Lebah Madu_rul |
Karakter mulia pada pribadi seseorang atau sering disebut dengan manusia yang berkepribadian, atau dalam bahasa sederhana yang lebih luas sering dikatakan sebagai manusia yang ber- adab. Atau dalam bahasa pergaulan dikatakan manusia beretika dan manusia yang bersopan santun.
Dalam zaman modern, ketika manusia otaknya semakin dibikin sibuk dngan berbagai macam kesibukan ilmu dan teknologi, maka manusia modern kehilangan waktu untuk membangun kepribadiannya. Apalagi zaman serba cepat yang dibantu dengan bantuan komputer yang super cepat, manusia sering tidak mampu untuk menggunakan alat itu untuk membangun pribadi yang lebih mulia dan beradap, namun sering hanyut mengikuti bujukan hawanafsunya untuk selalu dan selalu bersikap salah, salah dan salah dan akhirnya menjadi robot-robot bernyawa. Ibarat tanah-tanah hidup yang bergentayangan kesana kemari dengan aktifitas yang tidak berkwalitas dan merusak diri serta merusak lingkungannya.
1. Manusia yang ber-Etika benar kepada Allah.
Membangun karakter dapat dimulai dengan menyadarkan manusia, bahwa dirinya adalah makhluq ciptaan Allah SWT dan memiliki kewajiban beribadah kepada Allah SWT. Para orangtua-lah yang harus menyadarkan bayi-bayi yang dilahirkannya untuk memahami kenapa anaknya lahir di dunia dan untuk apa dia dilahirkan. Beberapa firman Allah yang perlu direnungi antara lain, yang artinya
.
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. (QS. 23:12)
Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). (QS. 23:13)
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (QS. 23:14)
.
Manusia yang memiliki etika dan sopan santun kepada Allah Tuhan yang telah menciptakannya tentu akan berusaha bersyukur dan berterimakasih kepada Allah, nikmat-nikmat Allah yang dicurahkan kepada mereka menjadi daya dorong untuk rajin beribadah kepada Allah, rajin mendidik diri untuk mengetahui petunjuknya dan rajin mendidik diri untuk menjalankan perintah-Nya dan menjaui larangan-Nya.
Zaman modern, zaman penuh teknologi canggih, banyak muncul manusia-manusia atheis, sebuah bukti bahwa banyak manusia modern yang tidak beretika dan tidak punya sopan santun kepada yang telah menciptakannya. Bagi Allah hal tersebut tidak merugikan sama sekali namun akan menjadi kerugian yang besar bagi diri manusia sendiri.
.
Dan kepunyaan Allah-lah apa yang di langit dan yang di bumi, dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; bertaqwalah kepada Allah. Tetapi jika kamu kafir maka (ketahuilah), sesungguhnya apa yang di langit dan apa yang dibumi hanyalah kepunyaan Allah dan Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. (QS. 4:131)
Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan (iman)mu dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain.Kemudian kepada Tuhanmulah kembalimu lalu Dia memberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang tersimpan dalam (dada)mu. (QS. 39:7)
.
Dan (ingatlah juga), takala Tuhanmu mema’lumkan:”Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (QS. 14:7)
Dan Musa berkata:”Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”. (QS. 14:8)
Mendidik anak-anak kita untuk tekun beribadah dan mengetahui aturan-aturan yang ada dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah adalah wujud syukurnya para Orang tua kepada Allah. Bila para orang tua sudah bisa mendidik anak-anaknya untuk belajar aturan-aturan Allah dan Rasulnya, dan anaknya telah nampak bersemanat untuk beribadah kedaNya, itu semua adlah wujud nyata bahwa anaknya memiliki sopansanukepada Allah Tuhan yang telah menciptakan mereka. Ketinggian, iman dan amal sholihnya serta ketaqwaannya kepada Allah adalah ukuran kemuliaan karakter seorang manusia.
.
2. Beretika dengan sesama manusia
Sikap mulia yang harus segera nampak pada seorang anak manusia adalah sikap sopan santun kepada orang tuanya. Sikap Mulia kepada orang tuanya adalah jalan pertama membangun sikap mulia kepada orang lain.
.
Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula).Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila ia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdo’a:”Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku da kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku.Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri”. (QS. 46:15)
Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibubapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (QS. 31:14)
.
Sering dikatakan orangtua-lah yang “ mengukir” jiwa dan raga seorang anak. Bila orang tua sudah memiliki kepribadian yang mulia dan tinggi, maka tangung jawab yang pertama adalah diarahkan kepada anak-anaknya. Orang tua yang sholih dan sholihah dan perpendidikan biasanya akan pula memiliki anak-anak yang memiliki pribadi yang sama. Karena orang tua akan mengajari degan teliti dan telaten setiap langkah yang dilakukan oleh anak-anak dalam kehidupan sehari-hari.
Berbahagialah para orang tua yang tidak membiarkan anak-anaknya bergaul dengan sumber-sumber kejahatan, baik dalam pergaulan dengan manusia atau pula sarana-sarana kehidupan semacam SIARAN TELEVISI dan MULTIMEDIA HIBURAN yang berisi dengan campur aduk antara kebaikan dan kejahatan. Jiwa yang masih rapuh dapat dipastikan lebih suka menempuh jalan-jalan yang disenangi hawa nafsu. Dan bila diperbuat maka dipastikan sopan santun dan etika anak tersebut akan jatuh dan menjadi manusia berkwalitas sopan-santun yang rendah dan hina sebagaimana tingkah laku binantang yang tidak berhati-dan berakal.
.
Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya.Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25:43)
atau apakah kamu mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami.Mereka itu tidak lain, hanyalah seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat jalannya dari binatang ternak itu). (QS. 25:44)
.
Bila manusia telah suka di tempat-tempat yang rendah, maka dapat dikatakan manusia telah turun derajad. Dan pasti sifat-sifat mulia yang dimilikinya akan terhapus dan akan tergantikan dengan sifat-sifat buruk yang akan merugikan bagi dirinya dan bagi orang lain. Dan ini semua menjadi sumber kesusahan dan kekacauan pergaulan diantara manusia.
.
Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas. (QS. 3:112)
.
Bila manusia sudah menolak sumber-sumber keselamatan dan kebahagiaan, tentu akan mendapatkan hal ang sebaliknya, yaitu kesulitan, kesusahan dan siksaan.
.
3. Beretika kepada Alam Lingkungan
.
Alam raya sungguh amat luas tak terbatas, namun hingga saat ini ilmu manusia belum menemukan tempat sejenis bumi yang dapat ditempati oleh manusia, atau manusia belum juga dapat menciptakan pesawat ruang angkasa yang membawa manusia kesana.
Para ahli sudah memprediksi, bila perilaku manusia tetap saja seperti sekarang ini, menggunakan alam, meng-ekplorasi alam untuk bermewah-mewah memanjakan diri di dunia ini, dan milyaran manusia yang diatas bumi ini bergerak kearah yang sama, yaitu ingin hidup bermanja-manja, bersenang-senang tanpa batas. Maka bumi kan menjadi hunian yang tidak lagi nyaman bagi umat manusia.
Para ahli sudah sering membuat animasi-animasi apa yang terjadi jika segala ekosistem di bumi menjadi rusak, dalam bahasa mudah mereka mengatakan, manusia bisa memproduksi dan memiliki berbagai macam sarana-sarana kemewahan, namun kemewahan itu tidak ada gunanya karena tidak lagi nyaman di huni.
Bukti-bukti awal sudah nampak mengemuka dihadapan umat manusia. Secara materiil misalnya, sudah sering terjadi kebakaran hutan akibat musim kering yang sangat ekstrim, atau badai yang menghancurkan dengan banjir dan tanah longsor. Atau badai salju yang melumpuhkan. Secara nyata Es di kutup-kutup dunia benar-benar telah mencair dan telah pula banjir akibat pasang naik air laut sudah semakin sering terjadi.
Ada lagi keanehan yang kontradiktif dan menggelikan. Masih ada-ada saja di hari ini orang-orang yang memasang sesaji kepada sesuatu yang tidak jelas dengan tujuan agar alam tidak rusak, karena mereka menyangka bahwa kerusakan alam ini dilakukan oleh makhluq-makluq ghaib. Sehingga dengan sesaji yang diberikan itu kerusakan alam lingkungan dapat teratasi.
Namun disisi lain lagi manusia tetap saja mengkonsumsi budaya serakah, budaya mengumbar hawa nafsu dan budaya merusak lingkungan. Sungguh kebodohan yang bertumpuk-tumpuk yang pasti kerusakan-kerusakan itu akan terus berjalan dan tidak memiliki jalan keluar dan jalan penyelesaian.
Yang telah merusak alam adalah manusia, dan pasti yang akan menderita akibat buruknya juga mansia, sebagaimana firman Allah
.
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS. 30:41)
.
Ketika manusia kehilangan etika kepada Allah Tuhan Sang Maha Pencipta maka dua hal lagi, yaitu etika kepada sesama manusia dan etika kepada alam lingkungan menjadi rusak dan kacau balau. Karena kerusakan tersebut mengakibatkan pula kerusakan jiwa yang berkepanjangan bagi umat manusia dan manusia kemudian menjadi manusia-manusia yang berlepribadian rusak dan kacau balau.
Dapat disimpulkan, bahwa yang bisa memperbaiki keadaan kekacauan di zaman hari ini pada masing-masing manusia adalah, dengan menyadarkan manusia kembali kepada tujuan yang sebenarnya tentang terciptanya manusia di alam dunia dan di bumi ini.
Ref: mta-online.com
0 komentar :
Posting Komentar