Asrul bersama Wilson Lalengke dan Wina_dok.Asrul |
Sejak fasilitas internet menjadi bagian
dari kehidupan masyarakat umum, banyak sekali bermunculan penulis berbakat.
Mereka dengan sangat bersemangat menuangkan berbagai ide, buah pikiran,
pengalaman, informasi, dan lain-lain dalam bentuk tulisan. Tidak sedikit di
antara hasil karya mereka yang tergolong berkualitas tinggi dan perlu dibaca
oleh orang lain. Namun sayangnya para penulis ini kurang mendapat perhatian dan
bahkan tidak diakui oleh kalangan pekerja dan pengelola media massa
professional. Bahkan lebih banyak dari mereka harus puas menjadi bahan cibiran
sebagai penulis amatiran dan termarginalkan oleh masyarakat pers mainstream.
Derita dan kekalutan para “penulis
amatiran” tidak berakhir di situ saja. Mereka pun amat kesulitan untuk
mendapatkan media yang mau mengakomodasi kebutuhan publikasi hasil karyanya.
Beruntunglah, internet memberi berkah bagi semua orang dalam bentuk penyediaan
wadah menulis bagi sesiapa saja yang ingin mengekspresikan segala kreativitas
kemanusiaannya. Jadilah fenomena blogger melahirkan berjuta penulis blog, yang
telah menjadi pemandangan umum hari ini.
Pada perkembangan lebih lanjut, beberapa
kalangan telah menginisiasi pembentukan media massa tanpa batas yang
didedikasikan bagi siapa saja yang ingin menulis dan menyampaikan informasi
atau berita yang dimilikinya untuk dipublikasikan pada media-media massa yang
mereka bangun. Sebutlah beberapa media di Indonesia seperti koran online
KabarIndonesia, halamansatu, panyingkul, dan lain-lain. Baru pada saat paling
terakhir ini, beberapa media massa utama, seperti Kompas dan Republika mencoba
memberi ruang bagi penulis pewarta warga untuk ikut berpartisipasi di media
mereka, namun masih terbatas pada media online yang mereka kelola.
Dari pojok lain, keberadaan para
“hobi-nulis” tersebut cukup kesulitan menjalankan aktivitas menulis karena
terkendala oleh sumber informasi primer yang sukar diakses akibat ketiadaan
wadah atau organisasi yang menaungi dan mendukung mereka. Kenyataannya, untuk
bisa bergabung di salah satu persatuan penulis (wartawan) profesional, para
penulis non-profesional tersebut harus memenuhi berbagai macam persyaratan yang
tidak mungkin dapat dipenuhi oleh mereka yang tidak memiliki media tetap
ataupun profesi sebagai reporter. Hal ini menimbulkan hambatan bagi setiap penulis
untuk mendapatkan akses ke berbagai sumber, terutama yang bersifat protokoler,
karena akan dianggap sebagai pengumpul informasi liar, dan lain sebagainya. Hal
inilah yang medorong para penulis pewarta warga untuk mendirikan suatu
organisasi yang dapat menampung semua penulis pewarta warga dari latarbelakang
apapun.
Yang dimaksud dengan Pewarta Warga
(citizen reporter) adalah mereka yang memiliki hobi menulis, baik untuk
konsumsi media massa online dan offline, maupun menulis di blogger ataupun di
milis dan media lainnya. Pewarta warga juga termasuk mereka yang beraktivitas
memberitakan informasi dan berita berbentuk berita foto, berita video/film, dan
pemberi informasi via telepon ke stasiun radio dan televisi. Pada saat ini
siapa saja bisa menjadi reporter tanpa harus memiliki latar belakang pendidikan
jurnalisme atau apapun juga. Setiap pemilik blog ataupun setiap orang yang
pernah menulis di milis, dapat dikategorikan sebagai citizen reporter.
Umumnya, pewarta warga menulis bukan untuk
konsumsi media mainstream atau media utama seperti majalah atau koran-koran
lainnya, melainkan untuk sesama pembaca. Reporter-reporter orang biasa ini
lebih dikenal dengan sebutan para Pewarta Warga atau Citizen Reporter. Mereka
tidak terikat dengan/oleh media massa elektronik (online) ataupun media massa
cetak tertentu. Dengan demikian, mereka bisa jauh lebih bebas mengungkapkan
pendapat maupun pikiran mereka masing-masing.
Pemberitaan menggunakan system pewarta
warga biasanya disebut Citizen Journalism (jurnalisme warga atau jurnailsme
orang biasa). Citizen Journalism adalah jurnalisme akar rumput yang muncul dan
tumbuh dari bawah ke atas, dari masyarakat di level bawah, dan bukan dari atas
ke bawah. Citizen jurnalism dapat disebut juga sebagai jurnalisme advokasi, karena
melalui sistem jurnalisme warga setiap penulis dapat memberitakan atau
menceritakan perjuangan mereka, misalnya memberitakan tentang pencemaran
lingkungan hidup mulai dari pembakaran hutan sampai dengan semburan lumpur
panas. Mereka bisa menuturkan secara detil, faktual, dan menyeluruh
peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitarnya. Bahkan, pola ini bukan sekedar
dalam bentuk berita ”kering” belaka, tapi mereka menghayati dan menjiwai apa
yang mereka ceritakan, sebab hal itu adalah hasil pengamatan ataupun pengalaman
mereka sendiri. Bukan hanya sekedar berita yang tawar melainkan berita yang
ditulis, digambar, dan disampaikan dengan penuh perasaan.
Berangkat dari gairah untuk berjuang dan
bercerita inilah timbul jurnalisme orang biasa yang akhirnya menciptakan jutaan
Pewarta Warga. Untuk mengakomodasi kebutuhan dan kepentingan para Pewarta Warga
Indonesia, baik dalam maupun di luar negeri, didirikanlah organisasi Persatuan
Pewarta Warga Indonesia disingkat PPWI. Salah satu keunikan organisasi ini
dibandingkan dengan organisasi wartawan professional adalah bahwa PPWI bersifat
global, tanpa sekat batas-batas negara, umur, pendidikan, latar belakang
ekonomi dan pekerjaan, dan lain-lain. Semua Pewarta Warga Indonesia di pelosok
dunia mana pun dapat turut bergabung menjadi anggota.
PPWI dideklarasikan oleh para Pewarta
Warga pada tgl. 11 November 2007, bertempat di Aula SMA Regina Pacis, Slipi,
Jakarta Barat. Sebagai Ketua Umum PPWI dijabat oleh Wilson Lalengke, S.Pd,
M.Sc, MA dan Sekretaris Jenderal Ruslan Andy Chandra, Dipl.PR(Aust). Saat ini
PPWI telah memiliki cabang di Yogyakarta dan Palembang. Dalam beberapa waktu
mendatang akan dibentuk pengurus cabang di Manado, Makassar, Padang, Semarang,
Siak, dan tempat lainnya. Juga terdapat beberapa cabang di luar negeri, yakni
di New Zealand, India, USA dan Belanda.***
Sekretariat PPWI Nasional (2007-2010):
1. Gedung Dewan Pers (Jakarta Media
Center) Lantai 5, Jl. Kebon Sirih Raya No. 32 – 34 Menteng, Jakarta Pusat
10110, Indonesia;
2. Sekretariat Utama : Jl. Danau Diatas
GIII No. 94 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat 10210, Indonesia
Phone: +62-21- 5705101, 5708725; Fax: +62-21-5745224
Mobile: +62-81371549165 (Shony), +62-81584021244 (Andy)
Email: pengurus.ppwi@pewarta-indonesia.com,ppwi.nasional@gmail.com
Homepage: www.pewarta-indonesia.com
Blog: http://pewarta-indonesia.blogspot.com
Phone: +62-21- 5705101, 5708725; Fax: +62-21-5745224
Mobile: +62-81371549165 (Shony), +62-81584021244 (Andy)
Email: pengurus.ppwi@pewarta-indonesia.com,ppwi.nasional@gmail.com
Homepage: www.pewarta-indonesia.com
Blog: http://pewarta-indonesia.blogspot.com
3. Sekretariat PPWI Nasional (2011
s/d sekarang):
Jl. Anggrek Cendrawasih IX Blok K No. 17B
Kel. Kemanggisan, Kec. Palmerah, Slipi
Jakarta Barat 11480 - Indonesia
Phone: +62-21-53691035; Call/SMS Center: 08137101875 (Mbak Wina)
Email: pengurus.ppwi@pewarta-indonesia.com
Homepage: www.pewarta-indonesia.com
Jl. Anggrek Cendrawasih IX Blok K No. 17B
Kel. Kemanggisan, Kec. Palmerah, Slipi
Jakarta Barat 11480 - Indonesia
Phone: +62-21-53691035; Call/SMS Center: 08137101875 (Mbak Wina)
Email: pengurus.ppwi@pewarta-indonesia.com
Homepage: www.pewarta-indonesia.com
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar