Usaha Pupuk Kompos Basis Sampah sebagai Bahan Pendukung Tanaman Hias, Buah, Pertanian, Perkebunan dan HTI semakin diminati oleh Hobbies dan Petani
repost oleh> H. Asrul Hoesein.PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Indonesia Timur
(perusahaan prinsipal pupuk organik kompos)
Pupuk tanaman bisa menjadi peluang bisnis yang menjanjikan, karena berkaitan erat dengan produktivitas tanaman dan berpengaruh terhadap hasil panennya. Apalagi kondisi negara kita adalah negara tropis, mendukung proses pembuatan pupuk tanaman khususnya pupuk organik dari bahan kotoran ternak sapi, ayam, maupun kambing. Lalu bagaimana usaha merintis usaha pupuk tanaman ini. Lebih baik menjadi produsen ataukah menjadi pedagang grosir ?
Pupuk tanaman menjadi kebutuhan mutlak yang diperlukan oleh tanaman. Tanpa pemberian pupuk, hasil panen tanaman tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Jenis pupuk tanaman tebagi atas pupuk organik dan pupuk sintetik. Pupuk organik terbagi menjadi 2 macam, yakni pupuk hijau dan kompos. Kompos terbagi lagi atas 2 macam, yakni pupuk limbah sampah dengan campuran kotoran ternak dan pupuk kompos yang bahan utamanya hanya kotoran ternak. Sedangkan pupuk sintetik terbuat dari bahan kimia sintetik, seperti urea, TSP, NPK, dan lainnya.
Saat ini bentuk pupuk organik atau alami yang dijual dipasaran berbentuk padat dan cair. pupuk cair biasanya terbuat dari urine ternak, misalnya urine kelinci atau sapi yang terfermentasi. Bahan pup cair bisa juga berasal dari padatan yang diperas airnya. Harga pupuk kompos cair biasanya berkisar Rp.30 ribu/500 ml, sedangkan pupuk kompos padat Rp.6 ribu/5 kg atau jika ukurannya lebih besar akan lebih murah, misalnya ukuran 50 kg, yakni bisa mencapai Rp.1.000/kg.
Menurut Son-Son Garsoni, Ketua Asosiasi Produsen Pupuk Kecil Menengah Indonesia, banyaknya lahan pertanian di Indonesia membuat kebutuhan akan pupuk tidak akan pernah hilang alias prospeknya akan terus moncer. Namun untuk saat ini belum bisa dikatakan mana pupuk yang lebih diminati antara pupuk kimia sintetis dan kompos. Kedua jenis pupuk tersebut terkadang bisa saling melengkapi, selain itu juga tergantung segmen pasar. misalnya pelaku untuk tanaman hias biasanya menggunakan 2 jenis pupuk, misalnya pupuk kompos cai dan pupuk kimia sintetik. Ataupun pelaku usaha pertanian skala besar yang biasanya ingin hasil yang lebih cepat, sehingga untuk pupuk dasar biasanya menggunakan pupuk kompos padat dan untuk tahap selanjutnya juga memakai pupuk kimia sintetis.
Setiap bentuk pupuk kompos memiliki kelebihan dan kekurangan. Pupuk cair memang lebih mudah diserap oleh tanaman, namun konsekuensinya harga akan lebih mahal. Begitu juga sebaliknya, pupuk kompos padat memang lebih murah, namun lebih lama diserap tanaman.
Lokasi Produksi
Proses produksi pupuk alami ini bisa dilakukan dimana saja diseluruh Indonesia. Hal ini karena kondisi tropis negara kita bisa mempermudah dan mempercepat proses fermentasi. Fermentasi di negara tropis bisa hanya memakan waktu 30 harisudah bisa mengeluarkan biogas, namun di negara lain misalnya subtropik butuh waktu lebih lama, yakni 45 hari.
Namun ada baiknya memilih lokasi yang lebih dekat dengan bahan baku, misalnya dekat dengan peternakan hewan, seperti daerah sepanjang Pantura, seluruh Pulau Jawa, areal peternakan di Jawa Timur, Tapanuli, Aceh, Bengkulu, NTT, Irian Jaya yang memilki babi, hingga Sulawesi Selatan. Daerah penghasil pupuk alami saat ini yakni Bandung, Wonosobo, Brastagi, dan Sulawesi Selatan. Di daerah Wonosobo yang banyak lahan temakau, biasanya memakai pupuk dari kotoran babi.
Son-Son Garsoni mengatakan, bahwa kelemahan pupuk kompos di Indonesia karena masih banyak yang belum tersertifikasi dan melalui uji laboratorium. Hal tersebut terjadi karena mahalnya biaya untuk melakukan semua itu. Biaya yang dibutuhkan bisa mencapai puluhan juta rupiah. Sehingga banyak sekali pupuk kompos yang kualitasnya jelek. Akibat tingginya biaya tersebut banyak kompos yang telah terkemas baik, namun menyebabkan tanaman hangus terbakar, mati ataupun kurang produktif.
Untuk mendapatkan sertifikasi kelayakan bisa diajuka ke Departemen Pertanian, sedangkan untuk pengujian produk bisa dilakukan di berbagai lab kimia, misalnya laboratorium kimia di universitas. Untuk uji keefektifannya bisa di Balai Pertanian daerah setempat dan kelayakan jual dibuat di Departemen Perindustrian dan Perdagangan.
Usaha Produksi Pupuk Tanaman
Jika ingin memulai usaha produksi sebaiknya mencari lokasi yang dekat dengan lokasi bahan baku dan lokasi pasar, karena untuk mengurangi biaya transportasi, baik dalam pembelian bahan baku maupun penjualan produk. Selain itu selalu meng-update teknologi baru pembuatan pupuk. “Sebaiknya untuk di kota produksi kompos lebih ditempat tertutup ataupun menggunakan zat peredam bau berupa bahan karbon yang cara kerjanya menyerap bakteri pathogenpenyebab bau yang berasal dari limbah tersebut,” jelas Son-Son Garsoni.
Dari usaha pembuatan pupuk tanaman khususnya pupuk organik bisa diperoleh keuntungan sampai 50%, karena bahan baku sangat murah, yaitu limbah. Sedangkan untuk usaha penjualan secara grosir, meskipun persentase keuntungannya tidak besar karena hanya berkisar 10-15% dari modal pembelian produk yang akan dijual. Namun bila kuantitas produk yang dijual semakin banyak juga akan semakin meningkatkan keuntungan. Untuk itu pelaku usaha harus pintar-pintar mempengaruhi konsumen, misalnya membuat berbagai layanan yang menarik konsumen untuk menjadi pelanggan kita, lewat diskon harga yang bersaing atau lewat kualitas produk yang kita jual.
Persaingan Usaha
Persaingan usaha pupuk kimia sintetik tidak terlalu ketat, karena pupuk kimia di Indonesia masih dipegang oleh industri besar bahkan ada yang masih impor. Sedangkan untuk pupuk kompos persingan cukup ketat, namun hal tersebut justru membawa kebaikan, yakni banyak produsen berlomba-lomba membuat pupuk kompos lebih cepat siap pakai, misalnya yang dulu bisa memakan waktu 1-2 bulan, sekarang banyak yang membuat pupuk dalam 7-10 hari.
Yang menjadi kendala dalam usaha ini biasanya mengenai harga. Harga pupuk dalam berat tertentu menjadi sangat murah misalnya Rp.1.000/kg. Dengan adanya transportasi yang berbeda jaraknya tidak mungkin menerapkan dengan harga yang sama. Hal tersebut bisa diatasi dengan membuat tarif biaya angkut jauh-dekat.
Masalah yang biasanya dihadapai produsen pupuk, yakni kekurangan bahan baku dari kotoran unggas, karena volume kotoran unggas pasti lebih sedikit dari kotoran hewan ruminansia. Namun hal itu bisa diatasi dengan mencampur kotoran unggas dengan kotoran hewan ruminansia. Jika tidak ingin menggunakan EM4, untuk mempercepat proses fermentasi bisa menggunakan urine dan limbah nanas.
Usaha Pendukung Tanaman
Selain pupuk, usaha pendukung pemeliharaan tanaman berupa peralatan pertanian seperti sprayer, pot, cangkul dan lain-lainnya, juga tak kalah moncernya dengan pupuk, karena semakin kedepan memelihara tanaman seperti kebutuhan wajib dari masyarakat, terutama pada wilayah perkotaan.
Pada usaha penjualan pendukung pemeliharaan tanaman ini keuntungan yang diperoleh pedagang tergantung pada kuantitas produk yang dijual. Jika Anda memposisikan sebagai pedagang grosir maka keuntungannya sekitar 15%, namun bila Anda memposisikan sebagi pedagang eceran, tentu saja keuntungan yang akan Anda dapatkan jauh lebih besar.
Untuk lokasi pendukung pemeliharaan tanaman, akan sangat strategis jika Anda memilih di jalan raya utama, atau didekat pedagang tanaman, atau bisa juga Anda yang tinggal di perumahan, Anda bisa menempati ruko atau rumah Anda. dan biasanya keberadaan penjual pendukung pemeliharaan tanaman di perumahan itu justru akan laris manis, karena biasanya hampir semua warga perumahan pasti menanam tanaman baik tanaman hias, tabulampot, dan lain-lainnya. Yang perlu diketahui, pelaku usaha ini masih jarang, jadi Anda bisa mengambil kesempatan inibaik sebagai pedagang grosir maupun pedagang eceran.
Lesmana, pemilikgrosir pupuk dan alat pendukung tanaman toko Virgo di Rawabedong, Jakarta Barat mengaku hanya mengambil keuntungan dalam jumlah kecil, karena Ia lebih mementingkan kuantitas (jumlah) penjualan produk. Keuntungan yang diperoleh untuk berbagai produk pendukung tanaman seperti pot, peralatan pertanian, media tanam hanya berkisar 5-10% saja.
Untuk menigkatkan omset tokonya, ada beberapa pedagang grosiran yang membuat sendiri produk yang bisa dijualnya, seperti pupuk kompos, yang dilakukan olehRusdi Djafar, pemilik CV. Diana Phon. Ia memproduksi sendiri pupuk kompos yang dijualnya sehingga keuntungan yang diperoleh bisa lebih besar bahkan hingga mencapai 50%.
Bila teman semuanya yang ingin konsen kearah ini atau agribisnis khususnya dalam mengelola sampah menjadi pupuk organik kompos dan tablet NPK plus, bisa kontak kami (H.Asrul Hoesein, PT. Cipta Visi Sinar Kencana, Bandung, untuk pemasaran di kawasan timur Indonesia, klik di sini), kami akan membantu Anda, termasuk menyiapkan proposal dan membantu presentasi di wilayah Anda, baik ke pemerintah setempat maupun kepada pihak perusahaan yang mempunyai program/kepedulian go Green menuju Indonesia Hijau. sekedar info bahwa PT. CV Sinar Kencana, dibawah direktur utama Ir. Sonson Garsoni, yang bermarkas (Kantor Pusat) di Jl. Pungkur No. 115 c Bandung, klik di sini. Terima kasih atas kepercayaan Anda pada kami.
Salam dan Sukses untuk Petani, Pengusaha Pupuk Organik dan hobbies Tanaman Hias Indonesia. Tulisan yang sama di blog my friend klik di sini
1 komentar :
saya juga pernah pake pupuk organik, bagus lo, tapi perlu waktu untuk melihat efeknya...
http://rachmatullah83.wordpress.com
Posting Komentar