Saya punya kawan, kalau dia pakai seluruh perhiasannya kira- kira sekitar 2 juta dollar di badannya, cincinnya 1 juta dollar. Mobilnya ½ juta dollar, jam tangannya bias sampai 2 milyar. Adalagi temannya kira- kira punya 200-an jam tangan. Sebuah jam tangan itu harganya kira- kira 2 milyar.
Lebih buruk lagi, kadang- kadang orang kaya yang tidak baik memakai uangnya untuk memerangi kebeikan. Itulah yang terjadi ketika orang- orang Yahudi memegang kendali keuangan dunia. Maka dari itu menjadi kaya itu bagi kita adalah satu keharusan, untuk mengembalikan keseimbangan social, kehidupan ditengah- tengah kita.
Ketiga, terlalu banyak perintah syariah yang hanya bisa dilaksanakan dengan uang. Antum lihat 5 rukun Islam, Syahadat tidak pakai uang, sholat tidak pakai uang, puasa tidak pakai uang tapi zakat dan haji pakai uang. Kalau 200 ribu orang umat Islam Indonesia tiap tahun pergi haji. Rata- rata mengeluarkan 5000 dollar, coba antum kalikan berapa banyak uang yang beredar untuk melaksanakan satu ibadah. Belum lagi Jihad. Jadi kita tidak bias berjihad kecuali dengan uang. Misalnya kita di Indonesia sekarang mau pergi ke Palestina untuk pergi berperang, tenaga kita tidak diperlukan karena tenaga sudah cukup dengan ada yang disana. Rasul Mengatakan “Siapa yang menyiapkan seorang bertempur maka dia juga dapat pahala perang”.
Jadi banyak sekali perintah- perintah Islam yang memerlukan uang. Waktu Rasulullah SAW hijrah ke Madinah, diantara hadits- hadits pertama yang beliau smapaikan pada waktu itu adalah Afsussalam wa ath’imu tho’am. Jadi mentraktir itu tradisi nabawiyah. Sering- seringlah mentraktir karena itu perintah Nabi, dan ini turunnya di Madinah pada saat menjelang mihwar daulah. Kira- kira di jaman kita inilah, di mihwar dakwah sekarang. Washilul arham dan sambung dhilaturrahim. Antum akan melihat nanti di akhir penjelasan saya nanti bahwa cirri- cirri orang maju itu salah satunya adalah kalau belanjanya dalam 3 hal lebih besar daripada belanja kebutuhan lauk- pauknya, salah satunya belanja komunikasi. Jadi kalau biaya pulsa kita lebih tinggi itu indicator yang baik. Itu artinya silahturrahim kita jalan. Jangan missed call, suruh orang telpon balik.
Keempat, Karena harta itu adalah hal- hal yang dibanggakan oleh manusia sehingga menentukan strata social. Antum akan lebih berwibawa dan didengar orang kalau punya uang. Apabila tidak punya uang, biasanya kita juga biasanya jarang didengar oleh orang. Misalnya dalam keluarga. Antum bersaudara ada 7 orang. Kalau kontribusi financial antum dalam keluarga itu tidak banyak dan bila antum satu- satunya da’I dalam keluarga, dakwah antum juga kurang didengar oleh keluarga. Karena disamping ingin mendengarkan nasihat yang baik orang juga ingin mendapatkan uang yang banyak. Hadiah- hadiah pada hari lebaran, infaq- infaq dan seterusnya dan itu biasanya melancarkan dakwah kita.
Saya hadir pada suatu waktu di sidang Ikatan anggota Parlemen Negara- Negara OKI. Setiap kali ada waktu bertanya yang paling pertama diberi kesempatan bertanya itu utusan dari Arab Saudi, sedangkan utusan dari Negara miskin seperti Maroko atau Tunisia biasanya tidak dapat giliran, kalau bukan sendiri yang angkat tangan. Masalah harta ternyata juga berpengaruh pada hal- hal seperti itu.
Pada tahun 1994 saya ke Jerman. Dua tahun baru selesai kuliah, disana saya bertemu dengan salah seorang ikhwah pengusaha yang punya beberapa supermarket disana. Dia datang menemui saya memakai Mercy. Saya protes kepada dia dengan semangat dakwah dan jihad, antum itu tega pakai Mercy, saudara-saudara antum di Palestina disana masih berjuang, antum hidup di Jerman ini pakai Mercy bagaimana ceritanya. Dia bilang nanti saya jelaskan, antum ikut saya saja dulu. Saya diajak keliling supermarketnya dulu. Orang itu memang kaya. Sudah keliling dia bilang, di Jerman ini kalau kau ingin ketemu seorang direktur, begitu kamu parkir mobil nanti direktur itu suruh sekretarisnya tengok dia itu pakai mobil apa. Jika kau tidak pakai Mercy nanti sekretarisnya bilang Direktur sedang tidak ada. Kalau kau pakai Mercy kau disambut baik-baik oleh mereka. Mercy ini wajib disini. Itu hal- hal yang dibangga-banggakan oleh manusia. Dan itu berkali- kali disebutkan dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu sebagai Muslim saya ingin didengarkan orang, apalagi kita sebagai da’I kita perlu punya wibawa didepan orang. Sebagian dari wibawa itu juga dibentuk oleh kondisi financial kita (bersambung)
Minggu, 30 Agustus 2009
Setiap Orang Shaleh Butuh Kaya (2)
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar