WALAH... wanita yang kini menjadi sorotan dalam kasus ‘kursi haram’
alias ‘Andi Nurpati-gate’ ini bicara sekenanya di depan Panja Mafia
Pemilu DPR, Kamis (7/7). Caleg asal Sulawesi Selatan, Dewi Yasin Limpo
dalam keterangannya di depan Panja bentukan Komisi II DPR itu terlihat
begitu berapi-api dan terlalu ‘bersemangat 45’ saat menjawab setiap
pertanyaan anggota Dewan.
Dewi Yasin Limpo_rul |
Saat ke Jakarta pada 16 Agustus 2010, ia mengaku dirinya baru saja keluar dari Rumah Sakit di Sulawesi Selatan karena ginjalnya harus dioperasi. Pada saat bersamaan, dirinya pun sedang dirundung duka dengan meninggalnya sang ayah pada 23 Juli 2011. Ia mengaku, dirinya ke Jakarta bukan untuk mengurus-ngurus soal surat MK yang kini jadi masalah, tapi hendak menemui anaknya.
"Saya sibuk ini karena anak saya di Jakarta dua-duanya, jadi saya ke Jakarta bukan sibuk-sibuk menguruskan ini, saya punya rumah di jakarta sama anak saya satu-satunya perempuan. Tentu saya harus kontrol-kontro lebih dekat, bukan sibuk-sibuk itu," ungkapnya menjawab pertanyaan anggota Panja, Nurul Arifin dari Fraksi Golkar.
Selain itu, ia pun membantah pertanyaan Budiman Sujatmiko dari Fraksi PDIP, yang mengatakan bahwa Dewi Limpo yang datang ke kediaman Arsyad Sanusi dalam rangka menyusun surat palsu yang kini terus dipertanyakan.
Tetapi rupa-rupanya kedatangan Dewi ke rumah Arsyad karena kedekatannya dengan anggota keluarga Arsyad, Tira. Saat itu, dirinya diundang istri hakim Arsyad setelah menelepon Rara, keponakan Arsyad, usai berbelanja di Cempaka Mas. "Karena lapar dan mau makan, ada satu restoran sahabat saya, Tira. Tira itu ibunya Rara, keponakan Arsyad. Nah, istri Arsyad memasak pisang ijo. Kami lalu ke sana," kilahnya.
Dewi mengaku bahwa Hasan datang belakangan ke rumah Arsyad bersama dengan pacarnya Rara. "Ke Rumah Arsyad bukan dalam rangka bicarakan saya punya kasus, dan lain-lain. Ini sudah selesai, sudah basi. Masa saya tidak boleh bersilaturahmi dengan orang dekat," sergahnya.
Paparan Dewi tersebut ditujukan untuk mengungkapkan bahwa dirinya tidak pernah datang ke ruamah Arsyad untuk menyelesaikan rancangan surat palsu MK. Baginya asli atau palsu sama sekali tidak ada menguntungkan baginya.
"Kalau saya yang buat surat Palsu saya tidak akan kurangkan 1600 suara, kalau saya yang rancang maka akan saya angkat setinggi-tingginya. Tidak seperti itu, dari mana saya bikin surat bodo-bodo kali, walau saya tolol saya tidak akan bodoh seperti itu," tegasnya yang membuat siapa pun yang berada di ruang Komisi II ketawa terpingkal.
Dalam wawancara di layar TV pun, Dewi Yasin Limpo juga membantah bahwa dirinya merupakan dalang di balik pemalsuan surat MK. "Terlalu bodoh kalau saya memalsukan surat. Itu tidak menguntungkan saya," ujar Dewi saat diwawancara TV One, Kamis (7/7) malam.
Dewi mengaku tetap dirugikan dengan surat palsu MK tertanggal 14 Agustus 2009. Suaranya hilang sebanyak 1677 di daerah pemilihan Jeneponto, Sulawesi Selatan. "Apa untungnya, suratnya palsu atau asli sama saja," kelitnya. (*/Tribun/Jakpress)
Sumber: www.jakartapress.com
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar