“Suatu
ketika, kami mendengar cerita dari salah seorang ibu guru kami yang
harus mengasuh bayi kecilnya, yang ternyata adik bayi-nya ini nampaknya
tidak tahan kulitnya jika memakai diapers dalam jangka waktu lama. Jika
di rumah, adik bayi tersebut tidak dipakaikan diapers.
Kendalanya, ternyata adik bayi ini jarang rewel atau menangis walaupun dia sudah mengompol dan pantat atau bahkan hingga ke punggungnya telah basah terkena genangan air pipis yang membasahi alas berbaringnya. Kondisi inilah yang membuat kami berpikir untuk membuat alat Wet Alarm for Baby supaya pengasuh bayi dapat segera mengetahui kalau adek bayi sebenarnya telah mengompol.”
Begitulah kata Fira Fatmasiefa & Bramastro Rahman Prasodjo, dua murid SD Pertiwi Medan, Sumatera Utara, yang membuat alarm ompol untuk bayi yang disebut Wet Alarm for Baby.
Fira yang merupakan murid kelas VI dan Bramastro yang duduk di bangku kelas IV memutar otak. Mereka berpikir bagaimana agar bayi tidak terlalu lama kena ompol yang menyebabkan iritasi.
Keduanya kemudian berkonsultasi dengan guru pembimbing mereka, Sunario Hasibuan. Arahan dari sang guru, keduanya diminta untuk berdiskusi dengan orang tuanya yang kebetulan seorang dokter. Namun, orang tua keduanya malah bingung dengan ide mereka. Akhirnya sang guru dan orangtua keduanya bertemu untuk membahas apa yang diinginkan Fira dan Bram.
Singkat cerita, dengan pendampingan orangtua dan gurunya, Fira dan Bram berhasil membuat Wet Alarm for Baby. “Kami ingin membuat alat yang bisa memberikan tanda bayi mengompol dengan sensor yang berasal dari air seni bayi,” kata Fira ditemani Bramastro di Jakarta.
Pada awalnya, alarm menggunakan lampu yang memberikan tanda saat bayi mengompol, namun kemudian dinilai tidak efektif. Misalnya, saat pembantu atau ibu sedang tidak didekat bayi, maka bayi yang mengompol tidak segera diketahui.
Akhirnya, tanda lampu itu diganti dengan alarm suara. Nah, bunyi suara awalnya seperti bunyi bel. Namun, karena dikira suara bel kemudian alarm diganti dengan suara khusus.
Alat ini terdiri dari dua bagian, yakni alarm unit dan sensor unit. Sensor unit diletakan di bawah pantat bayi. Sistem sensornya terbuat dari kancing tembaga yang dikaitkan dengan kabel. Ujung kabel ada alarm unit dengan model stop kontak.
Jadi, saat bayi mengompol, sistem sensor yang terkena air seni kemudian secara otomatis bekerja dan alarm menimbulkan bunyi. Setelah mengatahui bayi mengompol, alarm bunyi tinggal di off kan, seperti stop kontak pada umumnya.
Bagaimana efektivitas alat ini? Alat ini sudah diuji coba di rumah sakit, tempat orang tua keduanya bekerja. Kebetulan kedua orang tuanya dokter spesialis. “Sudah diuji coba di rumah sakit secara massal,” jelas guru mereka, Sunario Hasibuan.
Hasil uji coba itu terbukti efektif dan tidak repot. Alat ini, menurutnya, sangat bermanfaat. Terlebih saat ini bayi yang memakai pampers, bisa terkena iritasi karena endapan ompol tidak segera diganti. “Bayi sekarang kalau mengompol, kadang tidak menangis, karena pakai pampers,” ujar Sunario.
Sunario tidak kaget dengan apa yang ditemukan oleh Fira dan Bramastro, karena memang keduanya berbakat dan aktif dalam belajar. “Tidak pernah berhenti bertanya, selalu tanya, sampai kadang saya ini bosan menjawabnya,” kata dia.
Rasa keingintahuan keduanya tampaknya sudah terjawab dengan penemuan alarm bayi ini. Keduanya memang berbakat dengan pernah menjurai kompetisi menari, sampai menulis cerpen. Karya Fira dan Bram ini menyabet penghargaan dalam kontes Junior Science Award 2011.
