Ilustrasi Pecah Kongsi Anies-Sandi [dok-Asrul] |
Anies Rasyid
Baswedan - Sandiaga Salahuddin Uno dalam Pilkada DKI Jakarta 2017 menggunakan
tagline atau slogan atau frasa dengan logo Anies-Sandiaga berupa gambar tangan
berwarna merah dengan tulisan "Salam Bersama" di sisi kirinya.
Peluncurannya
yang lalu dilakukan di sekretariat tim pemenangan Anies-Sandiaga di Jalan
Cicurug, Jakarta Pusat, Kamis (20/10/2016). "Logonya tidak berwajah Anies
dan Sandi. Ini tentang masa depan Jakarta," kata Anies saat sambutan
peluncuran logo Anies-Sandi di Jakarta Pusat. Salam dengan tangan terbuka ini
juga dicetuskan Bung Karno saat maklumat Presiden Soekarno pada 31 Agustus
1945.
Makna
Internal Salam Bersama
Disamping
makna umum mendorong sebuah gerakan bersama, menurut subyektifitas penulis, ada
pesan dan makna yang sangat dalam atas kalimat taglin "Salam Bersama"
buat mereka berdua (Anies dan Sandi), bahwa Anies-Sandi memilih frasa
"Salam Bersama" lebih merupakan atau mengisyaratkan bahwa nantinya
dalam mengelola atau menjalankan roda pemerintahan DKI Jakarta bila kelak
memenangkan kompetisi Pilkada Jakarta Tahun 2017, Anies dan Sandi bersepakat
akan selalu memutuskan sebuah kebijakan taktis secara bersama, sekali lagi
KEBIJAKAN SECARA BERSAMA, menjauhkan ego atas posisi masing-masing. Intinya,
jangan jadikan Sandi sebagai ban serep, sebagaimana lazimnya.
Kenapa ada
kata "bersama" ? Ya, difahami bahwa Anies belakangan hadir (injury
time) dalam lingkaran sang panutan utama Prabowo Subianto, Pendiri Partai
Gerindra dimana Sandi melabuhkan dirinya dalam cita-cita menuju Jakarta Satu (pada
saat itu). Partai Gerindra termasuk yang sejak dini atau sekitar akhir Juli
sudah mengumumkan bakal cagub DKI, yaitu Sandiaga Uno. Keputusan itu disuarakan
langsung oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto.
Hampir tidak
ada menyangka bahwa Sandi akan menjadi Jakarta Dua, semua sahabat Sandi
mengharapkan Sandi pada posisi gubernur bukan wakil gubernur. Santer terdengar,
sahabat Sandi banyak hengkang akibat posisi Sandi yang berpindah ini.
Sekiranya
Prabowo dan Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY) sepakat berkoalisi (Gerindra dan
Demokrat) dengan formasi Sandi-Agus Yudhoyono, kemungkinan besar Pilgub Jakarta
2017 terjadi Head to Head antara Ahok-Djarot versus Sandi-Agus. Tapi ceritanya
lain, mungkin SBY tidak menerima formasi ini dan menginginkan Agus-Sandi,
kembali jelas Prabowo tidak menerimanya. Maka masing-masing mencari jalan
sendiri, Anies-Sandi dan Agus-Sylviana.
Maka dengan
terpaksa dan sepertinya atas referensi Sandi juga (tentu dengan sepengetahuan
PKS yang sebelumnya punya calon Mardani Ali Sera yang mengalah), Sandi
lagi-lagi yang mengajak dan bersama Anies menghadap sekaligus menyakinkan
Prabowo Subianto bahwa mereka siap berpasangan dan Sandi bersedia menjadi calon
wakil gubernur dibawah Anies sebagai calon Gubernur DKI. Jakarta. Entah kenapa
Sandi tidak berani dan tidak bernyali tinggi "bertahan" sebagai calon
Jakarta Satu ? Apa karena faktor senioritas, pendidikan atau Anies sebagai
mantan menteri ?, karena yang pasti bukan karena faktor materi, sehingga Sandi
mengalah dan tidak berani diatas Anies. (malah Sandi lebih dahulu bergerak
sosialisasi dan menjaring aspirasi masyarakat Jakarta), sementara Anies
adem-adem saja menghadapi Pilkada Jakarta, mungkin Anies juga melirik diam-diam
tapi tidak ada meliriknya ?!.
Sandi
Dominasi Pembiayaan Pilkada Jakarta
Dalam
beberapa pemberitaan, pada putaran pertama Sandi mengeluarkan sekitar Rp. 62,8
miliar dari koceknya, Anies cuma Rp. 400 juta saja. Sementara pada putaran
kedua, Sandi malah menanggung semua pembiayaan sebesar Rp. 13,5 miliar. Total
fulus yang dikeluarkan Sandi selama Pilgub Jakarta lebih kurang Rp. 76,3
miliar. Perbedaan cukup signifikan dimana posisi Sandi hanya sebagai wakil dari
Anies. Disinilah kekuatan dahsyat Sandi atas Anies yang tidak bisa diabaikan
begitu saja oleh Anies.
Maka kondisi
pengeluaran yang sangat jauh ini, ini penulis prediksi melahirkan kesepakatan
awal antara Anies dan Sandi tentang pembiayaan dengan sebuah kalimat
"Salam Bersama" taglin ini merupakan signail atau tanda agar
konsistesten atau tau diri, Anies harus menyadari diri bahwa apapun yang akan
dilakukan bila kelak berhasil memenangkan Pilgub Jakarta 2017, selayaknya
"Anies bersama Sandi" memutuskan segala sesuatunya, khususnya yang
bersifat taktis. Itulah perikatan "batin" dua anak bangsa ini.
Dalam
mengelola Kota Megapolitan Jakarta, mereka berdua telah sepakat, Anies akan
berfokus pada berbagai topik yang berkaitan dengan birokrasi dan pembangunan
manusia (SDM). Sementara Sandi pada masalah pengembangan ekonomi dan
infrastruktur.
Akankah
Lebih Cepat Pecah Kongsi
Terdengar
sayup-sayup serta terlihat dengan kasat mata Anies dengan santainya bergandeng
tangan dengan Erwin Aksa menemui Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau
Ahok di Balaikota (20/4/2017). Erwin adalah anak kandung dari Aksa Mahmud,
pendiri dan pemilik Bosowa Group yang bermarkas di Kota Makassar, adik ipar
Wapres Jusuf Kalla. Inipun kedatangan Anies dan Erwin ke Balaikota dengan
mengendarai Helikopter dari Lebak Bulus Jakarta Selatan ke Balaikota Jakarta
Pusat banyak menuai pro kontra, termasuk Partai Golkar sendiri meminta
penjelasan Erwin Aksa alasan mendukung Anies-Sandi.
Sepertinya,
penulis yakin bahwa Sandi kurang setuju atau memang tidak ketahui rencana Anies
naik "helikopter" bersama Erwin ini ?! Tapi entahlah..... !!! Tapi
Sandi suka naik Ojek lho bila kejar waktu. Sepertinya juga bukan inisiatif
Anies naik heli ini, namun Anies tidak bisa menahan diri untuk menolak ajakan
memakai moda helikopter ini ke Balaikota. Tapi kenapa yah, Anies begitu luluh
naik heli, tidakkah memikirkan dampak glamor yang beresistensi negatif dari
publik? Begitupun sebaliknya, ini menuai banyak sorotan di masyarakat. Entah
siapa yang punya helikopter itu, ada yang mengatakan milik Bosowa Group ada
juga mengatakan Lippo Group.
Bila kondisi
ini berlanjut, kemungkinan besar Anies dan Sandi akan pecah kongsi alias perang
urat saraf yang lebih cepat dari biasanya, bila Anies sebagai penentu utama
kebijakan tidak tahan diri dari pengusaha-pengusaha besar yang ada
disekelilingnya. Artinya Anies harus konsisten dengan eksistensinya serta
mengingat kesan dan pesan pada taglin "Salam Bersama" tersebut dengan
Sandi. Anies harus fahami bahwa Sandi itu adalah pengusaha besar juga. Ini bisa
terjadi perseteruan antar kelompok pengusaha internal yang mendukung mereka
sendiri, demi "perebutan kue" yang berlimpah ruah di Jakarta.
Apalagi
keputusan KPUD belum dan pelantikan masih jauh (oktober 2017), namun Anies
sudah menampakkan diri pada publik atas kedekatannya dengan beberapa pengusaha
besar pasca putaran kedua. Ini bisa saja membuat Sandi meradang, kesal dan lain
sebagainya. Walau sangat dikenal bahwa Sandi yang berkarakter sejuk dan santai,
tapi juga sebagai pengusaha besar bisa saja kecewa atas komitmen sebelumnya
yang dibangun bersama Anies, dengan melihat kondisi orang-orang yang lalu
lalang di sekitar Anies, bagaikan pahlawan kesiangan ditengah pengorbanan besar
seorang Sandi ?!
Demi
konsistensi atas taglin "Salam Bersama" Anies-Sandi, khususnya
pengusaha-pengusaha dibalik Anies minus kelompok Sandi, harus tahan diri dan menyadari
eksistensinya. Ingat pembagian tugas Anda. Jelas dalam kesepakatan awal
Anies-Sandi sudah bagi tugas. Kenapa Sandi fokus Ekonomi dan Infrastruktur,
karena sebagai pengusaha tentu sangat faham kondisi ini dan terlebih
pengorbanan materi Sandi jauh lebih besar dari Anies. Ingat taglin dan logo
yang Anda buat sendiri, jangan pecahkan komitmen itu demi rakyat Jakarta, demi
Indonesia. Jangan hanya pikirkan diri dan kelompok Anda.
Selamat
Datang Pemimpin Baru Jakarta.
Jakarta, 26
April 2017.
H.Asrul
Hoesein
#Noted
unduh Program DP Nol Rupiah
0 komentar :
Posting Komentar