Mencuci
baju mungkin pekerjaan yang remeh. Namun kadang-kita kita malas
melakukan pekerjaan ini setiap hari. Akhirnya pakaian yang harus dicuci
itu menumpuk di akhir pekan. Akhirnya mencuci di laundry menjadi pilihan
terakhir.
Namun usaha laundy atau binatu ini bisa mencemari lingkungan dan air. Banyak laundry yang menggunakan
deterjen fosfat tinggi yang tidak ramah lingkungan. Fosfat yang tinggi
menghambat pemurnian air sehingga dapat membuat air tanah dan air sumur
di sekitar lokasi pembuangan limbah tercemar.
ilustrasi
Laudry dengan IPAL
Tapi
kini sudah ada usaha laudry yang ramah lingkungan. Laundry ini memiliki
instalasi pengolahan air limbah (IPAL). Lokasinya ada di Kampung
Jarakosta, Desa Sukadanau, Kecamatan Cikarang Barat, Kabupaten Bekasi.
Usaha tersebut dikelola oleh Koperasi Desa Sukadanau (KDS).
Ketua Koperasi Desa Sukadanau Soemarmo mengatakan, usaha ini dirintis pada 2008. Menurut Soemarmo, ide membuat laundry muncul setelah melihat banyak karyawan pabrik di sekitar Desa Sukadanau yang memakai seragam.
Awalnya
KDS menjalin kerjasama dengan pengusaha lokal dan standar mutunya masih
sangat rendah. Koperasi ini kemudian bekerja sama dengan Coca-Cola
Amatil Indonesia (CCAI) sebagai bagian dari tanggung jawab sosial
perusahaan (CSR). Kata Soemarmo, sistem IPAL ini baru berjalan dua bulan
“Waktu
itu tidak memiliki IPAL. Tapi sekarang sudah ada. Teknologinya
sederhana saja. Kita menggunakan beberapa bak pengendapan. Kemudian ada
satu bak sebagai filter yang diisi dengan krikil dan serabut kapas serta
pasir. Jadi deterjen limbah cucian itu tersaring, dan air yang dibuang
sudah tidak berdampak pada lingkungan,” papar Soemarmo.
Ia
menambahkan, hasil pemeriksaan laboratorium Sucofindo juga menunjukkan
tidak ada limbah dari air buangan itu. Soemarmo mengakui untuk saat ini
air buangan itu belum bisa dimanfaatkan, namun nantinya akan diusahakan
agar airnya bisa digunakan untuk budidaya lele.
Menurut
Soemarmo belum ada pihak lain yang mengikuti usaha laundry ini.
Pasalnya, persyaratannya cukup berat, salain memiliki IPAL. juga harus
jauh dari pemukiman warga untuk menghindari bau yang tidak sedap.
Cucian lebih bersih
Usaha
ini mendapat respon positif dari warga sekitar. Ia mengklaim dari hasil
uji kepuasan pelanggan diketahui bahwa hasil cucian yang dilakukan KDS
diakui lebih bersih. Hal itu tercapai setelah unit usaha itu lebih
memperhatikan aspek lingkungan.
Harga
cucian juga tidak mahal. Untuk satu potong baju, Anda hanya
mengeluarkan uang lima ribu rupiah. Baju-baju ini dicuci dengan deterjen
yang sudah memiliki label ramah lingkungan. “Ternyata dengan lebih
memperhatikan dampaknya ke lingkungan, yang dihasilkan pun menjadi lebih
baik,” ujarnya.
Usaha
ini dijalani oleh karyawan, tiga orang punya tugas mencuci dan
menyetrika, sementara seeorang lainnya bertugas menjemur. Dalam sebulan
terakhir usaha laundry ini sudah menerima 1500 potong pakaian.
Kini
pihak CCAI memberikan kesempatan kepada KDS Green Laundry untuk
terlibat sebagai salah satu vendor yang bertanggung jawab terhadap
kebersihan pakaian karyawan CCAI.
Selain
IPAL, aspek lain yang diperhatikan KDS adalah penghijauan lingkungan
sekitar. Tujuannya, kata Soemarmo, untuk menyaring udara kotor.
Tanaman-tanaman ini rajin disiram dengan air yang sudah disaring itu.
Ref:
http://www.greenradio.fm
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
Topik Terkait [Related Post]
0 komentar :
Posting Komentar