Fakta dunia dalam merespon kelangkaan energi. Permasalahan energi
merupakan permasalahan Global yang pelik. Tak hanya Indonesia yang
dipaksa berpikir untuk mengabil langkah strategis, berjangka panjang,
berkesinambungan, di seputar masalah kebijakan energi.
China yang
mengonsumsi minyak 6,5 juta bph pada tahun 2004 dan diperkirakan memakai
10,5 juta bph pada tahun 2020, sedang melalukan “revolusi” energi. Juga
AS, negeri-negeri Eropa, dan sejumlah negara Asia seperti Jepang,
Thailand, dan India. Mengantisipasi hal yang demikian penggalangan
penemuan energi alternative mulai digalakkan seperti tercantum dalam
peraturan peresiden No. 5 Tahun 2006 (Anonim, 2011).
Menggunakan BBM juga terkendala pada harga. Minyak bukanlah sumber
energi yang murah. Sebagai perbandingan untuk menghasilkan listrik
sebesar 1 Kwh maka dibutuhkan Rp 2.000 dengan asumsi harga minyak adalah
Rp 6.000 per liter. Sedangkan jika memakai gas hanya membutuhkan 10 sen
untuk menghasilkan 1 Kwh.
Sebuah pertanyaan timbul, mengapa Indonesia
justru memakai energi minyak yang notabene lebih mahal daripada gas?
Padahal dengan mengimpor 600 ribu barel/hari Indonesia bukanlah negara
kaya minyak. Hal ini tentunya sangat berbeda dengan Arab Saudi sebagai
eksportir minyak yang hanya mengeluarkan 20% minyak untuk kebutuhan
domestik.
Adapun beban subisidi untuk minyak tidaklah kecil. Pada APBN
tahun 2011 untuk BBM saja butuh subsidi 92,7 trilliun rupiah ditambah
dengan subsidi listrik 40,7 triliun rupiah. Sedangkan migas sendiri
menyumbang pendapatan sebesar 20% dari APBN atau setara dengan 200
triliun rupiah jika APBN Indonesia 1000 triliun rupiah. Sebauh kenaikan
minyak 1 dollar per barel dapat menyebabkan defisit anggaran setengah
triliun rupiah. Sebuah tugas bagi pemerintah untuk lambat laun
mengurangi subsidi BBM karena Indonesia masih mengalami defisit untuk
minyak. Untuk beralih menggunakan gas, butuh infrastruktur yang baik
agar distribusi ke masyarakat dapat merata. Namun sayangnya pemerintah
belum menyiapkan fondasi pembangunan infrastruktur mulai dari 10-20
tahun yang lalu. Padahal Indonesia bukanlah negeri yang kaya akan
minyak. Batubara di Indonesia hanyalah 0,5% dunia saja, untuk gas
sebesar 1,7% dan minyak hanyalah 0,3% dari persediaan didunia (Pambudi,
2011).
Mengingat kelangkaan energi seperti BBM , apalagi Negara berkembang
seperti Indonesisa, sebagai gambaran kondisi ketersediaan minyak
berbahan bakar fosil. Menurut Blueprint Pengelolaan Energi
Nasional Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral (DESDM) pada tahun
2005, cadangan minyak bumi di Indonesia pada tahun 2004 diperkirakan
akan habis dalam kurun waktu 18 tahun dengan rasio cadangan/produksi
pada tahun tersebut. Sedangkan gas diperkirakan akan habis dalam kurun
waktu 61 tahun dan batubara 147 tahun.
Bahaya Energi Berbahan Bakar Fosil
Di satu sisi, menggunakan energi berbahan bakar fosil diisukan salah
satu penyebab terjadinya fenomena rumah kaca yang menyebabkan pemanasan
global dan berakibat pada perumabah iklim (climte change). Bahan bakar
fosil yang pembakarannya tidak sempurna dapat menyebabkan gas karbon
dioksida (CO2) naik kepermukaan bumi dan menjadi penghalang pemantulan
panas bumi. Hal tersebut menyebabkan tingginya suhu di atas permukaan
bumi yang membuat tipis lapisan ozon (O3) (Wahyuni, 2010).
Solusi dengan Biogas
Krisis energi dan kelangkaan energi serta bahaya yang ditimbulkan
oleh energi berbahan bakar fosil menyebabkan orang berlomba-lomba
mencari energi al-ternatif, ada yang memanfaatkan energi matahari, air,
maupun energi angin. Sejauh ini belum dapat ditemukan sumber energi yang
benar-benar bisa menggantikan bahan bakar minyak. Dengan ditemukannya
biogas dengan kandungannya yang mirip bahkan lebih tinggi dari
kandungan-kandungan BBM, seperti kalori, 1 m3 kalori biogas setara
dengan 0,6-0,8 liter minyak tanah dan untuk menghasilkan listrik 1 kwh
dibutuhkan 0,62-1 m3 biogas yang setara dengan 0,52 liter minyak solar.
metana dan molekul-molekul lainnya. sedikit tidaknya dapat membantu
dalam proses penghematan energi berbahan bakar fosil. Biogas juga sangat
cocok menggantikan minyak tanah, LPG, dan bahan bakar fosil lainnya.
biogas juga mengandung 75% metana (CH4). Semakin tinggi kandungan CH4
bahan bakar, semakin besar kalori yang dihasilkan. Selain itu, potensi
biogas sebagai bahan alternative pengganti gas alam karena
karaktristiknya sama (Wahyuni, 2010).
Biogas merupakan gas yang timbul jika bahan-bahan organic, seperti
kotaran sapi, kotoran manusia, atau sampah. Di rendam dan disimpan
didalam tempat tertutup atau anaerob (tanpa oksigen dari udara). Biogas
juga dapat terbentuk dalam kondisi alami. Akan tetapi untuk mempercepat
dan menampung gas ini, diperlukan alat yang memenuhi syarat terjadinya
gas tersebut. Jika kotoran ternak yang telah dicampur air atau isian
(slurry) dimasukkan ke dalam alat pembuat biogas maka akan terjadi
proses pembusukan aerobik dan anaerobic. Pada proses aerobic diperlukan
oksigen dan hasilnya berupa karbon dioksida (CO2) (Setiawan, 2008).
Biogas dan Lingkungan
Biogas yang dihasilkan dari instalasi secara tidak langsung telah
banyak membawa manfaat terhadap lingkungan. Limbah yang awalnya dibuang
disungai atau di septik tank, dengan dibangunnya instalasi biogas dapat
termanfaatkan dengan baik. Limbah tersebut diproses di dalam instalasi
yang tidak menimbulkan bau yang menyengat. Ampas atau sludge yang
merupakan keluaran dari digester biogas dapat diproses kembali menjadi
pupuk organic. Biogas yang telah ada minimal dapat mengurangi limbah
yang akan mencemari lingkungan (Wahyuni, 2010).
Pada umumnya, out put utama hasil pengolah limbah adalah gas sintesis
energi komersial dan produk organic hasil residu proses fermentasi
bahan organic. Gas metana yang hampir murni dari proses biogas ini,
dapat mensubstitusi energi komersisal baik dalam bentuk gas maupun dalam
bentuk cair. Limbah padat dapat dimanfaatkan sebagi pupuk organik atau
bahan industry bangunan atau sebagai bahan urugan (Anwar, 2007).
Teknologi yang digunakan dalam proses pembuatan biogas disebut
digester. Digester yang selama ini digunakan ada 4, yaitu 1). Reactor
kubah tetap (fixed-dome) terbuat dari pasangan batu kali atau
batubata/ beton, 2). reactor floating terbuat dari tong/drum/plastik, 3)
reactor balon terbuat dari plastik, dan 4). Reactor Fiber glass terbuat
dari fiberglass (Wahyuni, 2010).
Potensi Biogas
Setiap kotoran hewan memiliki potensi pada tingkat penyediaan gas dalam Kg berat kotoran (m3)
tersebut, seperti kotoran sapi (0,023-0,040), kotoran babi
(0.040-0.059), kotoran ayam (0,065-0,116) dan kotoran manusia
(0,020-0,028) (Wahyuni, 2010)
Sumber: Klik di SINI.
0 komentar :
Posting Komentar