Jakarta_Asrul (13/8-11) Bangunan fisik industry pelayanan kesehatan memiliki sifat yang unik
dibandingkan dengan bangunan fisik komersial lainnya. Bangunan fisik
sector industry pelayanan kesehatan akhir-akhir ini mengalami
pertumbuhan yang signifikan.
Dalam perkembangannya, hampir semua Universitas Negeri dan Swasta yang memiliki fakultas kedokteran telah memiliki fasilitas fisik “Rumah Sakit Akademis” dan beberapa perguruan tinggi sedang dalam proses pengerjaan.
Prinsip dasar design Interior Rumah Sakit atau bangunan fisik pelayanan kesehatan pada umumnya harus mengutamakan pada fungsi dan fungsi tersebut harus mengutamakan keselamatan pasien (“patient safety first”), lebih efisien, dan fleksibel agar terwujud kepuasan pelanggan internal dan external.
Manakala implikasi biaya dan usia ekonomis dari perencanaan menjadi perhatian owner maka efisiensi, long term, dan mudah cara pemeliharaannya adalah keharusan yang harus direncanakan dari awal.
Berikut adalah flow chart proses perencanaan yang akan menghasilkan output sesuai harapan:
Komponen master plan design interior
Dokumen master plan design interior harus mencakup spesifikasi material dan rekomendasi bagaimana konstruksi dan arsitektur harus dirancang secara ideal, diantaranya jenis lantai, plafon, dinding, furniture, penggunaan finishing pabrikan, penutup jendela, jenis pintu, dan accessories arsitek lain yang diperlukan sesuai dengan standarisasi fungsi rumah sakit utamanya yang berkaitan langsung dengan “patient safety”. Pendokumentasiannya harus detail dan digambarakan secara jelas dalam bentuk RKS.
Penjelasan Tahapan Perencanaan Design Interior:
Phase 1: Definition of needs. Tahap ini termasuk peninjauan lapangan yang melibatkan semua komponen panitia proyek yang diarahkan oleh staf ahli design interior dari perencana yang ditunjuk, tahapan ini memberikan gambaran bagaimana perencanaan interior dibuat dengan teliti atas apa yang telah ditetapkan dalam RKS. Perencana wajib menjelaskan gambaran hasil akhir dari perencanaanya melalui penggambaran tiga dimensi atau penjelasan yang lain sehingga owner memahami apa yang menjdai kemauan perencana dan memebrikan masukan atau permintaan bila diperlukan. Hal ini untuk menghindari terjadinya perubahan dalam proses pengerjaannya.
Phase 2: Visioning session. Sesi mengkolaborasikan visi dan misi RS dalam bentuk output design interior adalah tahapan yang krusial dan sulit serta diperlukan pengalaman khusus untuk mewujudkannya. Penting untuk dipahami bahwa output perencanaan interior rumah sakit harus menggambarkan kesan yang ingin ditampilkan selaras dengan visi dan misi rumah sakit. Proses ini membantu mengidentifikasi dan pencerminan bagaimana fasilitas fisik interior akan mendukung fungsi pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Tahapan ini menjadi pedoman-pedoman prinsip untuk mencapai sasaran dengan menjaga agar proses pekerjaan nantinya tetap pada jalur yang telah diputuskan dan tetap focus pada perencanaan yang telah diputuskan bersama
Phase 3: Design direction. Proses ini dapat saja berlangsung singkat atau bahkan memerlukan beberpa kali pertemuan antar panitia proyek, pertemuan yang dilakukan akan membicarakan detail dokumen perencanaan interior yang meliputi tujuan perencanaan yang menghasilkan estetika, efektifitas budged, sustainability, patient safety, kualitas udara di dalam banguna RS dan isu maintenance di kemudian hari. Perlunya dijelaskan mengenai plus minusnya pemakaian jenis material finishing tertentu dan seterusnya.
Phase 4: Materials selection. Dalam proses penentuan pemilihan material interior harus mengacu pada prisnsip standar fungsi rumah sakit, perencana harus menjelsakan dengan focus produk material yang akan dipakai. Perencana harus memiliki acuan dan hasil obsevasi material-material yang akan dipakai, sehingga pada saat pelaksanaan tidak terjadi penundaan karena ketiadaan material di pasar.
Phase 5: Finish palette review. Pada tahapan ini konsultan design interior menyajikan beberapa opsi konsep design kepada panitia proyek untuk dapat dinilai atau dipilih berdasar pada konsep umum yang berkaitan langsung dengan tujuan branding yang ditentukan dalam tahapan kolaborasi design interior dengan visi dan misi rumah sakit. Konsepnya diatur dan dikembangkan berdasarkan pada feedback dari panitia proyek. Hasil perencanaan interior dapat saja bervariasi berdasr pada jenis area, public area, staff area, patient area, supporting area dan lain-lain. Hasil akhir dari perencanaan interior mungkin saja berupa keputusan pembedaan warna/ color management, pembedaan warna lantai, jenis plafon , warna dinding, jenis lift, penutup jendela, artwork dll yang focus pada konsep branding rumah sakit, sehingga bagi pengunjung yang concern terhadap design interior akan mengenali RS dengan kesan mendalam, dan bagi pengunjung awam akan merasakan kenyamanan atas hasil design tersebut. Ketika persetujuan akhir telah diterima maka satu kesatuan dokumen tersebut menjadi master desing interior yang akan dilaksanakan dalam proyek tersebut, dan pimpro (melalui MK) bertanggungjawab untuk menjamin bahwa pelaksanaannya harus sesuai dengan dokumen yang telah disepakati.
Phase 6: Interior furnishings selection. Dalam kondisi yang sama pada standard proses penyelesaian suatu perencanaan, diskusi mengenai perabotan (furniture) juga berfakus pada produk atau supplier tertentu yang telah memiliki kualitas produk yang bagus dalam hal material, finishing warnanya dan kenyamanan bila dipergunakan atau dinikmati melalui pandangan. Dalam proses ini perencana dapat memberikan alternative untuk menawarkan kunjungan pabrik/workshop/showroom produk interior tertentu sebagai acuan untuk memutuskan pilihan jenis furniture atau interior furniture yang sesuai dengan brand rumah sakit sehingga akan muncul brand image yang mengesankan.
Phase 7: Warranty and maintenance binders. Sebagaimana umumnya dalam proyek konstruksi, sangat penting untuk merumuskan bagaiamana pelaksanaan program garansi dan maintenance pada semua fasilitas rumah sakit sesuai dengan informasi dari masing-masing. Lembar spesifikasi produk harus mencantumkan informasi spesifikasi mengenai garansi/jaminan, tingkat kekuatan terhadap api, prosedur maintenance, daya tahan, tingkat kelicinan, dan informasi lain yang diperlukan oleh panitia proyek dan atau berdasarkan peraturan departemen tertentu di wilayah tersebut. Dengan tersedianya informasi yang lengkap mengenai kondisi perkakas dan material interior lainnya akan memudahkan owner untuk menjalankan proses maintenance sekaligus memudahkan dalam memberikan penjelasan kepada institusi tertentu dalam program kunjungan dan pemerikasan berkala mereka.
Keuntungan dibuatnya sebuah interior design master plan
Interior design master plan yang efektif akan memudahkan manajemen puncak dan manajer rumah sakit memasarkan branding dan images rumah sakit secara keseluruhan dari sisi fasilitas fisiknya. Design interior yang baik akan berfokus pada strategi dan metode pemecahan masalah dalam proses operasionalisasi rumah sakit, sehingga hasil akhrinya harus dipikirkan jangka panjangnya, utamanya dalam hal maintenance.
Disamping manajemen warna dan tema interior yang terintegrasi dalam visi dan misi, juga diperhatikan flow rumah sakit secara keseluruhan, sehingga muncul harmonisasi fungsi rumah sakit.
(ref: http://www.konsultanrumahsakit.com/)
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
Dalam perkembangannya, hampir semua Universitas Negeri dan Swasta yang memiliki fakultas kedokteran telah memiliki fasilitas fisik “Rumah Sakit Akademis” dan beberapa perguruan tinggi sedang dalam proses pengerjaan.
Prinsip dasar design Interior Rumah Sakit atau bangunan fisik pelayanan kesehatan pada umumnya harus mengutamakan pada fungsi dan fungsi tersebut harus mengutamakan keselamatan pasien (“patient safety first”), lebih efisien, dan fleksibel agar terwujud kepuasan pelanggan internal dan external.
Manakala implikasi biaya dan usia ekonomis dari perencanaan menjadi perhatian owner maka efisiensi, long term, dan mudah cara pemeliharaannya adalah keharusan yang harus direncanakan dari awal.
Berikut adalah flow chart proses perencanaan yang akan menghasilkan output sesuai harapan:
Komponen master plan design interior
Dokumen master plan design interior harus mencakup spesifikasi material dan rekomendasi bagaimana konstruksi dan arsitektur harus dirancang secara ideal, diantaranya jenis lantai, plafon, dinding, furniture, penggunaan finishing pabrikan, penutup jendela, jenis pintu, dan accessories arsitek lain yang diperlukan sesuai dengan standarisasi fungsi rumah sakit utamanya yang berkaitan langsung dengan “patient safety”. Pendokumentasiannya harus detail dan digambarakan secara jelas dalam bentuk RKS.
Penjelasan Tahapan Perencanaan Design Interior:
Phase 1: Definition of needs. Tahap ini termasuk peninjauan lapangan yang melibatkan semua komponen panitia proyek yang diarahkan oleh staf ahli design interior dari perencana yang ditunjuk, tahapan ini memberikan gambaran bagaimana perencanaan interior dibuat dengan teliti atas apa yang telah ditetapkan dalam RKS. Perencana wajib menjelaskan gambaran hasil akhir dari perencanaanya melalui penggambaran tiga dimensi atau penjelasan yang lain sehingga owner memahami apa yang menjdai kemauan perencana dan memebrikan masukan atau permintaan bila diperlukan. Hal ini untuk menghindari terjadinya perubahan dalam proses pengerjaannya.
Phase 2: Visioning session. Sesi mengkolaborasikan visi dan misi RS dalam bentuk output design interior adalah tahapan yang krusial dan sulit serta diperlukan pengalaman khusus untuk mewujudkannya. Penting untuk dipahami bahwa output perencanaan interior rumah sakit harus menggambarkan kesan yang ingin ditampilkan selaras dengan visi dan misi rumah sakit. Proses ini membantu mengidentifikasi dan pencerminan bagaimana fasilitas fisik interior akan mendukung fungsi pelayanan rumah sakit secara keseluruhan. Tahapan ini menjadi pedoman-pedoman prinsip untuk mencapai sasaran dengan menjaga agar proses pekerjaan nantinya tetap pada jalur yang telah diputuskan dan tetap focus pada perencanaan yang telah diputuskan bersama
Phase 3: Design direction. Proses ini dapat saja berlangsung singkat atau bahkan memerlukan beberpa kali pertemuan antar panitia proyek, pertemuan yang dilakukan akan membicarakan detail dokumen perencanaan interior yang meliputi tujuan perencanaan yang menghasilkan estetika, efektifitas budged, sustainability, patient safety, kualitas udara di dalam banguna RS dan isu maintenance di kemudian hari. Perlunya dijelaskan mengenai plus minusnya pemakaian jenis material finishing tertentu dan seterusnya.
Phase 4: Materials selection. Dalam proses penentuan pemilihan material interior harus mengacu pada prisnsip standar fungsi rumah sakit, perencana harus menjelsakan dengan focus produk material yang akan dipakai. Perencana harus memiliki acuan dan hasil obsevasi material-material yang akan dipakai, sehingga pada saat pelaksanaan tidak terjadi penundaan karena ketiadaan material di pasar.
Phase 5: Finish palette review. Pada tahapan ini konsultan design interior menyajikan beberapa opsi konsep design kepada panitia proyek untuk dapat dinilai atau dipilih berdasar pada konsep umum yang berkaitan langsung dengan tujuan branding yang ditentukan dalam tahapan kolaborasi design interior dengan visi dan misi rumah sakit. Konsepnya diatur dan dikembangkan berdasarkan pada feedback dari panitia proyek. Hasil perencanaan interior dapat saja bervariasi berdasr pada jenis area, public area, staff area, patient area, supporting area dan lain-lain. Hasil akhir dari perencanaan interior mungkin saja berupa keputusan pembedaan warna/ color management, pembedaan warna lantai, jenis plafon , warna dinding, jenis lift, penutup jendela, artwork dll yang focus pada konsep branding rumah sakit, sehingga bagi pengunjung yang concern terhadap design interior akan mengenali RS dengan kesan mendalam, dan bagi pengunjung awam akan merasakan kenyamanan atas hasil design tersebut. Ketika persetujuan akhir telah diterima maka satu kesatuan dokumen tersebut menjadi master desing interior yang akan dilaksanakan dalam proyek tersebut, dan pimpro (melalui MK) bertanggungjawab untuk menjamin bahwa pelaksanaannya harus sesuai dengan dokumen yang telah disepakati.
Phase 6: Interior furnishings selection. Dalam kondisi yang sama pada standard proses penyelesaian suatu perencanaan, diskusi mengenai perabotan (furniture) juga berfakus pada produk atau supplier tertentu yang telah memiliki kualitas produk yang bagus dalam hal material, finishing warnanya dan kenyamanan bila dipergunakan atau dinikmati melalui pandangan. Dalam proses ini perencana dapat memberikan alternative untuk menawarkan kunjungan pabrik/workshop/showroom produk interior tertentu sebagai acuan untuk memutuskan pilihan jenis furniture atau interior furniture yang sesuai dengan brand rumah sakit sehingga akan muncul brand image yang mengesankan.
Phase 7: Warranty and maintenance binders. Sebagaimana umumnya dalam proyek konstruksi, sangat penting untuk merumuskan bagaiamana pelaksanaan program garansi dan maintenance pada semua fasilitas rumah sakit sesuai dengan informasi dari masing-masing. Lembar spesifikasi produk harus mencantumkan informasi spesifikasi mengenai garansi/jaminan, tingkat kekuatan terhadap api, prosedur maintenance, daya tahan, tingkat kelicinan, dan informasi lain yang diperlukan oleh panitia proyek dan atau berdasarkan peraturan departemen tertentu di wilayah tersebut. Dengan tersedianya informasi yang lengkap mengenai kondisi perkakas dan material interior lainnya akan memudahkan owner untuk menjalankan proses maintenance sekaligus memudahkan dalam memberikan penjelasan kepada institusi tertentu dalam program kunjungan dan pemerikasan berkala mereka.
Keuntungan dibuatnya sebuah interior design master plan
Interior design master plan yang efektif akan memudahkan manajemen puncak dan manajer rumah sakit memasarkan branding dan images rumah sakit secara keseluruhan dari sisi fasilitas fisiknya. Design interior yang baik akan berfokus pada strategi dan metode pemecahan masalah dalam proses operasionalisasi rumah sakit, sehingga hasil akhrinya harus dipikirkan jangka panjangnya, utamanya dalam hal maintenance.
Disamping manajemen warna dan tema interior yang terintegrasi dalam visi dan misi, juga diperhatikan flow rumah sakit secara keseluruhan, sehingga muncul harmonisasi fungsi rumah sakit.
(ref: http://www.konsultanrumahsakit.com/)
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar