Sampah Mendukung Swasembada Pangan dan Energi_dok.Asrul |
Kami sangat mendukung semangat Saudaraku Amran Sulaiman sebagai Menteri Pertanian untuk
mensukseskan Nawacitanya Jokowi-JK, namun pula sangatlah saya wanti-wanti,
karena swasembada pangan ini tidaklah semudah yang dibayangkan. Kita tidak bisa
bicara swasembada pangan tanpa didahulukan kerangka utuh yang sinergitas. Perlu
transformasi ekonomi dan sosial. Swasembada pangan sangat penting, tetapi ada
beberapa syarat pendukung yang perlu dibenahi supaya produksi pertanian itu berkelanjutan (sustainable). Upaya peningkatan produksi pangan harus dibarengi
dengan pembenahan sektor perdagangan, pembangunan, dan konstruksi atau home-industri
pasca panen.
Akselerasi Swasembada Pangan
Hebat.. Jokowi Tanam Padi_dok.Asrul |
Pada era kepemimpinan Jokowi-Jusuf Kalla saat ini
(2014-2019), akselerasi swasembada pangan sedang digalakkan. Target pemerintah dalam
jangka tiga tahun, swasembada itu dicapai (2017). Katanya???. Refocusing pun
berencana dilakukan itu dibagi dalam tiga komoditas, yakni padi, jagung, dan
kedelai dengan memperbaiki sistem irigasi tentunya, distribusi bibit dan pupuk,
penyuluhan, serta alat dan mesin pertanian (alsintan). Diakui bersama bahwa potensi
produksi komoditas pangan di Indonesia cukup besar, akan tetapi potensi
tersebut selama ini belum dieksplorasi secara optimal sehingga sampai saat ini
Indonesia masih mengalami ketergantungan pada bahan pangan impor.
Dilain sisi akan terjadi pasar bebas ASEAN (pasar terbuka) ahir
tahun 2015 atau disebut pula Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang mau tak mau harus
diterima. Maka, penyiapan pangan berdaya saing menjadi harga mati agar produk
pangan lokal tidak menjadi penonton di negeri sendiri menghadapi produk bangsa asing. Prioritas
pembangunan pangan perlu dilakukan. Agar, semangat petani pangan dalam negeri
tak redup di tengah banjir produk pangan murah dari negara Asia Tenggara.
Refocusing untuk meningkatkan produksi padi mencapai 73,4
juta ton gabah kering, jagung sekitar 20 juta ton, dan kedelai 1,2 juta ton.
"Swasembada pangan harusnya meningkatkan produktivitas juga daya
saing.
Khusus komoditas padi dan jagung, pemerintah memproyeksikan
pertumbuhan produksi lima persen dari 2014. Sedangkan, kedelai ditargetkan naik
hingga 90 persen. Rinciannya, target produksi padi pada 2015 ditetapkan sebesar
73,4 juta ton gabah kering giling (GKG). Target produksi itu naik 2,79 juta ton
dibandingkan realisasi tahun 2014 yang diprediksi sebesar 70,61 juta ton GKG. Produksi tahun 2015 ditargetkan sebesar 20,9
juta ton pipilan jagung kering. Artinya, direncanakan terjadi peningkatan
jumlah sebanyak 1,77 juta ton dari tahun ini yang diperkirakan mencapai 19,13
juta ton pipilan kering. Selain itu, target produksi kedelai tahun depan
ditetapkan naik sebanyak 1,78 juta ton biji kedelai kering atau naik 860 ribu
ton dari tahun ini yang diperkirakan mencapai 921.340 ton biji kering.
Untuk peningkatan produktivitas padi, pemerintah melakukan
perbaikan satu juta hektare irigasi tersier selama satu tahun (2015). Selain
itu, akan disalurkan juga subsidi benih sebanyak 25 ribu ton serta penyaluran
subsidi pupuk untuk satu juta hektare (ha) dan penambahan traktor serta
transplanter hingga 6.700 unit.
Komoditas jagung dan kedelai, akan dilakukan perluasan areal
lahan. Untuk jagung, Kementan menyiapkan program penyaluran benih hibrida serta
perbaikan distribusi dan transportasi dari sentra produksi ke pabrik pakan
ternak. Pada komuditas kedelai, dinamika tanamnya lebih tinggi karena sangat
tergantung pada padi dan jagung. Apabila produktivitas jagung dan padi naik,
kedelai pasti turun. Oleh karenanya, lahan-lahan yang tidak cocok untuk padi
dan jagung pemerintah harus mengoptimalkan untuk kedelai, ini menjadi tantangan
tersendiri bagi Pak Jokowi-JK cq Menteri Pertanian Amran Sulaiman.
Penambahan luas tanam untuk komoditas kedelai akan dilakukan
secara bertahap. Pada 2013 luas tanam mencapai 600 ribu hektare, sedangkan 2014
luas tanam mencapai 644 ribu hektare. Kementan menargetkan 2015 luas tanam bisa
bertambah menjadi 815 ribu hektare sehingga produksi kedelai bisa mencapai 1,2
juta ton.
