Untuk menjadi mitra, franchisee, lagi-lagi yang harus diperhatikan
dalam mengembangkan bisnis ini adalah kompetensi dalam bidang
kecantikan. Sang franchisee harus memiliki kecintaan dan ketekunan dalam
bidang ini. "Bisnis kecantikan berbeda dengan bisnis makanan. Di bisnis
ini butuh kesabaran," papar Irene.
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
KLINIK
Pure Beauty Care adalah sebuah klinik yang bergerak di bidang perawatan
kulit muka dan tubuh. Usaha ini kini tengah berkembang dengan pesat.
Pure Beauty Care ini berawal dari ide sekumpulan dokter untuk
mengembangkan bisnis kecantikan pada Desember 2008.
Dengan mengusung produk perawatan kulit, Pure Beauty Care memakai bahan baku alami dari ekstrak buah-buahan. Klinik kecantikan Pure Beauty Care menawarkan perawatan yang jauh lebih sehat.
Produk perawatan kulit Pure Beauty Care langsung didatangkan dari Belanda. "Semua bahan perawatan dan peralatan kita impor," jelas Irene Yasmintiah, dari manajemen PT Pure Beauty Care Indonesia.
Perusahaan ini membidik peluang pasar pada segmen kelas menengah. Irene mengatakan, alasan pemilihan kelas menengah itu karena klinik perawat-an kulit yang menyasar kelas atas sudah penuh dengan beberapa brand sudah cukup kuat. Dia mencontohkan Natasha dan Erha.
Memang, pemain di kelas menengah itu lebih banyak. Kita mengenal Bonivita, Fanda House Beauty, Esther, Salon Anita, Estetika, dan Estetiderma. Meskipun demikian, Irene menyatakan, calon terwaralaba Pure Beauty Care tidak perlu khawatir. "Pasar masih tetap terbuka luas," kata Irene.
Klinik Pure Beauty Care ini menawarkan produk untuk mengatasi masalah jerawat, flek, keriput, pemeliharaan kulit, alergi kulit, dan kekeringan kulit. Bahkan tidak hanya itu, Irene bilang, klinik ini juga menawarkan perawatan bagi Anda yang mengalami permasalahan soal bentuk tubuh.
Untuk menjadi mitra, franchisee, lagi-lagi yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bisnis ini adalah kompetensi dalam bidang kecantikan. Sang franchisee harus memiliki kecintaan dan ketekunan dalam bidang ini. "Bisnis kecantikan berbeda dengan bisnis makanan. Di bisnis ini butuh kesabaran," papar Irene.
Sebagai pendatang baru, Pure Beauty Care lebih memfokuskan diri untuk membangun brand image dengan konsep yang Pure Beauty Care. Dengan brand image yang kuat, Irene yakin bisa mendorong calon pasien untuk berani mencoba menggunakan produk dari Pure Beauty Care. Maklum, menggunakan produk kecantikan itu tidak seperti mencoba makanan atau baju. Keberhasilan atau kegagalan dalam penggunaan produk kecantikan akan memberi efek yang cukup lama.
Di Pure Beauty Care, pelayanan perawatan tidak hanya dilakukan oleh terapis seperti halnya pada salon dan spa. Dokter mempunyai peran penting dalam perawatan kulit, disamping itu juga ditunjang beberapa terapis.
Kantor pusat Pure Beauty Care berada di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Saat ini mereka mempunyai dua cabang lain yang menjadi milik sendiri di kawasan Bogor dan Jakarta.
Sejauh ini jumlah terwaralaba Pure Beauty Care baru berjumlah tiga orang. Franchisee pertama berada di Medan, Sumatra Utara, yang mulai beroperasi pada April lalu. Sedangkan klinik di Serpong, Tangerang, dan Jakarta Barat baru akan beroperasi pada Agustus dan September nanti.
Menurut Irene, saat ini tengah berlangsung pembahasan untuk membuka waralaba Pure Beauty Care di Nanggroe Aceh Darussalam, Pekanbaru, dan Denpasar. "Masih penjajakan sebelum menandatangani kontrak kerjasama," kata Irene.
Untuk menjadi terwaralaba, Pure Beauty Care mengenakan biaya waralaba sebesar Rp 120 juta untuk masa kontrak empat tahun. Terwaralaba bisa membayar biaya waralaba ini setengahnya dulu saat penandatanganan nota kesepahaman, sambil menunggu renovasi tempat. Begitu renovasi tempat selesai, terwaralaba harus segera melunasi biaya franchise.
Setelah itu, nantinya terwaralaba juga harus membayar royalty fee yang besarnya 5% dari omzet per bulan. Asyiknya, ungkap Irene, terwaralaba baru membayar royalty fee setelah mereka balik modal. "Kami perkirakan masa balik modal itu setelah satu tahun usaha berjalan," kata Irene.
Secara umum ada empat tahap sebelum menjadi franchisee Pure Beauty Care. Selaku franchisor, Pure Beauty Care pertama kali akan memberikan pertimbangan soal lokasi, kemudian survei terkait karakter market yang menjadi segmennya. Manajemen suka lokasi usaha yang dekat dengan sekolah atau kursus.
Setelah itu, manajemen akan melakukan wawancara untuk melihat komitmen calon terwaralaba dalam membangun usaha franchise Pure Beauty Care. Terakhir, manajemen akan menjelaskan mengenai untung rugi usaha ini. "Tahapan proses ini berjalan dalam kurun waktu dua bulan," kata Irene.
Untuk tenaga terapis, Pure Beauty Care secara khusus menyediakannya. Tapi, Irene tidak menutup kemungkinan bila tenaga terapis itu berasal dari franchisee. Setiap terapis akan mendapat pelatihan selama tiga bulan. Praktis, baru setelah terapis tersedia dan renovasi outlet selesai, klinik Pure Beauty Care ini baru bisa benar-benar beroperasi.
Sumber : kontan.co.id
Ref: Member http://www.connecti.biz/index.phpDengan mengusung produk perawatan kulit, Pure Beauty Care memakai bahan baku alami dari ekstrak buah-buahan. Klinik kecantikan Pure Beauty Care menawarkan perawatan yang jauh lebih sehat.
Produk perawatan kulit Pure Beauty Care langsung didatangkan dari Belanda. "Semua bahan perawatan dan peralatan kita impor," jelas Irene Yasmintiah, dari manajemen PT Pure Beauty Care Indonesia.
Perusahaan ini membidik peluang pasar pada segmen kelas menengah. Irene mengatakan, alasan pemilihan kelas menengah itu karena klinik perawat-an kulit yang menyasar kelas atas sudah penuh dengan beberapa brand sudah cukup kuat. Dia mencontohkan Natasha dan Erha.
Memang, pemain di kelas menengah itu lebih banyak. Kita mengenal Bonivita, Fanda House Beauty, Esther, Salon Anita, Estetika, dan Estetiderma. Meskipun demikian, Irene menyatakan, calon terwaralaba Pure Beauty Care tidak perlu khawatir. "Pasar masih tetap terbuka luas," kata Irene.
Klinik Pure Beauty Care ini menawarkan produk untuk mengatasi masalah jerawat, flek, keriput, pemeliharaan kulit, alergi kulit, dan kekeringan kulit. Bahkan tidak hanya itu, Irene bilang, klinik ini juga menawarkan perawatan bagi Anda yang mengalami permasalahan soal bentuk tubuh.
Untuk menjadi mitra, franchisee, lagi-lagi yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bisnis ini adalah kompetensi dalam bidang kecantikan. Sang franchisee harus memiliki kecintaan dan ketekunan dalam bidang ini. "Bisnis kecantikan berbeda dengan bisnis makanan. Di bisnis ini butuh kesabaran," papar Irene.
Sebagai pendatang baru, Pure Beauty Care lebih memfokuskan diri untuk membangun brand image dengan konsep yang Pure Beauty Care. Dengan brand image yang kuat, Irene yakin bisa mendorong calon pasien untuk berani mencoba menggunakan produk dari Pure Beauty Care. Maklum, menggunakan produk kecantikan itu tidak seperti mencoba makanan atau baju. Keberhasilan atau kegagalan dalam penggunaan produk kecantikan akan memberi efek yang cukup lama.
Di Pure Beauty Care, pelayanan perawatan tidak hanya dilakukan oleh terapis seperti halnya pada salon dan spa. Dokter mempunyai peran penting dalam perawatan kulit, disamping itu juga ditunjang beberapa terapis.
Kantor pusat Pure Beauty Care berada di kawasan Cibubur, Jakarta Timur. Saat ini mereka mempunyai dua cabang lain yang menjadi milik sendiri di kawasan Bogor dan Jakarta.
Sejauh ini jumlah terwaralaba Pure Beauty Care baru berjumlah tiga orang. Franchisee pertama berada di Medan, Sumatra Utara, yang mulai beroperasi pada April lalu. Sedangkan klinik di Serpong, Tangerang, dan Jakarta Barat baru akan beroperasi pada Agustus dan September nanti.
Menurut Irene, saat ini tengah berlangsung pembahasan untuk membuka waralaba Pure Beauty Care di Nanggroe Aceh Darussalam, Pekanbaru, dan Denpasar. "Masih penjajakan sebelum menandatangani kontrak kerjasama," kata Irene.
Untuk menjadi terwaralaba, Pure Beauty Care mengenakan biaya waralaba sebesar Rp 120 juta untuk masa kontrak empat tahun. Terwaralaba bisa membayar biaya waralaba ini setengahnya dulu saat penandatanganan nota kesepahaman, sambil menunggu renovasi tempat. Begitu renovasi tempat selesai, terwaralaba harus segera melunasi biaya franchise.
Setelah itu, nantinya terwaralaba juga harus membayar royalty fee yang besarnya 5% dari omzet per bulan. Asyiknya, ungkap Irene, terwaralaba baru membayar royalty fee setelah mereka balik modal. "Kami perkirakan masa balik modal itu setelah satu tahun usaha berjalan," kata Irene.
Secara umum ada empat tahap sebelum menjadi franchisee Pure Beauty Care. Selaku franchisor, Pure Beauty Care pertama kali akan memberikan pertimbangan soal lokasi, kemudian survei terkait karakter market yang menjadi segmennya. Manajemen suka lokasi usaha yang dekat dengan sekolah atau kursus.
Setelah itu, manajemen akan melakukan wawancara untuk melihat komitmen calon terwaralaba dalam membangun usaha franchise Pure Beauty Care. Terakhir, manajemen akan menjelaskan mengenai untung rugi usaha ini. "Tahapan proses ini berjalan dalam kurun waktu dua bulan," kata Irene.
Untuk tenaga terapis, Pure Beauty Care secara khusus menyediakannya. Tapi, Irene tidak menutup kemungkinan bila tenaga terapis itu berasal dari franchisee. Setiap terapis akan mendapat pelatihan selama tiga bulan. Praktis, baru setelah terapis tersedia dan renovasi outlet selesai, klinik Pure Beauty Care ini baru bisa benar-benar beroperasi.
Sumber : kontan.co.id
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar