Mobil Sapu Sampah di Marina Bay Singapore (Mei 2014) |
Dimana-mana tempat saya kunjungi, itu sudah pasti mencari
dan mencari timbulan dan tempat-tempat sampah. Baik di dalam negeri terlebih di luar
negeri. Bagi orang lain, mungkin menganggap saya gila dan aneh atas aktifitas saya ini. Kebiasaan unik
setiap kali traveling ke luar negeri. Bukannya hanya memotret tempat-tempat indah, saya juga mengamati dan memotret tempat sampah dan pengolahan sampah di tiap kota. Saya sangat takjub
dengan masalah manajemen persampahan di luar negeri, khususnya di Singapore,
tempat sampah di mana-mana sudah dipisah sesuai jenis. Petugas sampah Singapore sangatlah disiplin dan bertanggungjawab atas pekerjaannya.
Di Australia, tempat sampah ditandai dengan warna kuning,
biru, dan merah. Perusahaan yang menangani pengangkutan dan pengolahan sampah
biasanya berdasarkan tender. Di sana, pemerintah punya plan pengolahan sampah
dan menerapkan zero waste management.
Di Singapura, ada pusat daur ulang sampah kertas. “Sampah
adalah proyek sangat mahal. Tapi, kalau kita tahu cara mengolahnya, bisa
menjadi sumber pendapatan,” kata Asrul, menirukan ucapan warga Singapura pengusaha
distributor tempat sampah.
TPST dekat hotel tempat nginap_Orchad, Singapore (Mey 2014) |
Petugas sampah bercerita pada saya bahwa Singapura juga
punya tempat pembuangan sampah dengan teknologi maju. Sampah sudah
dipisah-pisah, residunya langsung masuk ke tempat pembakaran sampah.
Di Dubai, setiap beberapa unit rumah dan vila disediakan
kontainer sampah tertutup. Truk sampah datang setiap hari pada saat gelap.
Jujur saya merasa miris, jika bicara soal sampah di
Indonesia. “Kesadaran masyarakat untuk tertib buang sampah pada tempatnya masih
rendah. Dari pihak pemerintah, belum ada keseriusan dalam menangani sampah. Ada
daerah yang warganya terpaksa patungan menyewa truk sampah, karena sampah
mereka tak kunjung diangkut. Di pusat pembuangan sampah, limbah hanya dibiarkan
tanpa diolah,” sangat menyayangkan.
Agar tercipta lingkungan yang bersih,saya berharap
pemerintah bersedia menyubsidi tempat-tempat pengolahan sampah di setiap
kkawasan khususnya kawasan pemukiman, di beberapa titik (TPST) disediakan
tempat sampah besar atau kontainer. “Kalau melihat tumpukan sampah, saya
geregetan ingin mengangkut. Tapi, kalau saya angkut hari ini, biasanya besok
akan ada lagi. Hari ini ada satu, besoknya ada lagi yang melempar,” yang pasti, saya akan menyambut baik para pemain
baru di bisnis ini.
Pengelolaan Sampah Singapore
Sampah berserakan karena Turis_Dok.Asrul (Mey 2014) Lokasi Jembatan Marina Bay Singapore |
Berbicara tentang strategi pengelolaan sampah kota
metropolitan, sebagai pembanding, ada baiknya kita intip strategi negara jiran
terdekat kita yakni Singapura dalam menakhlukkan sampah hingga negeri itu
berhasil mendudukkan dirinya sebagai salah satu kota yang hijau dan terbersih
di dunia cocok dengan semboyannya: Singapore, clean and green.
Menurut data dari Kementrian Lingkungan Hidup Singapura,
Singapura, negeri dengan wilayah daratan seluas DKI Jakarta atau sekitar 650
km2 dan berpenduduk lebih dari 4,6 juta jiwa, menghasilkan sampah sekitar 7600
ton perharinya. Untuk menangani sampah sebanyak itu, yang notabene 1000 ton
lebih banyak dari produksi sampah Jakarta, Pemerintah Singapura memilih
strategi pengelolaan sampah berupa penerapan teknologi insinerator yang dapat
mengubah sampah menjadi energi listrik (waste to energy) dan pembangunan TPA
sanitary landfill di lepas pantai.
Pemilihan teknologi insinerasi didasarkan karena teknologi
tersebut mampu mereduksi volume sampah harian hingga 90 persen sehingga masa
pakai TPA menjadi semakin panjang. Umur TPA menjadi sangat penting di sana
karena sebagai kota metropolitan dan industri, Singapura tidak lagi menyisakan
daratannya untuk usaha non-produktif seperti TPA sehingga pembangunan
TPA-nyapun mau tidak mau memanfaatkan wilayah lepas pantai dengan persyaratan
teknis yang sangat ketat. Selain karena keterbatasan lahan, pemilihan teknologi
tersebut, yang cukup mahal, rumit, dan hightech, juga didasarkan pada sudah
matangnya kesiapan finansial, perangkat hukum, institusi pengelola, dan sistem
pengumpulan dan pengangkutan sampah.
Dengan strategi tersebut, sistem pengelolaan sampah di
Singapura jelas tidak sekedar menerapkan prinsip kumpul, angkut, dan buang
seperti yang banyak dipraktekkan di kota-kota besar di Indonesia, tetapi
prinsipnya adalah sampah dikumpulkan, kemudian dipadatkan (di transfer station)
untuk kemudian diangkut dan dibakar (di insinerator), dan terakhir dibuang (di
sanitary landfill di lepas pantai).
Sebelum bulan April 1999, tempat pembuangan sampah Singapura
sebenarnya terletak di TPA Lorong Halus yang letaknya di kawasan pantai berawa
bagian timur laut Singapura. Namun karena TPA tersebut sudah penuh dan tidak
tersisa lagi daratan Singapura untuk TPA, maka dibuatlah TPA sanitary landfill
lepas pantai di selatan Singapura yang sekarang dikenal sebagai TPA Semakau.
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar