Metoda
bedeng terbuka (open windrows), pada pembuatan kompos di pertanian dan
perdesaan, harus diakui bukan solusi tepat bagi tujuan pengolahan
sampah di perkotaan. Terutama, bagi pengolahan sampah satuan skala
kecil, tersebar di berbagai sumber sampah berada dan timbul, atau
pengelolaan sampah yang mendekati tempat manusia berada. Kebutuhan
lahan, bagi pembuatan bedeng 3x4 m2 pada tiap 3 m3 (kubik) atau berat 1
ton sampah di kali jumlah 60 hari proses penguraian, mencapai
sekurangnya 720 m2 bagi target pengelolaan sampah 1 ton/ hari secara
terus menerus (kontinyu).
Lahan seluas itu, bagi fasilitas umum
maupun sosial suatu kawasan komersial, jelas sangat mahal. Tidak layak
bagi kepentingan pengelolaan timbulan sampah 3 m3 dari tiap 1000 jiwa
atau sekitar 200 rumah, yang dihasilkan suatu pemukiman atau kawasan
komersial (pasar, hotel, sekolah, pabrik, apartemen). Investasi mahal,
keluaran polutan (bau, serangga dan cairan lindi) dari sampah yang
ditumpuk balik dalam jejeran bedeng-bedeng (open windows), kesemua itu
wajar jika kehadiran instalasi pengelolaan sampah secara tradisional,
kemudian, menimbulkan penolakan (resistensi) masyarakat sekitar.
Metoda maupun teknik, yang sukses di
pedesaan dan pertanian, dalam pembuatan kompos, belumlah menjadi jaminan
menghasilkan sukses dan keberterimaan sama ketika dilaksanakan bagi
ikhtiar pengelolaan sampah di perkotaan. Penerapan metoda bedeng terbuka
(open windrows), dengan mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi di
kota, telah menuntut lahirnya teknik-teknik baru yang efisien dalam hal
keperluan luasan lahan, waktu proses penguraian material organik,
keperluan tenaga kerja serta minimnya keluaran polutan.
Teknik menggunakan tabung yang dapat berputar (rotary kiln), digerakan oleh (1)
tenaga manusia (manual) mengayuh pedal (RKM 1000L), atau (2).
menggunakan mesin penggerak engine (RKE 3000L) serta, (3). menggunakan
elektro motor listrik PLN (RKE 1000L) kini menjadi pilihan,
Keperluan lahan bagi target 3 m3/ hari sampah, sebagaimana diatas, hanya
1,65 m x 2,9 m dikali 5 (lima) hari penguraian (dekomposisi), atau
setara dengan 23,9 m2. Jauh lebih kecil, atau hanya 3 % dibanding 720 m2
diatas.
Demikian juga kebutuhan tenaga kerja
operator, bagi pengerjaan pengelolaan kadar air, PH, temperatur,
penjagaan porositas dan pengerjaan pengelolaan intensitas aerasi jauh
berkurang. Disamping rendah atau hilangnya keluaran polutan karena
pengaturan cairan lindi pada kondisi aerobik, penggunaan tabung sebagai
media proses penguraian, juga memberikan keluaran baru berupa larutan organik, suatu produk bernilai yang memberikan pendapatan ekonomi.
Rotary kiln, sebagai usaha menerapkan mekanisasi sepenuhnya pada
proses pembuatan kompos atau kegiatan pengolahan sampah organik, telah
merobah metoda bedeng (open windrows) menjadi layak sosial, ekonomi,
teknik dan lingkungan guna dilaksanakan di perkotaan dan dekat
pemukiman masyarakat.
Peranan mekanisasi penuh pada pengomposan, antaranya dengan penambahan alat fermentasi ( Rotary Kiln) hasil seratus persen di dalam negeri ini,
telah memberi banyak keuntungan dan manfaat baru bagi pembuatan kompos
dalam kepentingan pengolahan sampah di kota. Memberikan pencitraan
higienis suatu pengelolaan sampah, di lokasi dekat aktivitas manusia
penimbul sampahnya berada, serta memberikan pendapatan ekonomi kepada
pengelolanya, diharapkan mendorong pada lahirnya entitas bisnis kecil,
yang membuka instalasi pengelolaan sampah kota (IPSK) dalam memberikan layanan publik pada tiap skala kawasan komunal.
Mekanisasi, penggantian bedeng dengan rotary kiln pada pengolahan sampah di kota,
adalah keniscayaan bagi kepentingan mewujudkan pengelolaan sampah yang
berbasis kepada kekuatan masyarakat (komunitas) untuk mandiri. Masa
depan pengelolaan sampah, bukan lagi suatu biaya jasa dan pembelian alat
mesin yang harus kita bayar kepada korporasi asing (impor), yang
akhirnya kemudian jadi beban masyarakat. Sampah, bagi masa depan kita,
adalah sumber daya baru bagi upaya menumbuhkan ekonomi lokal, setelah
sumberdaya ekonomi lainnya, karena kekuatan liberalisasi, ketidakarifan
dan kepentingan pemerintahan berwenang maupun kelalaian kita semua, kini
banyak dikuasai korporasi asing.
Memang benar, mekanisasi penuh dengan penggunaan Rotary Kiln pada pengomposan akan membutuhkan tambahan investasi mesin. Namun,
dibanding dengan cara tradisional atau bedeng terbuka (open windrows),
masih memberi kelayakan secara analisa investasi ekonomi. Bahkan,
output berupa pupuk padat dan pupuk cair,
yang asalnya sebagai lindi, kini menjadi material baru, secara nyata
(signifikan) memberikan keuntungan ekonomi. Kelayakan sosial juga
meningkat, memberi manfaat kepada warga sekitar serta, dengan
mekanisasi penuh, bebas dari timbulan bau busuk serta cairan lindi,
kelayakan lingkungan juga terpenuhi. Mekanisasi penuh, berupa penambahan
mesin rotary kiln, dalam pengomposan skala suatu instalasi mampu
melayani timbulan sampah dari setiap 1000 orang, diharapkan lahir
sebagai jawaban atas makin sulitnya pengelolaan sampah secara
tersentralisasi, seperti model pembuangan sampah ke TPA.
Penempatan 5 unit rotary kiln, menjadi instalasi pengelolaan sampah di kota, di berbagai lokasi timbulnya sampah dari kawasan komersial (perumahan, apartemen, mall, restoran, hotel, pabrik dan kawasan industri) maupun kawasan sosial (komplek pendidikan, rumah sakit), berarti turut menunjang bagi upaya mengembalikan bahan organik ke pertanian. Dengan merobah sampah organik disajikan dalam bentuk pupuk organik (kompos), akan diterima kalangan petani, untuk kemudian mereka memberikan hasil pertanian sebagai bahan pangan dan produk sehat bagi orang kota. Instalasi pengolahan sampah, dengan mekanisasi penuh berada di sekitar sumber timbulnya sampah perkotaan, akan berfungsi dalam turut membangun model pengelolaan sampah mendukung pada terwujudnya pertanian secara berkelanjutan*)
2 komentar :
Hubungi :
dananekocahyono@yahoo.com.sg
saya punya solusinya..... dan saya serius.
volume limbah kota bisa berkurang tinggal 1/3 dari total volume yang ada hanya butuh waktu 2 bulan.operasional.
baik Investor maupun pemerintah kota akan mendapat keuntungan luar biasa.
bicara limbah kota didaur ulang ...... menurut saya kurang efektif dan kurang cepat.
bicara limbah kota dibuat pupuk kompos..... menurut saya kurang menguntungkan.
Bicara limbah kota dibakar dengan incenerator...... menurut saya adalah Pemborosan, dan butuh biaya besar.
trus gimana ???
Insya Alloh kami punya solusinya
Sangat Menguntungkan Bagi semua Pihak
Menumbuhkan ekonomi kerakyatan.
Sangat tidak membutuhkan BBM dan Batubara maupun Elpiji untuk pembakaran.
Volume Total Limbah kota bisa berkurang hingga tinggal 1/3 dari volume total dalam 2 bulan operasional
pemerintah kota tidak perlu lagi bingung lagi mencari lahan baru untuk TPA.
efisien Energi dan super hemat
Serius
dan saya sangat serius
terimakasih
Hubungi :
dananekocahyono@yahoo.com.sg
saya punya solusinya..... dan saya serius.
volume limbah kota bisa berkurang tinggal 1/3 dari total volume yang ada hanya butuh waktu 2 bulan.operasional.
baik Investor maupun pemerintah kota akan mendapat keuntungan luar biasa.
bicara limbah kota didaur ulang ...... menurut saya kurang efektif dan kurang cepat.
bicara limbah kota dibuat pupuk kompos..... menurut saya kurang menguntungkan.
Bicara limbah kota dibakar dengan incenerator...... menurut saya adalah Pemborosan, dan butuh biaya besar.
trus gimana ???
Insya Alloh kami punya solusinya
Sangat Menguntungkan Bagi semua Pihak
Menumbuhkan ekonomi kerakyatan.
Sangat tidak membutuhkan BBM dan Batubara maupun Elpiji untuk pembakaran.
Volume Total Limbah kota bisa berkurang hingga tinggal 1/3 dari volume total dalam 2 bulan operasional
pemerintah kota tidak perlu lagi bingung lagi mencari lahan baru untuk TPA.
efisien Energi dan super hemat
Serius
dan saya sangat serius
terimakasih
Posting Komentar