Bercermin dari China dan Jerman
oleh: abdulmalik/islahuddin/faizinaslam
SEPUTAR INDONESIA, Jakarta, 14 Juni 2009. Bicara tentang sekolah kejuruan (pendidikan aplikatif), China dan Jerman adalah dua Negara yang patut menjadi contoh sukses. Namun, kedua Negara ini memiliki perbedaan dalam menagani sekolah kejuruan.
Bagaimana praktik pembangunan pendidikan kejuruan di China dan Jerman? Badab PBB yang menangani masalah pendidikan (UNESCO), bekerja sama dengan Internationale Weiterbildung und Entwicklung gGmbH (Inwent), melakukan riset tentang perbandingan pendidikan kejuruan antara China dan Jerman dan peluang pasar kerja. Sebuah riset yang dipublikasikan pada November 2008 ”Vocational Education and Training and the Labour Market-A Comparative Analysis of China and Germany”, menemukan ada perbedaan antara pembangunan pendidikan kejuruan di kedua Negara.
Di China jutaan lulusan sekolah kejuruan kurang memenuhi kualifikasi, sehingga menghadapi kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan. Ini sudah dikritik selama beberapa waktu lalu bahwa praktik pendidikan kejuruan di China tidak lagi berorientasi pada kebutuhan pasar kerja. Komisi pendidikan dan kementerian tenaga kerja setempat telah memberlakukan sertifikat ganda. Sistim inilah menjadi persyaratan utama bagi masyarakat China untuk emasuki pasar kerja.
Meski demikian menurut tim peneliti yang dipimpin oleh Alexander Schnarr. Implementasi system di China memiliki dampak positif bagi pendidikan kejuruan menuju pasar kerja. Bagaimanapun, masih banyak ditemui rintangan dalam implementasi system tersebut. Salah satu yang paling menonjol adalah faktanya hanya sedikit sekolah kejuruan yang memberlakukan standar nasional dalam kurikulum yang mereka gunakan. Inilah yang memperlebar jurang pemisah antara kebutuhan pasar kerja dengan lulusan yang mampu disediakan oleh sekolah kejuruan di China.
Guna mengatasi maslah ini, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh China. Diantaranya dengan mengoordinasikan level kualifikasi pada sertifikat sekolah dan sertifikat kategori kejuruan. Kemudian mengembangkan kurikulum interdisiplin guna mengadaptasi antara pengajaran dan pengujian dengan perubahan teknologi dan ekonomi. Guna membuat kategori pengujian, badan penguji sudah semestinya dibentuk. Namun, badan penguji merupakan hasil bentukan dari beberapa instrument, dari sekolah, perusahaan, hingga kementerian tenaga kerja. Badan inilah yang nantinya membuatkriteria-kiteria yang dibutuhkan.
Di Jerman, pendidikan kejuruan benar-benar mendapatkan tempat yang paling nyaman. Menurut Alexander Schnarr, ada koneksi yang harmonis diantara pasar kerja dan sertifikat pendidikan kejuruan. Untuk itu, mencontoh dari Jerman, China harus mampu menegakkan aturan sertifikasi semacam ini. Jika program sertifikasi pendidikan kejuruan bisa menjamin siswa lulusannya masuk ke pasar kerja, maka para orang tua secara otomatis akan menyekolahkan anaknya ke sekolah kejuruan.
Disamping itu, perusahaan dan kamar dagang dan industri juga harus dilibatkan guna membangun system pendidikan kejuruan. Untuk itulah China harus mampu memecahkan masalah proses ini guna mengikuti perubahan pasar kerja. Dengan membandingkan system pendidikan kejuruan antara China dengan Jerman, dapat ditemukan bahwa pengalaman Jerman dalam bidang ini tampak lebih matang disbandingkan China. Bagaimanapun, berdasarkan budaya Negara setempat, ekonomi dan politik, transfer system pendidikan kejuruan dari kedua Negara bukan mustahil dilakukan. China akan mampu menemukan pendekatan baru dengan caranya sendiri, memodernkan pendidikan kejuruan di Negeri Tirai Bambu itu.
Jika system pendidikan di China cukup fleksibel, kata Alexander Schnarr, maka di Jerman sangat rigit dan merespon perubahan secara perlahan. Dalam konteks China, fleksibilitas adalah mutlak diperlukan dan telah dipraktekkan sebagai pemicu pertumbuhan ekonomi. Kurangnya fleksibilitas system di Jerman juga tidak terlepas dari factor sejarah, sejak system pendidikan kejuruan dirintis pada abad pertengahan hingga kemudian berkembang dimasa kemudian. Bidang pendidikan yang diajarkanpun harus semakin lengkap dan didesain sesuai kebutuhan industri dan pasar.
“Secara keseluruhan perbandingan antara situasi pendidikan kejuruan di China dan Jerman telah menunjukkan bahwa ada dua system yang sangat berbeda. Namun system-sistem ini juga memberikan manfaat atau sebaliknya bagi kedua Negara,”tutup Alexander Schnarr. [repost.18viii09.PeriskopPendidikanAplikatif-SINDO14vi09-SDM-Keterampilan)
http://www.seputarindonesia.com
Selasa, 25 Agustus 2009
Bercermin dari China dan Jerman
Langganan:
Posting Komentar
(
Atom
)
0 komentar :
Posting Komentar