Site Plan TPA Kota Banda Aceh |
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah untuk Kota
Banda Aceh terletak di Gampong Jawa Kecamatan Kutaraja. TPA ini memiliki luas
sekitar 20 hektar, dan yang terpakai baru 9 Ha dan dikelola oleh Dinas
Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda Aceh.
Lokasi ini memiliki fasilitas TPA terpadu (lengkap
dengan pemilahan sampah dan sanitary landfill-nya), Instalasi Pengolahan
Limbah Tinja (IPLT) dan fasilitas bengkel. TPA Gampong Jawa terbagi dalam 3
blok.
Saat ini pembuangan sampah dilakukan di blok B
sedangkan blok A sudah ditutup (sanitary landfill ) dan ditanami dengan
berbagai macam tumbuhan. Serei dan sansiviera cukup mendominasi selain tumbuhan
ini mudah tumbuh juga kemampuannya menyerap bau dan polusi serta mengeluarkan
bau harum .
TPA Gampong Jawa termasuk TPA terbaik di Indonesia
bahkan diperhitungkan ditingkat Asia, karena :
- TPA Gampong Jawa merupakan TPA pertama di Indonesia yang mengubah sistem operasional dari open dumping menjadi sanitary landfill pascalahirnya UU Pengelolaan Sampah. Sistem sanitary landfill adalah cara penimbunan sampah yang dilakukan di dalam tanah. Sistem ini yang menjamin kelayakan kesehatan, keamanan, dan keberlanjutan ekosistem di sekitar TPA, sehingga sampah yang dihasilkan masyarakat Banda Aceh yang jumlahnya hingga 160 ton/hari di-treatment dengan sangat baik. Dalam operasionalnya pada TPA selalu dilakukan penutupan harian (daily cover) dengan tanah, terhadap sampah yang ditimbun untuk mengurangi bau dan menghindari lalat. “Sanitary landfill Gampong Jawa dibangun dengan standar yang tinggi oleh BRR dengan bantuan konsultan ahli dari Belanda (Hasconing), dan pembangunannya juga sudah memehuni standar layaknya sebuah sanitary landfill, serta memiliki dokumen UKL/UPL.
- Alat-alat berat yang dimiliki sudah mumpuni dan mahal, contoh: mobil komposter, walaupun ukurannya kecil tapi sangat andal untuk menghancurkan batang pohon menjadi kepingan materi yang halus untuk pembuatan kompos. Bahkan, mobil yang dikontrol dengan remote control ini harganya 4 milyar.
Setiap harinya 150 unit truk sampah, truk kontainer,
mobil sampah, dan becak sampah hilir mudik di TPA Gampong Jawa ini dan setelah
dicatat muatannya, truk-truk ini masuk ke area sortir. Pada area inilah sampah
plastik dan organik akan dipisahkan. Untuk sampah plastik akan dijual kembali
kepada pengadah (selain mengurangi beban TPA juga ada pemasukan) sedangkan
sampah organik seperti dedaunan segar dikumpulkan untuk dimasukkan kedalam
mobil penghancur.
Mobil ini akan menghancurkan sampah (walau ukurannya
sangat besar) menjadi potongan-potongan halus sebelum mengalami
komposting. Selanjutnya, sampah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali
akan dibawa ke TPA yang sudah menerapkan sanitary landfill.
Sampah-sampah ini ditumpuk di sel pada TPA yang sudah diberlakukan khusus
yaitu pemasangan pipa air lindi sepanjang 1 km, layer-layer seperti
kerikil, tanah dan lapisan geotekstil (dijamin air lindi tidak mencemari
lingkungan), dan pemasangan pipa secara vertikal untuk mengalirkan gas
metana ( CH4) ke udara agar terhindar dari meledaknya timbunan sampah.
Komposting dari sampah-sampah organik yang akan
dimanfaatkan sebagai pupuk (hebatnya lagi, pupuk kompos yang diolah dengan baik
tidak akan berbau). Pupuk ini diberikan gratis bagi masyarakat yang ingin
bercocok tanam dan selebihnya digunakan untuk merawat taman-taman kota yang
juga merupakan tanggung jawab Dinas Kebersihan dan Keindahan Kota (DK3) Banda
Aceh.
Kolam lindi jaraknya tidak berjauhan dengan TPA blok
B. Kolam yang berbatasan dengan rawa bakau ini difungsikan sebagai kolam yang
menetralisir air limbah yang dihasilkan dari tumpukan sampah sebelum disalurkan
ke laut (kolam ini tidak berbau).
Dasar kolam yang saling berhubungan ini kedap air
karena dilapisi HDPE atau semacam lapisan plastik sehingga tidak akan mencemari
lingkungan (hal ini dibuktikan dengan hidupnya beberapa jenis ikan di rawa
bakau yang bersebelahan dengan kolam lindi).
Rawa bakau yang terletak di sekitar TPA dan IPLT masih
tergolong lahan milik pemerintah kota sehingga di masa depan masih dimungkinkan
untuk perluasan dan pembuatan sel-sel TPA yang baru.
DK3 Banda Aceh mempunyai dua IPLT yaitu IPLT bantuan
dari JICA dan IPLT bantuan dari UNICEF. Sistem pengolahan lumpur tinja pada
kedua IPLT ini sama, yaitu dengan menggunakan sistem anaerobik.
Proses pengolahan lumpur tinja ini memanfaatkan panas
matahari untuk pengeringan lumpur tinja menjadi pupuk kompos, dan memanfaatkan
gas metana yang terkandung dalam lumpur tinja sebagai sumber energi.
Ada dua jenis proses pengolahan tinja, yaitu
pengolahan limbah melalui rumah kaca dan pengolahan limbah melalui kolam-kolam
tinja. Kedua proses ini tidak memiliki perbedaan lama pengeringan dan
pengolahan tinja.
Hal yang menarik dari perjalanan di IPLT adalah
suasana yang dihadirkannya. tidak seperti namanya yang sangat menjijikan,
permandangan yang dihasilkan cukup bertolak belakang.
Selain itu, area ini sangat bebas bau, bahkan untuk
jarak 1 meter dari kolam pengeringan tinja. Kolam dan rumah kaca dikelilingi
oleh taman yang indah.
Selain taman yang indah dan ditumbuhi oleh berbagai
macam bunga, sayur mayur, dan pohon-pohon rindang, lahan IPLT juga terdapat
workshop tempat pembuatan furnitur.
ike furnitur, memanfaatkan daur ulang kayu bekas dan
kayu import dan menyulapnya menjadi furnitur yang bagus dan menarik. Tentunya
dengan harga yang lebih murah dan dijamin mutunya.Tiap bulannya, Dike Furnitur
memperoleh omset sebesar Rp. 60.000.0000.
Ada satu lagi fasilitas yang tersedia di lahan TPA
Gampong Jawa, Banda Aceh yaitu workshop. khusus di lahan ini, workshopnya hanya
untuk bengkel kenderaan, spa kenderaan, dan bengkel tong sampah. sedangkan
workshop daur ulang terdapat di Pante Riek di lahan yang berbeda dan cukup jauh
dari TPA Gampong Jawa.
Dalam rangka mengurangi sampah anorganik, terutama
sampah plastik, pada tahun 2008 DK3 Banda Aceh me-launching program bank
sampah dan kaderisasi sampah di sekolah-sekolah di Banda Aceh. Program bank
sampah adalah penempatan bak-bak yang menampung sampah-sampah plastik seperti
gelas bekas minuman mineral di sekolah. Sehingga, uang yang didapat dari
penjualan sampah tersebut kepada pihak Dk3 Banda Aceh, dapat digunakan pihak
sekolah sebagai tambahan dana kegiatan sekolah atau dibagikan kepada siswa yang
menabung sampah. Kini, terdapat 60 bank sampah yang tersebar di sekolah-sekolah
di Banda Aceh.
Begitu halnya dengan kaderisasi, yaitu membentuk
kader-kader sanitasi di sekolah-sekolah. Tujuannya, membantu meningkatkan
kesadaran siswa sekolah tentang sampah dan masalahnya. Saat ini sudah terdapat
165 binaan. Selain itu, pihak DK3 juga secara rutin menjadi pemimpin upacara di
sekolah-sekolah di Banda Aceh untuk tujuan serupa. Hal ini dikarenakan
pendekatan dengan para siswa merupakan pendekatan paling efektif untuk sebuah
perubahan, terutama di bidang kebersihan lingkungan.
Di tingkat gampong, DK3 telah menjadikan Gampong Ateuk
Pahlawan sebagai Pilot Project Bank Sampah Banda Aceh dengan memfasilitasi
pembentukan kelompok usaha bersama Bank Sampah “Gema
Bersama”. Rencana desa model bank sampah juga akan dilaksanakan di BPTP
Lampineung, Geuceu Komplek, Geuceu Kayee Jatho, Panteiriek, Lamteh, Lamtememen
Barat, Lamtemen Timur dan Seutui.
Saat ini TPA Gampong Jawa ramai dikunjungi terutama
dari kalangan mahasiswa, misalnya Jum’at (21/9/2012) 25 orang mahasiswa
Pascasarjana Unsyiah Jurusan Magister Teknik Sipil melakukan site visit
ke TPA Kota Banda Aceh dan sebelumnya mahasiswa S3 dari Kyushu University
Jepang. Ke depan TPA Kota Banda Aceh ini akan menjadi pusat studi untuk tingkat
nasional.
Sumber:
Dinas Kebersihan Banda Aceh Klik di SINI
0 komentar :
Posting Komentar