Perlukah BUMN pupuk bangun pabrik baru itu?
Bisnis.com.Jumat, 16/01/2009. Pemerintah telah mencanangkan program Go Organic 2010 berupa peningkatan penggunaan pupuk organik sebagai penyeimbang pupuk kimia, guna mengembalikan tingkat kesuburan lahan pertanian.
Pentingnya pemanfaatan sarana produksi pertanian berwawasan lingkungan itu telah disosialisasikan kepada petani sejak beberapa tahun lalu.
Upaya pemasyarakatan pupuk organik antara lain dilakukan melalui penyaluran dengan harga subsidi Rp1.000 per kg dari harga normal Rp1.500 per kg, diantaranya Jawa Timur pada 2008 memperoleh alokasi 70.000 ton yang disalurkan oleh PT Pertani (Persero) dan PT Sanghyang Seri (Persero).
Sementara PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) tahun ini memproyeksikan penyaluran pupuk organik bersubsidi sebanyak 450.000 ton. BUMN itu telah merintis pengoperasian empat pabrik pupuk organik di Sumsel dan di Pulau Jawa berkapasitas 3.000 ton per tahun per unit pabrik dengan merek dagang Organik Pusri Plus, dan akan diperluas lagi mencakup di Jatim ditargetkan berdiri sedikitnya 30 unit pabrik serupa. Sebagai penyeimbang pupuk anorganik, kebutuhan produk pupuk organik mencapai jutaan ton per tahun.
Alokasi urea bersubsidi saja tahun ini, secara nasional ditetapkan 5,5 juta ton, dari tahun lalu 4,8 juta ton.
Besarnya kebutuhan pupuk organik di masa mendatang mestinya menjadi berkah bagi produsen skala kecil menengah, termasuk 100 industri berlokasi di Jatim.
Sektor usaha tersebut telah lama menghasilkan pupuk organik dalam bentuk granul berbahan baku kotoran ternak, jerami, limbah tanaman, blotong. Penjualannya masuk pasar bebas.
Menurut Sekjen Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Hartono, produk pupuk organik tentu mendapatkan respon positif dari petani, asalkan mampu meningkatkan volume panen dan harganya terjangkau.
"Kalau pupuk organik cocok bagi tanaman pangan dan mudah diperoleh, petani tentu mau menggunakannya," ujar pria asal Lumajang itu.
Terancam gulung tikar
Tetapi industri kecil menengah (IKM) bidang pupuk organik itu justru terancam gulung tikar. Mengapa demikian? Rupanya meluasnya pengoperasian pabrik pupuk organik skala kecil yang dioperasikan PT Pusri serta PT Petrokimia Gresik, yang menjadi alasan.
Kalangan IKM pupuk tentu tidak mampu bersaing dengan kedua BUMN itu.
Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (AP2KMI), Nur Sutjipto, mengatakan peluang pasar IKM pupuk organik semakin menyempit dan terancam gulung tikar, sebab Pusri dan Petrokimia Gresik memperluas pengoperasian pabrik serupa dalam skala kecil. "Dari 100 IKM pupuk di Jatim, saat ini yang beroperasi tinggal 50%-nya.
Eksistensi IKM pupuk kini terancam," ujar Nur, yang mengoperasikan pabrik pupuk organik di Mojokerto.
Selain Pusri yang kini memulai start di Jatim, Petrokimia Gresik telah lebih dulu mengoperasikan pabrik pupuk organik skala kecil yang kini mencapai 30 unit di Jatim dan Jateng dengan merek dagang Petroganik.
Dadang Heru Kodri, Dirut PT Pusri, menyebutkan BUMN itu menargetkan pengoperasian pabrik organik di setiap kabupaten di Jatim, yang telah diawali di Kec. Klakah, Kab. Lumajang berkapasitas 3.000 ton per tahun. Pabrik itu diarahkan ke lokasi yang tersedia bahan baku.
Pihak Pemkab Lumajang membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya investasi pabrik pupuk organik. "Kami menyiapkan lokasi di kecamatan lainnya, kalau ada rencana mendirikan pabrik pupuk organik lagi. Izinnya bebas," papar Shahrazad Masdar, Bupati Lumajang, saat peresmian pabrik pupuk organik milik Pusri, pekan ini.
Sikap pemkab ini tentu tidak bisa dipersalahkan begitu saja, karena berhubungan dengan perputaran roda perekonomian.
Lantas, bagaimana mengakurkan kondisi ini? Bagaimanapun pemerintah perlu membantu keberlangsungan IKM pupuk.
Tampaknya, memfasilitasi terjalinnya kerja sama pemasaran antara IKM dengan Pusri dan Petrokimia Gresik, merupakan solusi jitu. Mengapa harus membangun baru, bila kedua BUMN itu cukup membina teknis produksi dan menyerap produk pupuk IKM yang telah ada. (redaksi.sby@bisnis.co.id)
Pentingnya pemanfaatan sarana produksi pertanian berwawasan lingkungan itu telah disosialisasikan kepada petani sejak beberapa tahun lalu.
Upaya pemasyarakatan pupuk organik antara lain dilakukan melalui penyaluran dengan harga subsidi Rp1.000 per kg dari harga normal Rp1.500 per kg, diantaranya Jawa Timur pada 2008 memperoleh alokasi 70.000 ton yang disalurkan oleh PT Pertani (Persero) dan PT Sanghyang Seri (Persero).
Sementara PT Pupuk Sriwidjaja (Persero) tahun ini memproyeksikan penyaluran pupuk organik bersubsidi sebanyak 450.000 ton. BUMN itu telah merintis pengoperasian empat pabrik pupuk organik di Sumsel dan di Pulau Jawa berkapasitas 3.000 ton per tahun per unit pabrik dengan merek dagang Organik Pusri Plus, dan akan diperluas lagi mencakup di Jatim ditargetkan berdiri sedikitnya 30 unit pabrik serupa. Sebagai penyeimbang pupuk anorganik, kebutuhan produk pupuk organik mencapai jutaan ton per tahun.
Alokasi urea bersubsidi saja tahun ini, secara nasional ditetapkan 5,5 juta ton, dari tahun lalu 4,8 juta ton.
Besarnya kebutuhan pupuk organik di masa mendatang mestinya menjadi berkah bagi produsen skala kecil menengah, termasuk 100 industri berlokasi di Jatim.
Sektor usaha tersebut telah lama menghasilkan pupuk organik dalam bentuk granul berbahan baku kotoran ternak, jerami, limbah tanaman, blotong. Penjualannya masuk pasar bebas.
Menurut Sekjen Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA), Hartono, produk pupuk organik tentu mendapatkan respon positif dari petani, asalkan mampu meningkatkan volume panen dan harganya terjangkau.
"Kalau pupuk organik cocok bagi tanaman pangan dan mudah diperoleh, petani tentu mau menggunakannya," ujar pria asal Lumajang itu.
Terancam gulung tikar
Tetapi industri kecil menengah (IKM) bidang pupuk organik itu justru terancam gulung tikar. Mengapa demikian? Rupanya meluasnya pengoperasian pabrik pupuk organik skala kecil yang dioperasikan PT Pusri serta PT Petrokimia Gresik, yang menjadi alasan.
Kalangan IKM pupuk tentu tidak mampu bersaing dengan kedua BUMN itu.
Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia (AP2KMI), Nur Sutjipto, mengatakan peluang pasar IKM pupuk organik semakin menyempit dan terancam gulung tikar, sebab Pusri dan Petrokimia Gresik memperluas pengoperasian pabrik serupa dalam skala kecil. "Dari 100 IKM pupuk di Jatim, saat ini yang beroperasi tinggal 50%-nya.
Eksistensi IKM pupuk kini terancam," ujar Nur, yang mengoperasikan pabrik pupuk organik di Mojokerto.
Selain Pusri yang kini memulai start di Jatim, Petrokimia Gresik telah lebih dulu mengoperasikan pabrik pupuk organik skala kecil yang kini mencapai 30 unit di Jatim dan Jateng dengan merek dagang Petroganik.
Dadang Heru Kodri, Dirut PT Pusri, menyebutkan BUMN itu menargetkan pengoperasian pabrik organik di setiap kabupaten di Jatim, yang telah diawali di Kec. Klakah, Kab. Lumajang berkapasitas 3.000 ton per tahun. Pabrik itu diarahkan ke lokasi yang tersedia bahan baku.
Pihak Pemkab Lumajang membuka pintu lebar-lebar bagi masuknya investasi pabrik pupuk organik. "Kami menyiapkan lokasi di kecamatan lainnya, kalau ada rencana mendirikan pabrik pupuk organik lagi. Izinnya bebas," papar Shahrazad Masdar, Bupati Lumajang, saat peresmian pabrik pupuk organik milik Pusri, pekan ini.
Sikap pemkab ini tentu tidak bisa dipersalahkan begitu saja, karena berhubungan dengan perputaran roda perekonomian.
Lantas, bagaimana mengakurkan kondisi ini? Bagaimanapun pemerintah perlu membantu keberlangsungan IKM pupuk.
Tampaknya, memfasilitasi terjalinnya kerja sama pemasaran antara IKM dengan Pusri dan Petrokimia Gresik, merupakan solusi jitu. Mengapa harus membangun baru, bila kedua BUMN itu cukup membina teknis produksi dan menyerap produk pupuk IKM yang telah ada. (redaksi.sby@bisnis.co.id)
ADAM A CHEVNY
Kontributor Bisnis Indonesia
1 komentar :
alprazolam online xanax 2mg alprazolam - xanax withdrawal heart attack
Posting Komentar