PENGERTIAN OSTEOPOROSIS
A. Definisi Osteoporosis Pernahkah anda melihat wanita tua bertubuh bongkok? Wanita tua itu pasti menderita penyakit osteoporosis yang menyebabkan tulanh punggungnya melengkung. Osteoporosis tidak menampakkan tanda-tanda fisik yang nyata hingga terjadi keropos atau keretakan pada usia senja.
Secara harfiah, kata osteo berarti berlubang. Istilah populernya adalah tulang keropos. Zat kapur, kalk atau kalsium adalah mineral terbanyak dalam tubuh, kurang lebih 98% kalsium dalam tubuh terdapat dalam tullang. Penempatan kalsium ke dalam jaringan tulang disebut demineralisasi. Proses mineralisasi dan demineralisasi berlangsung seumur hidup. Osteoporosis terjadi jika proses demineralisasi melebihi mineralisasi. Pencegahan dan pengobatan osteoporosis ditujukan untuk menyaimbangkan proses demineralisasi.
Kelompok kerja World Health Organisation (WHO) dan consensus ahli mendefinisikan osteoporosis menjadi penyakit yang ditandai dengan rendahnya massa tulang dan memburuknya mikrostruktural jaringan tulang, yang menyebabakan kerapuhan tulang sehingga meningkatkan risiko terjadinya fraktur. Dimana keadaan tersebut tidak memberikan keluhan klinis, kecuali apabila telah terjadi fraktur (tief in the night). Osteoporosis adalah penyakit tulang sistemik, dan fraktur osteoporosis dapat terjadi pada setiap tempat. Meskipun fraktur yang berhubungan dengan kelainan ini meliputi torak dan tulang belakang (lumbal), radius distal dan femur proksimal, definisi tersebut tidak berarti bahwa semua fraktur pada tempat yang berhubungan dengan osteoporosis disebabkan oleh kelainan ini.interaksi antara geometri tulang dan dinamika terjatuh atau kacelakaan (trauma), keadaan lingkungan sekitar, juga merupakan factor penting yang menyebabkan fraktue. Ini semua dpat berdiri sendiri atau berhubungan dengan rendahnya densitas tulang.
Dengan demikian, penyakit osteoporosis adalah berkuramgnya kepadatan tulang yang progresif, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah, tulang terdiri dari aklsium – kalsium dan fosfat, sehingga tulang menjadi keras dan padat. Jika tubuh tidak mampu mengatur kandungan mineral dalam tulang, mak tulang menjadi kurang padat dan lebih rapuh, sehingga terjadilah osteoporosis. Meskipun kalsium diluar tulang ahnya kurang lebih 2%dari kalsium dalam tubuh, perannya sangat vital, terutama untuk kegiatan enzim, hormone, saraf, otot, dan pembekuan darah. Kalsium yang beredar dalam darah menjadi patokan keseimbangan kalsium diseluruh tubuh. Keseimbangan dan kestabilan kadar kalsium darah terutama ditentukan oleh hormone paratiroid. Kalau kadar kalsium dalam darah normal, maka proses mineralisasi berlangsung seimbang. Osteoporosis atau keropos tulang adalah penyakit kronik yang ditandai dengan rendahnya massa tulang yang disertai mikro arsitektur tulang dan penurunan kwalitas jaringan tulang yang dapat menimbulakn kerapuhan tulang. Keadaan ini berisiko tinggi, karena tulang menjadi rapuh dan mudah ratak, bahkan patah. Banyak orang tidak menyadari jika osteoporosis merupakan pembunuh tersembunyi. Penyakit ini hamper tidak menimbulkan gejala yang jelas. Sering kali, osteoporosis justru diketahui ketika sudah parah. Contoh kasus seorang terpeleset ringan, tetapi tulangnya patah dibagian lengan atau pinggang. Jika kita bertanya pada sekumpulan wanita usia paro baya ( 40 – 50 tahun) mengenai sejauh mana pemahaman mereka terhadap ancaman osteoporosis, ternyata informasi yang kita dapat sangat beragam. Ada yang beranggapan kondisi tubuhnya aman–aman saja karena selama ini tidak merasakan adnya keluhan, sehingga dia tidak perlu berjaga-jaga secara berlebihan. Namun, sebagian ada juga yang sangat sadar akan pentingnya perhatian terhadap kesehatan tulang pada usia tersebut. Osteoporosis merupakan penyakit tulang yang umum pada orang dewasa. Penyakit ini menyebabakan tulang lebih mudah keropos dan lebih mudah patah daripada tulang yang normal. Disbanding penyakit tulang lain seperti ostomalasia dan rickets, osteoporosis berbeda.
Ini disebabkan berkurangnya matriks organic buksn kelainan klsifikasi tulang. Pendeteksian dini osteoporosis merupakan langkah yang tepat untuk terjdinya fraktur (patah tulang). Fraktur lebih sering terjadi pada pergelangan tangan, tulang belakang, serta pinggang, tetapi semua tulang bisa mengalaminya. Perempuan kulit putih lebih mudah terkena, tetepi ada pula faktor risiko lainnya mencakup asupan kalsium yang rendah, aktifitas fisik yang kurang, obat-obatan tertentu, seperti kortikosteroid dan pewarisan penyakit pada keluarga. Osteoporosis dapat terjadi pada wanita maupun pria. Dari hasil penelitian para ahli, 80% terjadi pada wanita atau dengan perbandinagn kejadian 6:1. wanita yang terkena pun bisa tua ataupun muda, namun wanita muda yang mengalami penghentian siklis menstruasi (amenorrhea). Hal ini terjadi karena wanita mengalami hilangnya massa tulang puncak lebih rendah dibandingkan pria. Disampng itu, wanita hamil dan menyusui telah sangat menyedot persendian bahan-bahan tulang untuk janin dan bayinya. Juga wanita mengalami hilangnya massa tulang yang cepat pada tahun-tahun pertama pada menopause. Pada massa menopause dan post menopause, produksi hormone estrogen menurun mengakibatkan kehilangan bahan-bahan tulang sehingga terjadi osteoporosis. Demikian juga 20 tahun sesudah menopause, angka kejadian osteoporosis meningkat menjadi 70% dan usia 60 tahun sepertiganya mengalami patah tulang. Biasanya sesudah menopause setiap penambahan umur 10 tahun risiko osteoporosis akan bertambah 15%. Berbeda dengan pria yang mempunyai massa tulang 30% lebih banyak dari wanita. Pria diatas 45 tahun lebih sedikit dari pada wanita. Dengan demikian, osteoporosis ini jelas merupakan penyakit wanita dibandingkan dengan pria. Bahkan osteoporosis inipun ternyata bisa menyerang wanita sejak masih muda. Tidak dapat dipungkiri penyakit osteoporosis pada wanita ini dipengaruhi oleh hormone estrogen. Namun, karena gejala baru muncul detelah usia 50 tahun, penyakit osteoporosis tidak mudah dideteksi secara dini. Jumlah usia lanjut di Indonesia diperkirakan akan naik 414 persen dalam ukuran waktu 1990-2025, sedangkan perempuan menopause yang tahun 2000 diperhitungkan 15.5 juta akan naik menjadi 24 juta pada tahun 2015. bayangkan betapa besar jumlah penduduk yang dapat terancam penyakit osteoporosis. Selain itu, ada lagi factor yang membuat masalah osteoporosis di Indonesia semakin meningkat, yakni masalah yang berhubungan dengan masalah hormonal pada menopause. Menopause lebih cepat dicapai wanita Indonesia pada usia 48 tahun dibandingkan wanita barat, yaitu usia 60 tahun. Mulai berkurangnya paparan terhadap sinar matahari. Kurangnya asupan kalisum. Perubahan gaya hidup seperti merokok, alcohol dan berkurangnya latihan fisik, penggunaan obat-obatan steroidjangka panjang, akan mendatangkan risiko osteoporosis tanpa gejala klinis yang menyertainya. Osteoporosis merupakan masalah kesehatan karena beratnya konsekwensi fraktur pada pasien dan sistim perawatan kesehatan. Data retrospektif osteoporosis yang dikumpulkan di UPT Makmal Terpadu Iminoendokrinologi, FKUI dari 1690 kasus osteoporosis, ternyata yang pernah mengalami patah tulang femur dan radius sebanyak 249 kasus (14,7%). Demikian pula angka kejadian pada fraktur hip (pinggul), tulang belakang, dan wirst (pergelangan tangan) di RSUD Dr. soetomo Surabaya pada tahun 2001-2005, meliputi 49 dari toyal83 kasus fraktur hip pada wanita usia 60 tahun. Terdapat 8 dari 36 kasus fraktur tulang belakang dan terdapat 53 dari 173 kasus fraktur wirst. Dimana sebagian besar terjadi pada wanita >60 tahun dan disebabkan oleh kecelakaan rumah tangga. Selain itu, juga memiliki implikasi yang penting pada keadaan social dan ekonomi. Di Amerika dari 300.000 kasus fraktur osteoporosis pada tahun 1991 dibutuhkan dana $5 milyar. Dan diperkirakan akan membutuhkan dana mencapai $30-$40 milyar pada tahun 2020. di Indonesia 426.300 fraktur osteoporosis dibutuhkan dana $3.8 milyar . dapat dibayangkan biaya pada tahun 2050. Berikut ini fakta mengenai penyakit osteoporosis yang dapat membukakan mata dan meningkatkan kesadaran akan ancaman penyakit osteoporosis.
Berdasarkan kajian dunia ada fakta bahwa :
- Satu diantara tiga wanita diatas usia 50 tahun dan satu diantara 5 pria diatas 50 tahun menderita osteoporosis.
- Penderita osteoporosis di Eropa, Jepang dan Amerika sebanyak 75 juta penduduk, sedangkan China 84 juta penduduk.
- Ada 200 juta penderita osteoporosis di seluruh dunia. Risiko kematian akibat patah tulang pinggul sama dengan kanker payudara. Berdasarkan studi di Indonesia, fakta-faktanya sebagai berikut :
- Prevalensi osteoporosis untuk umur kurang dari 70 tahun untuk wanita sebanyak 18-36%, sedangkan pria 20-27 %, untuk umur di atas 70 tahun untuk wanita 53.6%, pria 38%.
- Lebih dari 50% keretakan osteoporosis pinggang diseluruh dunia kemungkinan terjadi di Asia pada 2050 (Yayasan Osteoporosis Internasional).
- Mereka yang terserang rata-rata berusia diatas 50 tahun (Yayasan Osteoporosis Internasional).
- Dua dari lima orang Indonesia memiliki risiko terkena penyakit osteoporosis (DEPKES, 2006)
- Jumlah penderita osteoporosis di Indonesia jauh lebih besar dari data terakhir Depkes, yang mematok angka 19.7% dari seluruh penduduk dengan alas an perokok di negri ini urutan ke-2 dinia setelah China.
Karena itu, kita harus mengetahui dan memahami densitas mineral tulang, sebab risiko terjatuh dan akibat kecelakaan sulit diukur dan diperkirakan. Definisi WHO mengenai osteoporosis menjelaskan mengenai osteoporisis menjelaskan hanya spesifik pada tulang yang merupakan risiko terjadinya fraktur. Ini dipengaruhi densitas tulang. Kelompok kerja WHO menggunakan ukuran densitas mineral tulang :
- Normal : densitas tulang kurang dari 1 standar deviasi di bawah rata-rata wanita muda normal (T>-1).
- Osteopenia : densitas tulang antara 1 standar deviasi dan 2.5 standar deviasi di bawah rata-rata wanita muda normal (-2.5<t<-1)>B. Jenis Osteoporosis dan Faktor Pemicunya
</t<-1)> Berdasarkan jenisnya, penyakit osteoporosis dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
Osteoporosis primer yang dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Jenis osteoporosis ini factor pemicunya adalah merokok, aktivitas, pubertas tertunda, berat badan rendah, alkohol, ras kulit putih/asia, riwayat keluarga, postur tubuh, dan asupan kalsium yang rendah.
Osteoporosis primer terdiri dari dua bagian :
A. Tipe I (Post-menopusal) : terdiri dari 15-20 tahun setelah menopause (53 – 75 tahun). Ditandai oleh fraktur tulang belakang dan berkurangnya gigi geligi. Hal itu disebabkan luasnya jaringan trabrkular pada tempat tersebut, diman jaringan trabekular lebih responsif terhadap defisiensi estrogen. Terjadi karena kekurangan estrogen yang membantu mengatur pengangkutan kalsium ke dalam tulang pada wanita, tidak semua wanita memiliki risiko yang sama untuk menderita osteoporosis postmenopausal, wanita kulit putih dan daerah timur lebih mudah menderita penyakit ini dari pada wanita kulit hitam.
B. Tipe II (Seline) : Osteoporosis jenis ini dapat terjadi pada tiap kelompok umur. Penyebabnya meliputi ekses kortikosteroid, hipertiroidisme, multiple mieloma, malnuntrisi, defisiensi estrogen, hiperparatiroidisme, fakror genetic dan obat-obatan. Kemumgkinan merupakan akibat dari kekurangan kalsium yang berhubungan dengan usia dan ketidak seimbangan diantara kecepatan hancurnya tulang dan pembentukan tulang yang baru.biasanya terjadi pada usia diatas 70 tahun dan dua kali lebih sering menyerang pada wanita.
C. Osteoporosis sekunder : dialami oleh kurang dari 5% penderita osteoporosis, yang disebabkan oleh keadaan medis lainnya atau oleh obat-obatan. Bisa disebabkan oleh gagal ginjal kronis dan kelainan hormonal (terutama tiroid, paratiroid dan adrenal) dan obat-obatan (kortikosteroid, barbiturate, anti kejang dan hormone tiroid yang berlebihan). Pemakaian alcohol yang berlebihan dan merokok memperburuk keadaan osteoporosis.
D. Osteoporosis juvenile idiopatik : merupakan osteoporosis yang tidak di ketahiu penyebabnya. Hal ini terjadi pada anak-anak dan dewasa muda yang memiliki kadar dan fungsi hormone yang normal, kadar vitamin yang normal dan tidak memiliki penyebab yang jelas dari rapuhnya tulang. Dari penjelasan diatas, jelaslah berbagai factor risisko menjadi penyebab munculnya penyakit osteoporosis. Factor-faktor tersebut adalah :
- Mengalami fraktur di atas 50 tahun, karena seiring dengan pertambahan usia, fungsi organ tubuh justru menurun sehingga penyerapan kalsium menurun dan fungsi hormone para tiroid meningkat
- Memiliki massa tulang yang rendah akibat dari tubuh kurus dan mungil, tulang akan giat membentuk sel jika di tekan oleh berat badan, fungsi tulang adalah untuk menyangga bobot maka dengan demikian tulang akan terangsang untuk membentuk massa pada daerah tersebut, terutama pada daerah pinggul dan panggul. Jika bobot tubuh ringan, maka massa tulang cenderung kurang terbentuk sempurna.
- Memiliki kerabat dengan riwayat osteoporosis. Karma dalam keluarga pasti mempunyai struktur genetic tulang yang sama
- Lebih banyak di derita oleh wanita
- Memiliki ukuran tulang yang kecil
- Gaya hidup yang tidak sehat :
- Sering mengkonsumsi daging merah dan minuman bersoda, karena keduanya mengandung banyak fosfor yang merangsang pembentukan hormone tiroid, penyebab lepasnya kalsium dari dalam darah.
- Minuman bekafein dan beralkohol, air seni peminum kafein lebih banyak mengandung kalsium, dan kalsium itu berasal dari proses pembentukan tulang. Selain itu kafein dan alcohol bersifat toksin yang menghambat proses pembentukan massa tulang.
- Malas berolahraga. Semakin banyak gerak dan olahraga, maka otot akan terpacu untuk membentuk massa
- Merokok, perokok sangat rentan terhadap osteoporosis, karena zat nikotin didalamnya dapat mempercepat penyerapan tulang, nikotin juga membuat kadar dan aktivitas hormone estrogen dalam tubuh berkurang sehingga susunan-susunan sel tidak kuat dalam mrenghadapi proses pelapukan, rokok dapat membuat penghisapnya mengalami hipertensi, penyakit jantung, dan tersumbatnya aliran darah keseluruh tubuh. Saat melewati umur35, efek rokok pada tulang akan mulai terasa, karena prosespembentukan pada umur tersebut sudah terhenti.
- Kurang kalsium, jika kalsium tubuh berkurang maka tubuh akanmengeluarkan hormonyang akan mengambil kalsium dari bagian tubuh lain, termasuk yang ada di tulang
- Kurang hormone estrogen, terutama setelah menopause.
- Penderita anoreksia nervousa
- Mengkonsumsi obat yang mengandung kortikosteroid
- Rendahnya kadar testosterone pada priaSuku atau ras, para ahli berpendapat bahwa factor genetic berperan 60-80% terhadap massa tulang sedangkan lingkungan berpengaruh 20-40%. |
0 komentar :
Posting Komentar