Politik "kebohongan" Petahana Pilkada 2018 (Dok-Asrul) |
Menyimak dan mengamati Opini Dr Hasrullah MA, Penulis Buku Oipum Politik dan Dramaturgi dan Dosen Fisipol Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar dengan judul Desepsi (Kebohongan) Politik Petahana,
(Tribun Timur, Selasa 16 Januari 2018), sangat menarik untuk disimak.
Substansi opini tersebut dapat dimaknai sekaligus jadi pedoman untuk
memilih pemimpin atau wakil rakyat (DPR/D).
Bukan cuma menghadapi
Pemilihan Walikota (Pilwako) Makassar. Tapi juga untuk daerah lainnya
(beberapa daerah di Provinsi Sulawesi Selatan dan di 171 pilkada
lainnya pada bulan juni 2018 yang akan datang), khususnya yang kembali
"full dan semi" incumbent atau petahana untuk maju pada kontestasi
politik pada Pilkada Serentak 2018, yang masih perlu dipertanyakan
janji-janji politik pilkada yang lalu, agar memperbaiki diri dan
janjinya, agar tidak menumpuk untuk ahirnya bisa menerpa mereka, senjata
makan tuan (Baca: pasangan calon atau paslon yang bersangkutan).
Selain
yang telah dilansir oleh Dr. Hasrullah tersebut, sedikit saya tambahkan
dalam merepleksi Gerakan MakassarTa Tidak Rantasa (MTR) yaitu salah
satu program pemerintah Kota Makassar dibawah kepemimpinan Mohammad
Ramdhan Pomanto (2013-2018) dalam mewujudkan Kota Makassar yang bersih dan sehat sebagai ibukota Provinsi Sulawesi Selatan.
Gerakan
MTR yang dicanangkan pada 15 juni 2014 diperkenalkan pada warga Kota
Makassar pada acara A'bbulo Sibatang Lompoayang digelar di Celebes
Convention Centre (CCC) Jalan Metro Tanjung Bunga (Ujung Pandang Ekspres
terbit 16 juni 2014). Sekaligus menyoroti untuk "substansi" #MakassarTidakRantasa
sampah bahwa perolehan Adipura Kota Makassar tiga kali berturut-turut
(Adipura 2015, 2016, 2017) tersebut diduga sarat permainan. Alibinya,
TPA Tamangapa Antang sangat tidak bersyarat untuk memperoleh Adipura
(TPA merupakan point penilaian pertama dan tertinggi dalam ajang
Adipura). Hal ini beberapa kali saya sorot dan koreksi, baik pada
pertemuan resmi atau secara langsung share pada Mohammad
Ramdhan Pomanto (Danny Pomanto) sendiri sebagai
Walikota Makassar, termasuk melalui tulisan-tulisan saya (sorot sampah
nasional) di media-media, antara lain bisa baca di: Kompasiana.Com "Pesan Untuk Menko Maritim: Hentikan Wacana Aspal Plastik"
Dalam tulisan ini terdapat koreksi pengelolaan sampah Kota Makassar
yang seharusnya membangun sanitary landfill disamping membangun massif
pengelolaan sampah kawasan timbulannya. Ahirnya sampah tidak terangkut
lagi ke TPA (Stop Sampah ke TPA), itu amanat regulasi yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi oleh pemerintah dan pemerintah daerah,
termasuk Kota Makassar itu sendiri.
Memang dalam satu sisi
pengelolaan sampah Kota Makassar, secara kasat mata bisa disebut memukau
penonton (Baca: warga Makasaar). Tapi secara substansial belumlah
menemukan roh "perubahan paradigma" pengelolaan sampah itu sendiri
sesuai amanat perundang-undangan yang berlaku saat ini (UU.18 Tahun 2008
Tentang Pengelolaan Sampah, khususnya Pasal 13 UU. tersebut serta PP.
81 Tahun 2012 Tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dan Sampah sejenis
Sampah Rumah Tangga, berikut peraturan menteri yang ada). Semuanya
masih berorientasi proyek dan tidak berorientasi program yang berbasis
komunal orientasi ekonomi dalam pengelolaan sampah tersebut. Ahirnya
dana-dana pengelolaan sampah bisa saja raib tanpa jejak "pengelolaan
sampah" yang berarti. Satu contoh misalnya pengadaan yang mubadzir yaitu
Walikota Danny Pomanto menganggarkan kantong plastik untuk sampah
rumah tangga sebesar Rp. 7,7 miliar untuk tahun 2016. Dimana dana itu
untuk menyiapkan 1.937.200 lembar kantong sampah. Nah bagaimana
realisasi dan manfaat program yang milyaran rupiah itu. Pengadaan
kantong sampah tersebut disebut-sebut sebagai program pengganti gendang
dua untuk mereduksi sampah. Selain itu, pengadaan kantong sampah
tersebut untuk memudahkan pemilahan sampah rumah tangga yang bernilai
ekonomis dan secara otomatis. Tapi Berjalankah ???
Serta banyak
problem lagi masalah sampah ini (semua petahana di Indonesia bisa
dipertanyakan). Masalah ini bukan kecil, tapi menyimpan banyak problem
fulus yg org atau penegak hukum serta DPR/D kurang mengetahuinya, maka
"ter" bohongi pula. Masyarakat atau publik ahirnya hanya "terkesima"
dengan penghargaan-penghargaan semu sebagai penutup kebobrokan
pemimpinnya.
Survey 2017 Kondisi TPA Tamangapa Kota Makassar (Dok-Asrul) |
Penciptaan vs Penyerapan Tenaga Kerja
[Catatan
untuk Bupati dan Wakil Bupati Bone] Berdasarkan pengamatan langsung di
sebagian wilayah Kabupaten Bone serta membandingkan berita "Portal Bone
Satu" dengan judul "Ini Penjelasan Tafadal Tentang Janji Politiknya"
terjadi pro-kontra, juga bila mendengar langsung pernyataan Bupati
Bone. Termasuk misalnya Janji Politik Bupati Bone Andi Fahsar M
Padjalangi dan Wakil Bupati Bone Ambo Dalle pada pilkada yang lalu
(2013). Seperti pada janji atau kontrak politik tersebut adalah
'Penciptaan 5000 Lapangan Kerja', dimana janji ini telah dirubah menjadi
5000 serapan tenaga kerja. Fahsar menganggap janji politik tersebut
sudah terpenuhi, bahkan melampaui dari target. Hal ini dijelaskan oleh
Bupati Bone, didampingi Wakilnya, Ambo Dalle saat memberi keterangan
Pers di Kantor KPUD Bone, Senin 8 Januari 2018 (Baca berita lengkapnya
Klik di Sini atau Baca kontrak politik Tafa'dal Klik di Sini)
Sesuai penjelasan Bupati Bone tersebut, sedikit dipertanyakan sekaligus koreksi bahwa:
- Kenapa mesti di rubah dari "penciptaan" menjadi "penyerapan" ?! memangnya tidak terpikirkan sebelumnya. Apa alasan perubahan itu ?! Perubahan itu bisa bermakna lain, yaitu dapat diduga terjadi "pembohongan" atau "pembodohan" publik. Artinya mau mudahnya saja.
- Penciptaan lapangan kerja itu berbeda substansinya dengan penyerapan tenaga kerja, silakan cari di Mbah Google perbedaan dan makna (pengertian) antara cipta dan serap (tenaga kerja). Pastinya berbeda makna dan outputnya.
Sementara
pelaksanaan janji politik 'Pupuk Murah, Mudah dan Merata' kata
Fahsar, peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bone dibawah kendalinya
disektor ini sangat nyata. Hal ini menurutnya, terbukti dengan adanya
tambahan kuota pupuk setiap tahun yang lebih besar dibandingkan
kabupaten lainnya di Sulsel. Selain itu lanjut Fahsar, pihak Pemkab
Bone juga setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk membantu biaya
transportasi pupuk kepada petani yang berada di daerah terpencil.
Namun
dalam fakta carut-marut masalah pupuk di tingkat petani dan termasuk
berita yang ada, Petani termasuk mahasiswa malah sering menagih janji
politik Bupati Bone melalui penyampaian aspirasi ke DPRD Bone atau ke
Pemda Bone. Salah satu pengunjuk rasa, Muhammad Sugianto juga menagih
janji politik Bupati Bone tentang pupuk murah, mudah, dan merata. "Saya
masih ingat dengan jelas saat bapak bupati melakukan kampanye dulu
mengatakan jika dia terpilih, maka akan menyediakan pupuk murah, mudah
dan merata. Tapi, mana kenyataannya? Ini sudah akhir periode," kata
Sugianto (Baca: Berita Petani Tagih Janji Politik Bupati Bone). Harapannya, semoga dua pokok masalah yang krusial diatas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Pembohongan publik: upaya yang dilakukan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat secara tidak benar atau berusaha menutupi karena ada maksud dan tujuan tertentu.
Simpulan cerita:
Mari sadar bersama, hentikan silat-lidah. Bangun desa menuju
pembangunan Indonesia yang utuh. Hentikan pembodohan dan pembohongan
publik. Bekerjalah jujur dan berhenti korupsi. Hidup dan kehidupan dunia
ini hanya "HALTE" persinggahan sementara. Namun siksa Allah Swt, bukan
hanya di akhirat kelak, tapi yakin sebelumnya di dunia ini, Allah Swt
akan mendera hamba-Nya yang dzalim terhadap sesamanya atau pada
lingkungannya.
Berita sekaitan:
- OPINI: Desepsi (Kebohongan) Politik Petahana.
- Aktivis GRD Juga Lapor Proyek Kantong Plastik Rp 7,7 Miliar ke KPK, Begini Respon Pemkot Makassar
- Pesan untuk Menko Maritim, Hentikan Wacana Aspal Plastik
- SEJARAH BARU: Makassar Raih Piala Adipura Tiga Kali Berturut-turut.
- Ini Penjelasan Tafadal Tentang Janji Politiknya.
- Inilah Kontrak Politik Tafa’dal dengan Masyarakat Bone 2013
- Petani Tagih Janji Politik Bupati Bone
- Ingin Pemimpin Baru, Tokoh Masyarakat Ini Ngaku Bosan Kepemimpinan Tafa'dal
0 komentar :
Posting Komentar