Posisi Hajjar Aswad di Ka'bah Masjidil Haram_dok.Asrul |
Labbaik Allah humma labbaik
Labbaik la sharika laka labbaik
Innal hamda
Wan-ni'mata
Laka walmulk
Laa sharika lak.
Labbaik la sharika laka labbaik
Innal hamda
Wan-ni'mata
Laka walmulk
Laa sharika lak.
Pemerintah menghimbau
kepada Jamaah haji Indonesia untuk menghindari “joki” mencium Hajjar Aswad, karena
ditengarai saat ini banyak terjadi pemerasan.
Sesuai pantauan saya di Tanah Suci, memang banyak “joki” mengajak jamaah
untuk mengantar mencium “Hajjar Aswad”. Para joki ini adalah orang Indonesia
sendiri yang umumnya tinggal di Makkah, ada mahasiswa, tenaga kerja, orang
Indonesia yang sudah tinggal di Makkah, dll. Joki ini juga kadang bekerjasama
dan mendekati pimpinan rombongan jamaah
(ketua kloter, ketua kelompok dan ketua regu). Fenomena ini memang menjadi
pemandangan umum di Tanah Suci. Sangat kental per”joki”an. Ada yang bekerja
perorangan dan juga berkelompok dalam mengantar jamaah untuk mencium Hajjar
Aswad. Para joki umumnya dibayar 50 Riyal dan bahkan ada jamaah yang membayar
100-200 Riyal.
Dalam postingan ini,
saya mencoba berbagi pengalaman, Yaa Allah, izinkan saya shar disini dan bukan
berarti kesombongan tapi lebih berbagi kepada tamu-tamu-Mu yang lain, guna
menghindari per“joki”an, memang sebenarnya tidak perlu pakai joki, cukup
berserah pada Allah Swt yang “sangat” kuasa untuk membimbing dan menolong
hamba-Nya, Allah Swt sangat dekat dengan kita, terlebih kita sedang memenuhi
panggilan-Nya dan berada disekitar Ka’bah-Nya. Subahannallah.
Cium Hajjar Aswad,
Mintalah pada Allah Swt.
Kenyakinan akan
kekuasaan Allah Swt (tentu harus kuat) yang Alhamdulillah, pada saat saya ke
Tanah Suci menjalankan ibadah haji, khususnya dalam mencium langsung Hajjar
Aswad (memegang langsung sekaligus menciumnya tidak masuk dalam rukun haji dan
juga tidak wajib menciumnya), tapi tidak dipungkiri bahwa semua jamaah haji
termasuk saya sendiri sangat menginginkan momentum ini. Alhamdulillah saat itu berhasil kepala
saya ke mulut hajar aswad sambil bertakbir “Bismillahi Allahu Akbar”,
bahkan sempat lama diposisi tersebut (3x mencium dalam 1x kesempatan), karena
dibantu oleh seorang Askar (polisi Arab) yang bertugas di Hajar Aswad, tanpa
saya meminta dan membayarnya.
Namun cara dan strategi
saat itu bersama sahabat satu kloter saya, Drs.H.Zainal Abidin plus Istrinya
mendatangi Masjidil Haram sekitar jam 02.00 dini hari (pikiran saya sederhana
waktu itu bahwa bisa saja kurang jamaah, tapi ternyata sama saja banyaknya pada
waktu-waktu lainnya....hehehe, sepertinya tidak ada waktu sepi disana,
Subahanallah).
Kisahnya begini, dalam
perjalanan menuju masjid jalan kaki (pondokan saya dekat dengan Masjidil Haram,
belakang Hotel Hilton), ada sekelompok “joki” mendekati teman saya dan nampak
sangat akrab, namun ternyata sahabat saya sebelumnya sudah deal untuk pake
“joki” mencium Hajjar Aswad. Mereka dan sobat tersebut membujuk saya untuk
pakai joki pula, tapi saya tidak bergeming dan tetap ngotot berjalan sendiri
dan berserah kepada Allah Swt.
Walhasil, tiba di dekat
Ka’bah tepat posisi utara barat daya, karena
saya tidak pakai joki, maka saya berpisah dan sobat plus istrinya langsung
menuju Hajjar Aswad dengan jokinya, saya tetap duduk tenang dan shalat sunat
syukur dua rakaat dan berdoa, untuk memohon kepada Allah agar dikuatkan dan
diberi kelancaran dalam memenuhi maksud
mencium Hajjar Aswad, lebih kurang doa saya begini: “Yaa Allah, bila memang “takdir” dan masuk dalam catatan-Mu diantara
hamba-Mu yang mencium batu hitam itu, kabulkan dan bila tidak, maka jauhkan
demi kuasa-Mu, karena saya hanya berharap pertolongan-Mu dan beri kesabaran”.
Sesudah shalat, saya
bergerak dengan tenang menuju Ka’bah dimana posisi Hajjar Aswad tersebut dengan
jalan lurus tanpa berbelok, dalam perjalanan tentu banyak desakan, tapi saya
abaikan tetap sabar, setiap ada yang akan mendahului, saya persilahkan dan
tidak menghambat jamaah lain, terakhir (persis di depan Hajjar Aswad) ada yang
menghalangi dengan menarik saya, adalah orang tua, lalu saya persilahkan
kedepan, intinya saya sabar dan mengalah (saya anggap sedekah saja).
Alhamdulillah tiba juga di mulut Hajjar Aswad dengan kondisi sebagaimana saya
ceritakan diatas, bahwa sempat saya berlama-lama disana, karena ditarik dan
dijaga oleh polisi Arab, Alhamdulillah....Subahanallah....Allahu Akbar.
Ternyata setelah saya
berbalik hendak meninggalkan Hajjar Aswad, saya melihat kebelakang, sahabat saya bersama istrinya masih tengah
berjuang dengan jokinya mendekati Hajjar Aswad. Selanjutnya saya kembali ke
posisi semula untuk menunggu sahabat tadi. Kemudian istri sahabat tersebut
menyusul tanpa suaminya, sempat bingung
karena berpisah dengan suaminya. Sang joki hanya terdiam pasrah dan menunggu.
Sekita sejam baru ketemuan kembali.
Khusus pekerjaan joki
di Tanah Suci ini, juga saya tidak salahkan. karena itu merupakan upaya dalam
hidup kehidupan dunia. Wajib berusaha dan tidak wajib berhasil. Tapi saya
sarankan Anda para joki, ikhlaslah dalam pekerjaan Anda, jangan memberi patokan
“nilai” khusus dalam jasa ini, mintalah dengan seihlasnya dari jamaah.
Janganlah bersifat memaksa dan menakut-nakuti jamaah.
Juga berpesan kepada
jamaah haji, dari manapun berasal, dalam memenuhi keinginan mencium Hajjar
Aswad ini, sebaiknya tidak perlu paksa diri (karena itu tidak wajib) dan kalau
tetap berkeinginan mau mencoba, silahkan saja namun tidak perlu pakai “joki”,
serahkan sepenuhnya kepada Allah Swt. Kalau berlebih dari sisi fulus cukup
sedekahkan saja, itu merupakan alat bantu yang sangat ampuh dimata Allah Swt.
Amin. Serta apabila berhasil mencium Hajjar Aswad, tidak perlu sombong dan
memanas-manasi jamaah lain yang belum mencium.
Beberapa kiat yang umum
dilakukan jamaah haji dalam mencium Hajjar Aswad tersebut, antara lain; dengan
mendekat ke multazam. Multazam adalah dinding ka’bah yang terletak di antara
pintu ka’bah dan Hajjar Aswad. Setelah mendekat ke dinding, jamaah mulai
merangsek perlahan hingga tiba di hajar aswad.
Ada cara lain pula dengan merambat dari arah Rukun Yamani, tekniknya
dengan berdiri di Syazarwan dan mulai merambat sedikit demi sedikit hingga tiba
di Hajjar Aswad. Syazarwan adalah bagian dari Ka’bah berupa lantai yang
berwarna putih yang berada di bagian
bawah Ka'bah. Teknik seperti ini banyak digunakan oleh jamaah. Terbukti hampir
sepanjang musim haji, kita dapat melihat orang-orang yang “menempel” di
sepanjang Rukun Yamani hingga Hajjar Aswad.
Anda berminat
mencobanya? Silahkan! Semoga berhasil.
Selamat dan Sukses
Jamaah Haji Indonesia, semoga kembali menjadi Haji Mabrur. Insya Allah. Amin.
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar