AL-QUR’AN
Secara harfiah makna al Qur’an adalah bacaan sempurna, al Qur’an bukanlah kitab ilmu pengetahuan tetapi ia banyak memaparkan tentang ilmu pengetahuan baik di bidang astronomi, kedokteran, ilmu alam, sosiologi, arkeologi, dan seterusnya, ia bukan kitab sejarah tapi ia menceritakan banyak hal tentang sejarah umat masa lalu dan yang akan datang yang jelas al Qur’an adalah kitab petunjuk (hudan) bagi umat Islam tidak ada keraguan sedikitpun apa yang disampaiakan oleh al Qur’an semenjak diturunkannya 14 abad yang lalu.
Tak ada bacaan sehebat al Qur’an yang dibaca oleh ratusan juta manusia, sejak diturunkannya hingga saat ini meskipun sebagain besar mereka tak mengerti maknanya. Tak ada bacaan selain al Qur’an yang mempunyai kosa kata sebanyak al Qur’an dan keteraturan dalam susunan redaksinya, dan mempunyai keseimbangan-keseimbangan antara kosa kata yang satu dengan yang lainnya. Tak ada kitab selain al Qur’an yang dikaji oleh berbagai disiplin ilmu pengetahuan, dan menghasilkan ratusan bahkan ribuan buku yang membahas tentang al Qur’an.
“Al Qur’an adalah jamuan Tuhan, rugilah yang tidak menghadiri jamuan-Nya, dan lebih rugi lagi yang hadir tetapi tidak menyantapnya” demikianlah bunyi sebuah hadits.
Setiap nabi dan rasul diberi oleh Allah berupa mukjizat, mukjizat artinya: “suatu hal atau peristiwa luar biasa yang terjadi melalui seseorang yang mengaku nabi, sebagai bukti kenabiannya yang ditantangkan kepada yang ragu kepadanya, untuk melakukan atau mendatangkan hal serupa, namun mereka tidak mampu melayani tantangan itu”
Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhammad SAW, lalu apa kelebihan al Qur’an dibandingkan dengan mukjizat lainnya yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelum Nabi Muhammad SAW?
Mukjizat nabi
Demikian pula Nabi Shaleh AS yang menghadapi kaum Tsamud yang amat gandrung melukis dan memahat, dan menghasilkan relif-relif yang amat indah, begitu indahnya relif tersebut sehingga nampak hidup, yang menghiasi gunung-gunung tempat tinggal mereka (baca:QS al A’raf [7]:74 dan Fajr [89]:9). Lalu Nabi Shaleh menantang mereka dengan mukjizat sesuai dengan keahliannya yakni Nabi Shaleh AS, mengeluarkan seekor unta dari lubang batu karang yang sangat kecil, lalu mereka melihat unta itu makan dan minum berkjalan di sekeliling mereka, mukjizat Nabi Shaleh ini hanya belangsung semasa beliau masih hidup. Demikian pula halnya dengan Nabi Isa AS, yang umatnya merasa amat mahir dalam bidang pengobatan, tetapi kemahiran tersebut tak ada artinya sama sekali dibandingkan dengan mukjizat Nabi Isa AS, mukjizat tersebut adalah mengembalikan penglihatan orang yang buta sejak lahir, menyembuhkan penyakit sopak dan bahkan menghidupkan orang-orang yang telah meninggal dunia, mukjizat ini diturunkan kepada Nabi Isa AS, karena umatnya sangat cakap dalam ilmu pengobatan, akan tetapi mukjizat Nabi Isa hanya berfungsi di saat ia masih hidup dan sepeninggalnya mukjizatnya, hanyalah kenangan.
Lalu bagaimana dengan al Qur’an mukjizat Nabi Muhammad SAW?
Menurut para pakar paling tidak ada tiga hal dalam memahami kemukjizatan al Qur’an
Pertama, Kepribadian Nabi Muhammad SAW.
Muhammad lahir dalam keadaan yatim lagi miskin di kota Makkah, beliau tidak pernah mengecam pendidikan formal maupun non formal, tidak pandai bahkan tidak dapat membaca dan menulis (ummy), besar dalam lingkungan tertinggal dari peradaban, namun faktor-faktor tersebut tidak membawa dampak negative sedikit pun pada keutuhan pribadi manusia itu. Akan tetapi beberapa ahli dari kalangan non muslim bersepakat mengatakan bahwa Muhammad adalah satu diantara manusia teragung yang pernah terlahir di muka bumi ini. Demikianlah yang ditulis Thomas Carlyle dalam “On Heroes, Hero Worship, and the Heroic in History”, dengan tolak ukur kepahlawanan; Demikian pula Will Durant dalam bukunya “The Story of Civilization in the World,” dengan tolak ukur “hasil karya”; kemudian Marcus Doodds dalam Muhammad, Buddha and Christ dengan tolak ukur “keberanian moral”; Nazmi Luke dalam Muhammad “Ar Rasul wa ar Risalah” dengan tolak ukur “metode pembuktian ajaran”; dan Miichael Hart dalam 100 tokoh berpengaruh, dan masih banyak lagi, karya-karya tersebut melihat dari berbagai aspek kepribadian Nabi Muhammad SAW.
Kepribadian Muhammad adalah bukti ia adalah bukan manusia kebanyakan, dilingkari faktor kemiskinan, buta huruf, peradaban yang terbelakang, tetapi hasilnya adalah seperti yang dikemukakan oleh para pakar dari non Muslim. Apakah ini tidak cukup kalau beliau adalah utusan Allah SWT.
Kedua, masyarakat Arab saat turunnya Al-Qur’an
Al Qur’an menamai masyarakat Arab sebagai masyarakat Ummyyin. Kata ini adalah bentuk jamak dari kata ummiy yang terambil dari kata umm yang arti harfiahnya adalah ibu dalam arti bahwa seorang ummiy adalah yang keadaannya sama disaat ia dilahirkan oleh ibunya dalam kemampuannya dalam membaca dan menulis, berarti masyarakat arab saat itu sangat minim orang yang mampu membaca maupun menulis.
Masyarakat arab saat itu hanya mengetahui pertama; ilmu astronomi, itupun sebatas penunjuk jalan, dan mengetahui jenis musim, kemudian kedua; ilmu meteorology, mereka gunakan untuk mengetahui pergantian cuaca dan yang ketiga; ilmu sejarah tentang umat sekitarnya.
Ketiga, Keotentikan dan Keuniversalan Al-Qur’an
Nabi Muhammad SAW memiliki banyak mukjizat tetapi mukjizatnya yang paling besar adalah al Qur’an, berbeda dengan Nabi sebelumnya, mukjizatnya hanya berlaku pada umat tertentu (terbatas) dan temporal, lain halnya dengan al Qur’an meskipun Nabi Muhammad SAW telah meninggal sekitar 14 abad yang lalu, tetapi al Qur’an masih dikaji, dibaca, dan menjadi pedoman hidup bagi ratusan juta pengikutnya, bahkan al Qur’an semakin menampakkan kemukjizatannya, karena banyak peristiwa ghaib yang disebutkan dalam al Qur’an yang baru diketemukan pada masa sekarang, karena al Qur’an memberitahukan peristiwa yang telah terjadi, yang sedang terjadi dan akan terjadi, sehingga al qur’an akan terus menerus menampakkan kemukjizatannya pada batas hanya Allah yang mengetahuinya, dan sejak al Qur’an diturunkakan hingga kini belum pernah mengalami penambahan maupun pengurangan hurufnya dan jika hal itu terjadi langsung dapat diketahui, berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang telah mengalami perubahan baik teks maupun konteks.
Ketiga hal tersebut di ataslah yang perlu digaris bawahi dalam memahami kemukjizatan al Qur’an, pertama kepribadian Nabi Muhammad SAW, ditinjau dari berbagai aspek yang menjadikan ia adalah manusia yang luar biasa adalah suatu mukjizat tersendiri, kedua kondisi bangsa Arab yang sangat terbelakang di saat turunnya Al Qur’an, dengan kondisi tersebut menandakan bahwa al Qur’an bukan buatan Muhammad atau siapa pun kecuali datangnya dari Allah SWT dan yang ketiga, keotentikan, keuniversalan al Qur’an, menandakan bahwa al Qur’an adalah kitab yang sempurna tak luntur dimakan oleh jaman dan berlaku seluruh umat manusia. Sebagaimana ungkapan ‘Abdullah Darraz, dalam al Naba’
“Apabila Anda membaca Al Qur’an, maknanya akan jelas dihadapan Anda. Tetapi bila Anda membacanya sekali lagi, akan anda temukan makna-makna lain yang berbeda yang berbeda dengan makna sebelumnya. Demikian seterusnya, sampai-sampai Anda (dapat) menemukan kalimat atau kata yang mempunyai arti yang bermacam-macam, semuanya benar atau mungkin benar. (ayat-ayat al Qur’an) bagaikan intan: setiap sudutnya memancarkan cahaya yang berbeda dengan apa yang terpancar dari sudut-sudut lain. Dan tidak mustahil jika anda mempersilahkan orang lain memandangnya, maka ia akan melihat lebih banyak ketimbang apa yang anda lihat”.
Dan “bacalah al Qur’an seakan-akan ia diturunkan kepadamu!” demikianlah ungkapan cendekiawan muslim Muhammad Iqbal.
[Ramadhan1430H2009M_asrulhoeseinbrotherblog_AgamaIslam]
0 komentar :
Posting Komentar