Dari sekian banyak faktor pendukung suksesnya “Target
Swasembada Pangan” ini, saya sedikit menyoroti tentang kesiapan atau aplikasi PeraturanMenteri (Permen) Pertanian RI Nomor 130/Permentan/SR.130/11/2014 Tentang Kebutuhan
dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi, untuk Sektor Pertanian Tahun
Anggaran 2015, lebih khusus “Target subsidi 1 (satu) juta ton pupuk organik”.
Menteri Pertanian Amran Sulaiman (2015) menargetkan Subsidi
Pupuk Organik sejuta ton. Target ini sepertinya berat untuk dipenuhi dan
berpotensi GAGAL tanpa mengandalkan Sampah Kota atau Sampah Rumah Tangga
menjadi Bahan Baku utama produksi pupuk organik. Tahun-tahun sebelumnya saja tidak
pernah berhasil memenuhi target. Contoh tahun 2013 saja Target 700 ribu ton dan
tersuplier hanya sekitar 370 ribu ton.
Mentan Amran Sulaiman harus belajar dari
kegagalan ini. Paling pas "Cabut Subsidi dan Konversi APPO berbasis
Sampah". Saya duga bahwa sepertinya bawahan Pak Amran tidak memberi informasi
dan data akurat yang benar kepada Pak Menteri tentang kegagalan ini. Terjadi
informasi ke Pak Menteri yang sifatnya “ABS”. Hati-hati disini Pak Menteri,
saya ragukan akan tersandung pada masalah kecil ini. Bukan Traktor Tangan yang
menjadi masalah di petani, tapi kelangkaan pupuk dan paradigma tentang pupuk
organik pada petani yang tidak beres, karena penyuluh pertanian tidak mengerti
pula tentang pupuk organik yang sebenarnya.
Bagaimana kalau sejuta ton ??? bila pola atau metode
produksi pupuk organik tidak dirubah, mustahil tercapai. Dalam beberapa diskusi, seminar dan pertemuan
formal dan infomal selalu saya usulkan dan sekarang saya usulkan buat Pak Jokowi, Pak JK, Pak Menteri Pertanian serta terkait lainnya:
- Cabut subsidi pupuk organik lalu konversi ke subsidi sarana pengolahan pupuk organik (APPO) berbasis sampah, serahkan kepada petani untuk memproduksi sendiri kebutuhan pupuk organiknya, beri kepercayaan itu pada masyarakat tani (mereka faham itu)
- Hentikan produksi pupuk organik melalui BUMN Pupuk Indonesia, BUMN ini tidak laik memproduksi pupuk organik (bukan ahlinya, kecuali pupuk kimia silakan produksi sendiri), karena BUMN ini mensubkontrak pula kepada perusahaan-perusahaan produksi pupuk organik yang tidak profesional, BUMN tersebut hanya menyiapkan kemasan saja tanpa quality control yang bertanggung jawab, ini fakta di lapangan, sehingga pupuk organik yang dihasilkan oleh BUMN pupuk tersebut tidak sesuai dengan SNI Pupuk Organik Indonesia. Coba Pak Menteri Pertanian atau Menteri Perindustrian dan Perdagangan mengaudit (investigasi) atas kebenaran informasi saya ini.
- Sebaiknya Menteri Pertanian selain traktor juga sebaiknya mensubsidi Sapi atau Kerbau kepada petani, ini akan menunjang produksi pupuk organik dan energi baru terbarukan di tingkat petani.
- Menteri Pertanian harus sinergi dengan Menteri Dalam Negeri serta Menteri Lingkungan Hidup untuk secara bersama menjalankan dengan serius UU.18 Tahun 2008 Tentang Pengelolaan Sampah, PP.81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga serta Permendagri 33 Tahun 2010 Teantang Pedoman Pengelolaan Sampah. Bila regulasi ini dilaksanakan dengan sinergitas, maka pupuk organik akan terpenuhi dan sangat mampu melebihi target sejuta ton tersebut.
- Segera Pak Jokowi canangkan Indonesia Go Organik – Visi misi Jokowi-JK Hal 37 – gerakan ini akan menunjang target swasembada pangan, namun pelaksanaannya jangan setengah hati dan koruptif.
Diharapkan pemerintah agar pandai membaca situasi (harapan
dan tantangannya). Komoditas pangan Indonesia itu tidak diproduksi oleh
pemerintah atau perusahaan resmi milik negara, tetapi didominasi oleh petani
kecil yang berjumlah kurang lebih empat juta orang. Namun, sistem penyuluhan
pertanian yang seharusnya didapatkan para petani tersebut porak poranda.
"Jadi, yang dibutuhkan untuk mencapai swasembada bukan hanya perbaikan
sarana-prasarana fisik yang bisa dibeli, dibangun, dan diperbaiki pemerintah,
tapi juga menyangkut kesiapan manusianya untuk bekerja dengan prinsip sinergi,
harmoni, dan simplicity.
Kemandirian pangan, memang harus dicapai dengan cara menekan
impor dan membangun kemampuan produksi pangan Indonesia menuju swasembada. Namun, langkah yang
dibangun mesti strategis dan terencana agar berkelanjutan dan tidak memboroskan
uang negara. Jangan sampai swasembada tidak konsisten. Misalnya, jika tahun ini
swasembada, tahun berikutnya impor lagi, wah bisa gawat kalau begini????
Swasembada Total
Padi dan Irigasi Harga Mati_dok.Asrul |
Indonesia perlu berswasembada pangan secara keseluruhan,
bukan berswasembada komoditas. Dalam pencapaiannya pemerintah tak mesti
terburu-buru. Lebih baik dikerjakan dengan terencana dan strategis, utamanya
menyangkut investasi dan perencanaan pengembangan sumber daya manusianya,
khususnya kepada penyuluh pertanian dan melibatkan praktisi secara total.
Agar program swasembada pangan tak jadi sekadar wacana dan
janji politik, pemerintah perlu mencanangkan program jangka pendek berupa
peningkatan infrastruktur irigasi, jalan desa, dan transportasi antarpulau yang
diharapkan dapat segera dikerjakan secepatnya, sebagaimana janji Presiden
Jokowi saat kampanye pilpres yang lalu. Di samping itu, penting dilakukan
penegakan aturan lahan pangan berkelanjutan sesuai dengan tingkat kebutuhan
pangan nasional. Tujuannya agar lahan pangan tidak terus menyusut oleh
bangunan-bangunan atau perumahan yang tak terbatas.
Sedangkan untuk jangka menengah dan panjang, perlu dilakukan
riset penemuan varietas lokal unggulan dan kemudahan investasi untuk industri
perbenihan. Dengan keragaman kondisi lingkungan yang beragam, ia menambahkan,
perlu ditumbuhkan varietas yang lebih sesuai dengan kondisi daerah
masing-masing (kearifan lokal) serta pupuk organik diproduksi sendiri oleh
petani berbasis teknologi tepat guna.
Selain itu, perlu juga didorong tumbuhnya industri
pengolahan produk primer pertanian dan penciptaan nilai tambah di pedesaan.
Adapun yang tak kalah penting, yakni pengembangan jasa konsultan (akan menjadi
partner pemerintah daerah untuk meluruskan perencanaan pembangunan) atau
penyuluh pertanian profesional agar para petani semakin terdidik dan berdaya
guna (mandiri), jangan dibiarkan petani itu tidur dan terlena oleh bujuk rayu
janji-janji politik belaka.
Kesimpulan: Sedikit mengingatkan
bahwa Jokowi-JK melalui Menteri Pertanian haruslah melihat swasembada dari sisi
ekonomi bukan pangan atau pertanian.....? Ini sangatlah berat karena harus
merobohkan tembok “ego sektoral” yang sangat kencang di republik ini.
Setidaknya ada empat hipotesis terkait swasembada pangan
dipandang dari sisi ekonomi yang menjadi tantangan bagi kita semuanya, yakni
apakah swasembada dapat mengendalikan inflasi, dapat meningkatkan pendapatan
petani, mengurangi risiko ketidakpastian dan politik yang mempengaruhi ekonomi,
di mana Indonesia sepertinya “tidak” mau impor, hanya menginginkan ekspor....hehehehe.
Bagaimana kita mau anti terhadap impor, yang namanya berdagang itu ada jual dan
beli. Bila kita anti impor dan negara yang mau membeli produk dari negara kita
menolak barang dari kita, apa bisa ekspor kita. Maka Pak Amran harus perhatikan
ini dengan baik. Khususnya Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla, harus mengingatkan
para menteri, gubernur dan bupati/walikota bahwa pekerjaan semua ini bukan
pekerjaan individual atau satu atau dua komunitas saja, tapi pekerjaan atau
keberhasilan dan kegagalan bersama (kolegial), artinya hilangkan ego sektoral.
Indonesia sebagai negara yang kaya sumber daya, tetapi
semakin lama semakin defisit. Contohnya, sebelum perang dunia, Indonesia
merupakan eksportir gula nomor dua di dunia. Namun, seiring berjalannya waktu,
Indonesia berubah menjadi negara importir. Tidak hanya gula yang diimpor,
tetapi beras, jagung, kedelai bahkan garam. Sungguh terperosok bangsa ini. Tentu
ada yang salah pada kita. Negara kita memiliki kelimpahan sumber daya, tetapi
semakin lama semakin defisit.
Baca dan Download: Peraturan Menteri (Permen) Pertanian RI No.130/Permentan/SR.130/11/2014
Tentang Kebutuhan dan Harga Eceran Tertinggi (Het) Pupuk Bersubsidi, untuk
Sektor Pertanian Tahun Anggaran 2015. Klik di SINI.
Berita sekaitan baca di Kompas.Com atau Kompasiana klik dibawah ini:
Jakarta, 15 April 2015
Best regards,H. Asrul Hoesein
08119772131 - 081287783331
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar