Di Thailand saat ini, siapa yang tidak mengenal wanita cantik yang bernama Yingluck Shinawatra. Ia baru saja terpilih menjadi Perdana Menteri (PM) wanita pertama di negeri yang berjuluk Gajah Putih tersebut setelah partai yang dipimpinnya meraih suara mayoritas pada Pemilihan Umum (pemilu) yang berlangsung pada tanggal 3 Juli 2011.
Tapi siapa yang nyana bahwa ketika lulus dari Fakultas Ilmu Politik dan Administrasi Publik Universitas Chiang Mai pada tahun 1988 dan meraih gelar Master Administrasi Publik Unversitas Kentucky State, AS, pada tahun 1991, Yingluck sebenarnya tidak berkeinginan untuk menjadi politikus dan bekerja di pemerintahan. Ia lebih memilih bekerja di Shinawatra Directories Co., Ltd dan menjadi Direktur Pelaksana provider telekomunikasi milik kakak kandungnya, Thaksin Shinawatra, serta menjadi salah satu anggota Komite dan Sekretaris Yayasan Thaicom.
Kiprahnya di panggung politik Thailand muncul ketika sang kakak membentuk partai politik baru yang diberi nama Pheu Thai, menggantikan People’s Power Party yang dibubarkan oleh Mahkamah Konstitusi Thailand pada tahun 2008. Saat itu Thaksin mengusulkan Yingluck, sebagai calon ketua partai. Namun usulan tersebut tidak serta merta diterima Yingluck. Ia beralasan tidak ingin menjadi PM dan ingin lebih memusatkan perhatiannya pada dunia usaha. Ia berkilah bahwa keikutsertaannya dalam kegiatan politik semata karena ia menerima undangan untuk bergabung dalam partai politik.
Seiring perjalanan waktu, pendirian Yingluck berubah ketika dukungan untuk menjadi ketua Partai Pheu Thai terus menguat di kalangan internal. Sebelumnya banyak pengurus partai yang memperhitungkan bahwa dengan statusnya sebagai adik Thaksin, Yingluck akan menjadi sasaran tembak yang sangat mudah bagi lawan-lawan politik Thaksin dan militer.
Yingluck sendiri menyadari tantangan yang mengemuka, untuk itu langkah pertama yang dilakukannya adalah meyakinkan kalangan internal partai bahwa ia layak untuk dicalonkan sebagai Ketua partai Pheu Thai sekaligus calon PM. Apalagi dengan dukungan yang sangat kuat dari Thaksin, ia dapat memimpin partai untuk meraup suara di daerah-daerah yang menjadi kekuatan Thaksin.
Dengan dukungan rakyat Thailand yang sebagian besar masih mendukung Thaksin, Yingluck yakin bahwa partainya bisa memperoleh kemenangan setidaknya di kawasan utara dan timur laut Thailand yang menjadi basis masa pendukung Thaksin . Di kawasan yang masyarakatnya relatif tertinggal secara ekonomi tersebut, masyarakatnya memiliki lawan politik yang sama yaitu militer dan elit politik. Untuk itu pula dalam kampanyenya Yingluck meminta rakyat Thailand yang mendukung Thaksin untuk mendukung dirinya. “Saya tidak tahu seberapa besar cinta kalian kepada Thaksin. Namun, apakah Anda semua bisa membagi cinta itu kepada saya, adik bungsunya” ujar Yingluck pada suatu kesempatan.
Pernyataan seperti tersebut di atas tentu saja memunculkan tudingan dari lawan-lawan politiknya bahwa Yingluck hanya sekedar memanfaatkan popularitas Thaksin dan tidak memiliki visi politik. Tidak sedikit yang menuding bahwa Yingluck hanyalah kloning dari Thaksin. Tapi pernyataan-pernyataan semacam itu tidak pernah dibantah oleh Yingluck. Ia malah justru lebih membuat pencitraan bahwa dirinya “sama dan sebangun” dengan kakaknya dalam hal bisnis dan visi politik.
Langkah yang ditempuh Yingluck ini ternyata terbukti ampuh dalam meraup suara pemilih yang sebagian besar memang masih mendukung Thaksin. Bagaimanapun popularitas Thaksin tidak dapat diabaikan begitu saja. Kebijakan Thaksin yang banyak berpihak kepada masyarakat pinggiran masih membekas di benak dan pikiran rakyat Thailand yang sebagian besar tinggal di pedesaan. Salah satu kebijakannya itu adalah “Pinjaman Desa” sebesar 1 miliar baht ke setiap desa di Thailand yang jumlahnya sebanyak 75.000 desa. Pinjaman tersebut bisa digunakan untuk pinjaman perorangan dan bisa dicairkan dengan cepat.
Dalam perhitungan cepat usai rakyat Thailand yang memiliki hak pilih memberikan suaranya pada pemilu 3 Juli 2011, Partai Pheu Thai meraih 255 kursi dari 500 kursi yang diperebutkan di Parlemen atau lebih dari 50%. Jumlah tersebut jauh menggungguli peraihan 165 kursi yang diperoleh calon petahana (incumbent) dari Partai Demokrat pimpinan PM Abhisit Vejjajiva.
Segera setelah mengetahui hasil perhitungan sementara, Yingluck pun muncul di televisi dan mengucapkan terima kasih kepada rakyat Thailand yang telah memberikan kesempatan kepada Partai Phue Thai untuk memimpin negeri. Pernyataan tersebut kemudian disambut oleh Pemimpin Partai Demorat dan calon petahana PM Abhisit yang tampil untuk mengakui kekalahannya dan memberikan ucapan selamat kepada Partai Pheu Thai atas kemenangan telak yang diraihnya.
Dengan kemenangan ini, Yingluck Shinawatra selain menjadi wanita pertama di Thailand yang menjadi PM, ia pun melengkapi barisan wanita di Asia Tenggara yang pernah memimpin negaranya seperti Corazon Aquino, Megawati Soekarnoputri dan Gloria Macapagal Arroyo.
Satu langkah sudah dicapai oleh Yingluck Shinawatra sebagai PM wanita pertama di Thailand. Langkah berikutnya adalah membentuk pemerintahan yang kuat dan mampu menepis gangguan-gangguan dari elit-elit partai politik oposisi dan militer. Jika ia berhasil melakukannya dan bisa mengembalikan stabilitas politik di Thailand, maka ia bukan hanya akan tercatat sebagai PM wanita pertama di Thailand, namun juga membuktikan sebagai wanita pemimpin negara yang sukses, yang mungkin melebih kesuksesan para pemimpin wanita lainnya di Asia Tenggara bahkan Asia.
Dari Indonesia kami ucapkan "Selamat dan Sukses Yingluck Shinawatra" dalam memimpin Thailand, negeri Gajah Putih. Semoga Anda mampu mengaplikasi janji-janji politiknya untuk masyarakat Thailand yang telah mempercayakan kepada Anda serta mampu pula memberi panutan bagi pemimpin ASEAN lainnya khususnya dan calon pemimpin umumnya di dunia.
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
2 komentar :
Emansipasi Wanita….
@Cerita dan Ilmu
Terimakasih sobat sudah berkunjung...dan atensinya..sukses
Posting Komentar