Sanitasi lingkungan sering dilihat dari aspek medianya. Buangan itu pasti akan dikeluarkan, kalau itu kemudian dikelola dengan baik artinya secara media, akan mengurangi dampak dari buruknya sanitasi tersebut.
Pembangunan wadah sanitasi di kota baru sangat mungkin dilakukan secara komunal. Teknisnya menggunakan pipa-pipa yang saling menyambung ke satu tangki septik yang terpusat.
Hal tersebut tidak mustahil dilakukan sebab wadah pembuangan untuk grey water yang meliputi buangan dari selokan dengan sistem terpusat pun sudah dilakukan di beberapa tempat terbatas, seperti di gedung-gedung. Tidak mustahil juga hal konsep utilitas perpipaan ini diperbesar untuk sebuah wilayah perkotaan.
Saat ini, ide mengenai wadah sanitasi komunal pun sebenarnya sudah mulai diterapkan di Kota Bandung sejak tahun 2008. Hanya saja, penerapannya masih terbatas pada kloset umum, belum ke rumah-rumah. Proyek yang dianggap sebagai bio-septic tank ini dibangun di atas tanah PDAM seluas 125 meter persegi dengan delapan kamar mandi di atasnya dan diperkirakan bisa dimanfaatkan untuk penggunaan 200 orang.
Jauh sebelumnya ketika masa kependudukan VOC, Kota Kembang ini juga memang telah mengenal konsep serupa, yakni sebuah wadah sanitasi komunal yang bisa untuk menampung 7.000 jiwa. Lagi-lagi, tatarannya belum menyentuh ke rumah antar rumah melainkan masih di lahan khusus untuk umum.
Dengan pembangunan tangki septik secara komunal melalui pipa berarti juga dapat mengurangi penyebaran penyakit yang diakibatkan oleh bercampurnya bakteri-bakteri di dalam tangki septik dengan air bersih yang diperoleh dari sumur gali. Ali menyebutkan, di Jakarta saja dengan sistem wadah sanitasi per rumah saat ini menyebabkan hampir 70% air tanah di Jakarta telah terinfeksi bakteri e-coli.
Tingginya angka infeksifitas air tanah oleh bakteri tersebut besar disebabkan oleh berdekatannya jarak antara tangki septik dengan sumur gali. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyak Nomor 33/PRT/M/2016 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Dana Alokasi Khusus Bidang Infrastruktur, jarak ideal antara sumur gali dengan cubluk (tangki septik) seharusnya 10 meter.
Akan tetapi, untuk kota padat seperti Jakarta, hal ini sulit diterapkan. “Kita kan gak tahu tetangga mau bikin septic tank di mana? Bisa di depan, belakang, samping atau berdekatan dengan septic tank kita?”
Dengan sistem wadah sanitasi yang dipusatkan, jarak ideal untuk sumur gali dengan tangki septik akan lebih mudah diwujudkan. Sistem perpipaan yang digunakan untuk konsep tangki septik komunal ini pun bisa lebih mempermudah pemantauan jika ada kebocoran yang rentan merusak lingkungan.
Hanya saja, pembangunan wadah sanitasi terpusat ini harus dilakukan di lahan bebas yang tidak terbangun gedung, permukiman, ataupun jalan.
Link: Daftar Harga Klik di Sini.atau di Sini.
0 komentar :
Posting Komentar