Sumber: VIVAnews.com, client.okezone.com
by: http://indonesiaproud.wordpress.com/
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
Kendalanya, ternyata adik bayi ini jarang rewel atau menangis walaupun dia sudah mengompol dan pantat atau bahkan hingga ke punggungnya telah basah terkena genangan air pipis yang membasahi alas berbaringnya. Kondisi inilah yang membuat kami berpikir untuk membuat alat Wet Alarm for Baby supaya pengasuh bayi dapat segera mengetahui kalau adek bayi sebenarnya telah mengompol.”
Begitulah kata Fira Fatmasiefa & Bramastro Rahman Prasodjo, dua murid SD Pertiwi Medan, Sumatera Utara, yang membuat alarm ompol untuk bayi yang disebut Wet Alarm for Baby.
Fira yang merupakan murid kelas VI dan Bramastro yang duduk di bangku kelas IV memutar otak. Mereka berpikir bagaimana agar bayi tidak terlalu lama kena ompol yang menyebabkan iritasi.
Keduanya kemudian berkonsultasi dengan guru pembimbing mereka, Sunario Hasibuan. Arahan dari sang guru, keduanya diminta untuk berdiskusi dengan orang tuanya yang kebetulan seorang dokter. Namun, orang tua keduanya malah bingung dengan ide mereka. Akhirnya sang guru dan orangtua keduanya bertemu untuk membahas apa yang diinginkan Fira dan Bram.
Singkat cerita, dengan pendampingan orangtua dan gurunya, Fira dan Bram berhasil membuat Wet Alarm for Baby. “Kami ingin membuat alat yang bisa memberikan tanda bayi mengompol dengan sensor yang berasal dari air seni bayi,” kata Fira ditemani Bramastro di Jakarta.
Pada awalnya, alarm menggunakan lampu yang memberikan tanda saat bayi mengompol, namun kemudian dinilai tidak efektif. Misalnya, saat pembantu atau ibu sedang tidak didekat bayi, maka bayi yang mengompol tidak segera diketahui.
Akhirnya, tanda lampu itu diganti dengan alarm suara. Nah, bunyi suara awalnya seperti bunyi bel. Namun, karena dikira suara bel kemudian alarm diganti dengan suara khusus.
Alat ini terdiri dari dua bagian, yakni alarm unit dan sensor unit. Sensor unit diletakan di bawah pantat bayi. Sistem sensornya terbuat dari kancing tembaga yang dikaitkan dengan kabel. Ujung kabel ada alarm unit dengan model stop kontak.
Jadi, saat bayi mengompol, sistem sensor yang terkena air seni kemudian secara otomatis bekerja dan alarm menimbulkan bunyi. Setelah mengatahui bayi mengompol, alarm bunyi tinggal di off kan, seperti stop kontak pada umumnya.
Bagaimana efektivitas alat ini? Alat ini sudah diuji coba di rumah sakit, tempat orang tua keduanya bekerja. Kebetulan kedua orang tuanya dokter spesialis. “Sudah diuji coba di rumah sakit secara massal,” jelas guru mereka, Sunario Hasibuan.
Hasil uji coba itu terbukti efektif dan tidak repot. Alat ini, menurutnya, sangat bermanfaat. Terlebih saat ini bayi yang memakai pampers, bisa terkena iritasi karena endapan ompol tidak segera diganti. “Bayi sekarang kalau mengompol, kadang tidak menangis, karena pakai pampers,” ujar Sunario.
Sunario tidak kaget dengan apa yang ditemukan oleh Fira dan Bramastro, karena memang keduanya berbakat dan aktif dalam belajar. “Tidak pernah berhenti bertanya, selalu tanya, sampai kadang saya ini bosan menjawabnya,” kata dia.
Rasa keingintahuan keduanya tampaknya sudah terjawab dengan penemuan alarm bayi ini. Keduanya memang berbakat dengan pernah menjurai kompetisi menari, sampai menulis cerpen. Karya Fira dan Bram ini menyabet penghargaan dalam kontes Junior Science Award 2011.
Sumber: VIVAnews.com, client.okezone.com
by: http://indonesiaproud.wordpress.com/
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar