VISI, MISI, LANGKAH SETRATEGIS DAN PENGALAMAN EMPIRIS PENGELOLAAN MASJID DI
Oleh : Profesor Dr. H. A. Ahmad Sutarmadi
1. PENDAHULUAN
Kita semua wajiblah memuji syukur al-hamdulillah Allah S.W.T, kerana kita semua diperkenankan oleh Allah S.W.T dapat hadir dalam majlis yang amat mulia ini, untuk membahas fungsi masjid yang lebih baik, lebih moden dalam mengawal moral umat muslim di Sarawak khususnya, dan di negeri serantau pada umumnya. Saya merasa sangat bersyukur dan sangat berbahagia, atas diberinya dikesempatan oleh panitia penyelenggara untuk menjelaskan judul “Visi, Misi, Langkah Setrategis dan Pengalaman Empiris Pengelolaan Masjid Di Indonesia” peluang ini merupakan peluang emas, untuk mendapatkan tanggapan dari para penyelenggara dan para hadirin peserta majlis, yang pada gilirannya akan dijadikan pedoman untuk memakmurkan Baitullah, yakni Masjid-Masjid di Sarawak dan di Negeri-Negeri Muslim Serantau. Tentulah pemikiran itu mendapatkan inspirasi Firman Allah S.W.T dalam Surat at- Taubah Ayat 18 :
Artinya : “Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ajalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kerana Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk”
Rasulullah Nabi Muhammad S.A.W pernah bersabda : Artinya : “Barangsiapa membangun masjid kerana Allah, Allah Ta'ala akan membangunkan istana di syurga” (Al Hadits)
Dengan al-Quran al-Karim dan al-Hadits asy_Syarif itulah, maka kita yang hadir dalam majlis yang mulia ini, semoga saja termasuk hamba Allah yang mendapatkan petunjuk, dan kelak mendapatkan istana di syurga janatunaim. Bagi para hadirin yang mulia, yang mengikuti majlis ini, semoga memanfaatkan peluang emas ini, untuk menambah ilmu pengetahuan ilmiyah dan pengalaman amaliah dalam upaya meningkatkan fungsi masjid mengawal akhlaq bangsa dan meningkatkan kesejahteraan anggota jama'ah masjid.
II. VISI PENGELOLAAN MASJID
Visi ialah suatu angan-angan ataupun impian terhadap sesuatu yang sangat indah menawan dan mempesona, sehingga menimbulkan keinginan yang kuat untuk dapat mewujudkannya. Dengan visi yang mantap akan dapat menarik umat muslim ataupun anggota Jama'ah Masjid bersedia berkorban untuk membantu moral dan material untuk kepentingan masjid yang ada di daerahnya. Dengan visi yang jelas dan terang, anggota Jama'ah Masjid menjadi lebih yakin membela masjid dan mempertahankannya. Dalam ber- bagai seminar dan diskusi, pernah digariskan bahawa visi mengelola, memenej atau mengurus masjid yakni “Menjadikan fungsi masjid, dapat lebih membahagiakan anggota Jama'ah masjid lebih bahagia dan sejahtera, dunia dan akhirat”. Anggota Jama'ah Masjid bila masuk masjid, dengan beribadah, membaca al-Quran, membaca al-Hadits, ataupun dzikir, bertasbih, bertahlil, bertahmid dan mengikuti serta memperhatikan khutbah, pengajian dan syarahan-syarahan, lalu mereka pikirkan pelaksanaannya, memikirkan tentang dirinya, kemudian diyakini kesemuanya itu. Setelah dirasakan cukup mendapatkan sesuatu, kemudian keluar masjid dengan kaki kiri didahulukan, tidak seperti ketika masuk, yakni dengan mendahulukan kaki kanan, maka dengan hati yang mantap dan dengan nur Ilahi meneruskan medan juang mencari rizki, memenuhi perintah Allah :
Artinya : “Apabila telah ditunaikan shalat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi, dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung. Bahawasanya visi itu sifatnya masih abstrak, masih dalam bayangan dan impian, maka perlulah dijabarkan lebih konkrit, dan lebih nyata, maka diperlukan perumusan misi pengelolaan masjid”, yakni :
1) Meningkatkan iman, taqwa dan akhlak karimah.
2) Meningkatkan kecerdasan ummat anggota jama'ah.
3) Meningkatkan silatturahim.
4) Meningkatkan kesejahteraan dan ekonomi anggota jama'ah.
5) Meningkatkan sosial, budaya dan peradaban.
Dengan perumusan misi itu maka visi akan lebih operacional, artinya sudah dapat dibayangkan kegiatannya. Setiap program kegiatan secara estructural diharuskan perumusan visi terlebih dahulu. Agar ada kesepakatan bayangan ataupun impian bersama anggota sesuatu organisasi. Bilamana belum diketemukan visi bersama suatu organisasi, maka akan ada kesulitan membuat langkah kegiatan bersama.
III. MISI PENGELOLAAN MASJID
Kata misi dahulu kala selalu dihubungkan dengan peperangan, dihubungkan dengan kegiatan negara dengan negara lain. Tetapi ahli menejemen sekarang misi dihubungkan dengan istilah menejemen, yaitu merupakan break down ataupun perincian dari visi, penjelasan yang lebih operacional. Seperti disebutkan di depan, misi pengelolaan masjid meliputi “Peningkatan Iman, Taqwa dan akhlaq karimah, kecerdasan, silaturrahim, ekonomi dan social budaya”.
Dengan perincian demikian, sudah mulai terbayang kegiatan apa saja yang dapat mewujudkan visi, seperti meningkatkan iman, taqwa, akhlaq karimah, yakni dengan melaksanakan berbagai macam Ibadah di masjid, melakukan pengajian dan pengkajian, memperingati hari besar Islam, membaca al-Quran, membaca al-Hadits . Pelaksanaan peningkatan iman, taqwa, akhlaqul karimah itu, secara sistimatis kelak dirumuskan dalam langkah-langkah setrategis. Secara dirumuskan demikian rupa, sehingga semua akan tercakup dalam langkah-langkah berstrategis itu.
Misi meningkatkan kecerdasan umat muslim, dapat dilakukan kegiatan-kegiatan seperti taman bacaan al-Quran, taman pendidikan al-Quran, taman kanak-kanak, pengajian dan pengkajian agama, menyelenggarakan sekolah formal, seperti Sekolah Dasar, Sekolah Menengah pertama dan Atas, Perguruan Tinggi, Kursus-Kursus dan lain-lain. Kesemuanya itu dapat dirumuskan secara sistimatis dalam rumusan langkah-langkah setrategis.
Misi meningkatkan silaturrahim, dapat dilakukan berbagai macam kegiatan, mula mendaftar nama-nama anggota jama'ah tetap, yang bermukim di sekitar masjid ataupun bertempat tinggal jauh, tetapi ingin menjadi anggota masjid tertentu, maka anggota demikian dapat dibenarkan. Data anggota itu meliputi nama kepala keluarga, jumlah anak, pendidikan, keahlian, pekerjaan, alamat dan lain-lain, sesuai dengan data yang diperlukan, termasuk status perkahwinan dan kedudukan dalam pekerjaan. Perlu juga diadakan rapat umum, ataupun pertemuan untuk keseluruhan anggota jamaah, bila jumlah jamaah terlalu besar, maka dapat melalui perwakilan. Dengan demikian perlu dibentuk sub-sub sektor anggota berjama'ah. Bila anggota jamaah keseluruhan sampai jumlah 5 ribu, maka dapat dibagi menjadi 50 sub, sehingga setiap sub, terdiri dari 100 orang. Dengan cara demikian, maka hubungan silaturrahim akan dapat dilakukan. Kegiatan untuk mempererat silaturrahim itu dapat melalui umrah bersama, bertamasya bersama, arisan, pengalaman, tahlil, membaca yasin bersama dan lain-lain.
Misi meningkatkan kesejahteraan, terutama masalah ekonomi, dengan membuat peta kemampuan ekonomi anggota jama'ah, keadaan alam, kemungkinan berusaha. Meminta bantuan ahli ekonomi setempat usaha apa yang cocok, sesuai dengan lingkungan alam yang ada. Bagi daerah pantai, mungkin dapat dikembangkan usaha- usaha perikanan, pengadaan perahu ataupun papal ikan, pengolahan pasca, panen, pemasaran produksi ikan dan lain-lain.
Bagi jama'ah yang di darat, dapat men- gembangkan perkebunan dan pertanian, dengan mengaktifkan tenaga ahli, pengusaha dan pemerintah untuk memajukan usaha-usaha yang cocok.
Meningkatkan sosial budaya dengan mengembangkan berbagai seni yang sesuai dengan ajaran Islam, mengembangkan jenis masakan, memelihara budaya local untuk dijadikan kehidupan masyarakat yang serasi, selaras dan seimbang. Hidup tanpa seni akan kaku dan keras. Hidup tanpa agama akan buta, dan hidup tanpa teknologi akan lemah.
IV. LANGKAH-LANGKAH SETRATEGIS
Langkah-langkah setrategis yakni satu perencanan program yang jauh, mendalam dan meluas. Maka rencana itu dapat dirumuskan sebagai berikut:-
1. Meningkatkan kemampuan ilmiyah, mengenai agama dan teknologi.
2. Mendidik dan melatih para pengurus ataupun pengelola masjid, dalam kemampuan menejerial dan teknikal.
3. Membuat program kerja jangka pendek, sedang dan panjang, harian, mingguan, bulanan.
4. Membuat data anggota jamaah, dilengkapi dengan profilnya.
5. Mengadakan imam, khotib, guru mengaji, penceramah dan lain-lain. Tenaga yang diperlukan.
6. Mengadakan tenaga administerasi untuk mencatat dan mengatur penkantoran serta membuat laporan.
7. Mencari sumber dana untuk memenuhi keperluan kegiatan.
8. Menyelenggarakan rapat anggota jamaah masjid untuk bersama-sama menilai pelaksanaan para pengurus masjid ataupun pengelola.
9. Bekerjasama dengan institusi ataupun lembaga yang ada kaitannya dengan kegiatan masjid.
10. Mengadakan formasi pengawasan, untuk memantau jalannya organisasi kemasjidan yang bersangkutan.
11. Membuat pedoman pengelolaan masjid agar dapat diketahui hak dan kewajiban para pengurus dan anggota jamaah.
12. Membentuk Badan Kordinasi untuk status wilayah atau untuk seluruh negeri agar dapat membuat suatu kegiatan untuk kemajuan bersama seperti di Indonesia Hadala Dewan Masjid
13. Memberikan peranan kepada remaja dan para wanita, sebagai kekuatan yang mumpuni dan dapat mendukung jalannya kepengurusan.
14. Mengangkat tenaga expen dan profesional untuk lebih memperlancar pelaksanaan program pengurus masjid.
15. Menyelenggarakan berbagai macam ibadah untuk lebih meningkatkan amal dan menjaga keamanan dan ketaqwaan anggota jamaah.
16. Meningkatkan ekonomi anggota jamaah sesuai dengan situasi alam dan keadaan anggota jamaah. Seperti meningkatkan usaha perkebunan pertanian, nelayan, perniagaan dan lain-lain.
17. Mengembangkan luas bangunan masjid sesuai dengan penambahan anggota jamaah dan kegiatan yang dilaksanakan.
18. Menjaga dan memelihara ruangan, tempat ibadah, kamar mandi, tempat wuduk, w.c dan dan lain-lain agar tetap bersih, indah dan menarik.
19. Menjaga dan memelihara taman, pagar, tempat penitipan sandal dan sepatu dan tempat parkir agar tetap bersih, hijau dan aman.
20. Mengadakan olah raga, pelatihan bela diri, kesenian, untuk memelihara kebugaran, keindahan dan kesihatan.
IV. PENGALAMAN EMPIRIS PENGELOLAAN MASJID DI
Sampai saat sekarang ini hampir 700,000 termasuk langgar dan mushalla dan madrasah, yang telah didirikan di
Masjid
1. Ibadah Mahdloh seperti shalat jamaah, shalat Jumaah, shalat sunat, shalat sunat teraweh,sholat gerhana, sholat jenazah, mengaji al-Quran, mengaji al-Hadits, dzikir, bertahlil, membaca surat yasin, sholat malam, shalat tahajud dan lain- lain. Pada umumnya masjid menyelenggarakannya sesuai dengan waktu dan momentum- momentum yang disepakati oleh anggota jamaah.
2. Khutbah Jumaat, khutbah hari raya, khutbah shalat gerhana, pada umumnya melaksanakannya.
3. Ceramah, pengajian, pengkajian, diskusi, loka karya, rapat-rapat organisasi, beberapa masjid telah melakukannya tetapi sebahagian yang lain tidak melakukan.
4. Tabligh Akbar, Pengajian Akbar, Dzikir Akbar, Takbir Akbar hanya dilaksanakan diselenggarakan di masjid-masjid raya dan masjid nasional seperti di Masjid Istiqlal, Masjid Akbar dan lain-lain.
5. Ibadah Ijtimaiyyah, seperti penyelenggaraan pengumpulan zakat maaf dan zakat fitrah, diselenggarakan hampir di seluruh masjid dengan pembagian langsung dilaksanakan atau dilakukan oleh Instansi Badan Amil Zakat (BAZ). Jumlah yang dapat dikumpulkan biasanya sedikit, tidak seimbang dengan jumlah musthiq yang berhak menerima zakat. Seolah-olah hanya untuk memenuhi syarat bahawa setiap hari raya idul fitri dilakukan pembagian zakat dan zakat fitrah.
6. Pelaksanaan Penyembelihan Haiwan Qurban dilaksanakan pada Masjid Tingkat Nasional dan Tingkat Propinsi, Tingkat Kabupaten/Kota, itupun jumlah haiwan yang dipotong dengan jumlah yang berhak menerima haiwan qurban tidak seimbang.
7. Masjid yang telah melakukan pembinaan kesihatan bagi anggota jamaah masjid mulai berkembang. Pembukaan poliklinik, pemeriksaan kesihatan ibu hamil dan anak-anak mulai disemarakkan sehingga masjid mulai dikunjungi sepanjang masa tetapi jumlahnya masih belum memadai.
8. Masjid yang telah membina kebugaran jasmani anggota jamaah masjid masih sedikit, termasuk yang melakukan latihan bela diri.
9. Masjid yang telah membuka Bank Syariah dan Baitulmal wama masih sedikit. Sudah ada kecenderungan untuk berkembanga sesuai dengan perkembangan Bank non Riba.
10. Masjid yang telah membuka business masih sedikit kerana ada faham bahawa ke masjid itu adalah hanya semata-mata untuk beribadah.
11. Masjid yang melaksanakan prosesi perkahwinan sangat sedikit kerana prosesi perkahwinan dilakukan di rumah kediamaan mempelai wanita atau di Balai Nikah dan Penasehatan Perkahwinan dan juga di masjid di lingkungan gedung- gedung yang sepesial untuk resepsi perkahwinan.
12. Di Indonesia di masjid dilarang untuk kampanye Partai Politik tetapi untuk pembahasan politik secara umum sudah mulai dilakukan.
13. Pada umumnya masjid digunakan untuk penyelenggaraan sholat jenazah, sebagai tempat penyelenggaraan ibadah terakhir bagi si mayit, sekaligus untuk mengingatkan bagi anggota jamaah bahawa pada saatnya mereka akan mengalami kematian.
14. Pada umumnya di masjid dilakukan upacara melepas haji, sedang untuk acara penerimaan jamaah haji jarang dilakukan.
V. PENUTUP
Demikianlah yang dapat saya sampaikan, semoga ada manfaatnya untuk dibahas oleh seluruh peserta konvensyen yang terhormat.
Sumber: www.jais.sarawak.gov.my
0 komentar :
Posting Komentar