Pertanian Dalam Islam (dok-Asrul) |
Ilmu pertanian adalah ilmu yang mempelajari segala
sesuatu yang berhubungan dengan cara- cara pembudidayaan tanaman dan ternak,
baik yang berkaitan dengan aspek fisik, ekonomi, dan sosial kelembagaan yang
berubungan dengan pemecahan masalah-masalah pertanian dalam arti luas. Agama Islam merupakan salah satu
diantara beberapa agama Samawi. Allah menyampaikan Syariat Islam melalui
perantara Rasul-rasul-Nya. Ajarannya membimbing umat agar selamat di dunia dan
di akhirat dengan kehidupan yangseimbang antara keduanya. Untuk mewujudkan hal
tersebut, maka Allah membekali Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir dengan
kitab suci al-Quran.Firman Allah Swt: “Al Quran ini adalah pedoman bagi
manusia, petunjuk dan rahmat bagikaum yang meyakini”. (Q.S. al-Jatsiyah [45] :
20) Islam sebagai agama yang memiliki banyak dimensi, mulai dari dimensi
keimanan, akal pikiran, ekonomi, politik, ilmu pengetahuan, lingkungan
hidup,sejarah, sampai pada kehidupan rumah tangga dan masih banyak lagi.
Untuk memahami berbagai dimensi tersebut, kita memerlukan berbagai
pendekatan yangdigali dari berbagai disiplin ilmu. Sebagai salah satu sumbangsi
untuk mewujudkan harapan ini, penulis melalui Karya Ilmiah ini memaparkan
sebuah tulisan dengan judul:
“Sejarah Perkembangan Ilmu Pertanian Dalam Islam”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
seperti yang telah diuraikan di atas. Maka
penulis merumuskan beberapa landasan
permasalahan dalam menyusun karya ini sebagai berikut:
- Bagaimanakah ajaran Islam memandang pengembangan ilmu pertanian?
- Bagaimana sejarah pertanian pada abad keemasan Islam?
- Bagaimana sejarah perkembangan sejarah pertanian menurut ahlinya?
C. Tujuan
Penulisan
- Memberikan pemahaman yang jelas mengenai sejarah pertanian dalam Islam
- Mengungkap kebenaran tentang sejarah perkembangan pertanian.
- Memberikan gambaran pertanian di zaman dahulu.
D. Manfaat
Penulisan
- Menyadari kebenaran fakta sejarah perkembangan pertanian.
- Membentuk pola pikir yang tidak radikal dan sekuler dengan memahami sejarah perkembangan ilmu pertanian dalam Islam.
- Memberikan motivasi untuk meningkatkan hasil kinerja dengan pengetahuan sejarah ilmu pertanian.
Pembahasan
Batasan ilmu
pertanian pada pembahasan ini adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan budidaya
pertanian beserta teknologi pertanian. Bagaimanakah ajaran islam memandang
pengembangan ilmu pertanian tersebut. Sebelum beranjak ke sejarah pertanian,
kita perlu mengetahui tentang hadits perkembangannya.
A. Hadits Mengenai Pengembangan Ilmu
Dan Teknologi Pertanian
Di dalam
kitab shohih muslim dibawakan hadits yang diriwayatkan dari sahabat Anas
rodhiyallohu ‘anhu dia berkata: bahwasanya ketika sampai di Madinah Nabi
shollallohu‘alaihi wa sallam melewati suatu kaum (dari kalangan sahabat anshor)
yang sedang mengawinkan pohon kurma, maka beliau berkata: ”Sekiranya kalian
tidak melakukannya niscaya itu lebih baik.” Anas melanjutkan: “kemudian (mereka
tidak melakukannya) sehingga hasilnya jelek (gagal). Tatkala Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam kembali melewati mereka, beliau bertanya kepada mereka:
“Bagaimana dengan pohon-pohon kurma kalian?” Mereka berkata: ”Bukankah anda
yang mengatakan begini dan begitu ( mereka mengikuti perkataan Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam tersebut meskipun hasilnya jelek). Maka Nabi shollallohu
‘alaihi wa sallam bersabda: ”Kalian lebih tahu dengan urusan dunia kalian ”.
[Hadits Riwayat Imam Muslim No. 2363.]
Penjelasan
Ulama Tentang Hadits Ini : Berkata Syaikh Ali Hasan: ”Sesungguhnya penghalalan
suatu yang halal, pengharaman sesuatu yang haram, pensyari’atan ibadah-ibadah,
penjelasan mengenai kadarnya, tatacaranya, waktu-waktunya, peletakan
kaidah-kaidah umum dalam mu’amalat, tidaklah itu ada melainkan dari Alloh dan
Rosul-Nya, tidak masuk di dalamnya ulama dan umaro. Kita dan mereka sama tidak
mempunyai hak dalam hal tersebut, tidaklah kita kembali kepada mereka ketika
berselisih, hanyalah kami kembali kepada Alloh dan Rosul-Nya. Adapaun
perkara-perkara dunia, maka mereka lebih mengetahui dari kami: para ahli
pertanian lebih tahu mengenai apa yang lebih baik bagi pertanian dan lebih tahu
apa yang bisa meningkatkan hasil pertanian. Maka jika mereka mengeluarkan
keputusan tentang suatu hal yang terkait dengan pertanian, maka hendaklah kita
mengikuti mereka dalam masalah tersebut.”Sehingga mempelajari ilmu pertanian
dan mengembangkannya adalah boleh dan tidaklah terlarang. Dan masalah tersebut
diserahkan pada orang yang mempelajari pertanian atau pun orang-orang terjun di
bidang pertanian, tidaklah ada campur tangan agama dalam hal ini. Namun nanti
agama bisa ikut mengatur apabila sudah menyangkut pada masalah hukum misalnya
halal dan haram.
Dari uraian
di atas dapat diketahui bahwa Islam menyerahkan pengembangan ilmu dan teknologi
pertanian kepada ummat manusia. Karena ilmu dan teknologi pertanian adalah
urusan dunia. Merupakan suatu hal yang bijak dan tepat apabila suatu perkara
diserahkan kepada ahlinya. Maka pada masalah-masalah ilmu dan teknologi
pertanian diserahkan kepada ahlinya berupa ilmuwan, peneliti dan orang yang
berkompeten di bidang tersebut. Kemudian mungkin ada yang bertanya katanya
Islam agama yang sempurna dan mengatur segala sesuatu. Jawabannya memang Islam
merupakan agama yang sempurna yang mengatur segala urusan manusia. Kalau kita
mau mencari dalam suatu perkara maka islam telah mengindikasikannya. Tidak
terkecuali pertanian yang merupakan profesi yang telah ada sejak dulu kala
sebelum Rosululloh diutus, maka sungguh ajaran islam telah mengatur dan
memberikan arahan. Lalu bagaimana dengan ilmu dan teknologi pertanian yang ada
di zaman sekarang. Mungkinkah islam mengajarkan tentang membuat pupuk organik
organik, teknologi kultur jaringan dan membuat traktor? Saya jawab: ya!
Al-Quran telah memberikan jawaban untuk pertanyaan semacam ini. Bukan kah Alloh
berfirman:“Fas’alu ahladz-dzikri in kuntum la ta’lamuna” yang artinya
“Tanyakanlah kepada ahli Ilmu jika kalian tidak mengetahui” Jadi Al-Qur’an
telah mengisaratkan kepada kita untuk menanyakan suatu ilmu kepada ahlinya,
ketika kita mau membuat pupuk organik, dan teknologi kultur jaringan maka
Al-Quran/Islam menyuruh kita bertanya kepada ahlinya. Kalau mau membuat formula
pupuk organik maka bertanya dan belajarlah dari ahli pembuat pupuk organik.
Kalau mau belajar kultur jaringan maka belajarlah kepada ilmuwan dan peneliti
kultur jaringan. Lalu kalau ada yang bertanya adakah dalil baik dalam Al-Quran
atau As-Sunnah yang menjelaskan suatu cara budidaya atau teknologi pertanian
terkini misalkan saja cara menanam padi agar bisa dipanen cepat, teknologi
kultur jaringan atau petunjuk membuat traktor??
Jawabannya di dalam Al-Quran dan As-sunnah secara tersurat tidak akan
kita jumpai 1 ayat atau hadits pun yang menjelaskan hal-hal tersebut.
Seandainya
dalam Al-Quran dan As-Sunnah ada ayat dan hadits yang merinci perkembangan ilmu
dan teknologi pertanian maka diperlukan Al-Quran yang berjilid-jilid. Bayangkan
saja satu pengetahuan
atau teknologi pertanian kalau ditulis dan dibukukan bisa menjadi satu jilid
buku atau bahkan ada yang berjilid-jilid. Makanya Al-Quran dan As-Sunnah
menjelaskan pengembangan ilmu dan teknologi pertanian secara tersirat saja
yaitu berupa adanya ayat dari Al-Quran dan hadits dari As-Sunnah yang
memerintahkan kita bertanya atau menyerahkan urusan pengembangan ilmu dan
teknologi pertanian pada ahlinya.
B. Sejarah Pertanian pada Abad Keemasan
Islam
Para ilmuwan
Muslim membuat pola yang mengubah varian agrikultur tahunan. Penggunaan lahan
menjadi semakin produktif. Sistem irigasi diperbaiki dan diperluas. Teknologi
pertanian pada masa peradaban Islam memberi pengaruh dalam perkembangan
berbagai bidang. Sektor pertanian pada masa kejayaan Islam dianggap sebagai
pencetus bagi perkembangan teknologi selanjutnya. Sumbangan Islam bagi dunia tidak
hanya teknologi sebagai sebuah produk, tetapi juga dilengkapi uraian rinci
mengenai pembuatan produk teknologi tersebut. Kaum Muslim pada era Revolusi
Hijau atau Revolusi Pertanian pada abad ke-11 memberi kontribusi di banyak
bidang.
“Salah satu
aspek penting dari revolusi ini adalah pengenalan dan penyebaran berbagai jenis
tanaman baru ke dunia Islam,” jelas Ahmad Y al-Hassan dan Donald R Hill dalam
bukunya bertajuk Islamic Technology: An Illustrated History. Sejak itu, dunia
Islam mengenal tanaman, seperti padi, sorgum (sejenis gandum), gandum keras,
tebu, kapas, semangka, terung, aneka tanaman, serta beragam bunga. Dijelaskan
dalam laman muslimheritage, revolusi yang dimulai dari bagian paling timur
dunia Islam itu meluas ke seluruh wilayah kekuasaan Islam di tiga benua: Asia,
Afrika, dan Eropa. Kala itu, umat Islam dikenal sangat rajin mempelajari
tanaman-tanaman baru. Salah satunya ialah jenis tanaman tropis yang kemudian
diperkenalkan di wilayah Islam yang beriklim kering.
Pola ini
mengubah varian agrikultur tahunan, yaitu bercocok tanam tidak hanya pada musim
dingin, tetapi juga pada musim panas. Walhasil, penggunaan lahan menjadi
semakin produktif, sistem irigasi diperbaiki dan diperluas, berkembang pula
jenis pupuk serta cara pembajakan baru. Seiring itu, teknologi pengolahan
makanan berkembang dengan bervariasinya metode pengawetan, mulai dari
pengeringan, pengasinan, sampai pengasapan. Teknologi pengawetan makanan ini
menunjang usaha pemasaran hasil pertanian dan peternakan. Mesin air dan irigasi
Pemanfaatan air dan angin sebagai sumber energi juga mampu menyokong
produktivitas pertanian umat Islam. Teknologi ini secara tak langsung
mengilhami perkembangan ilmu mekanika dalam dunia Islam. Ilmuwan Muslim seperti
al-Jazari memberikan sumbangan besar bagi perancangan mesin. Sedikitnya ada
lima jenis mesin pengangkut air untuk memenuhi kebutuhan air di daerah-daerah
kering di Arab, terutama untuk kebutuhan rumah tangga serta industri dan
pertanian.
Penemuan
teknologi tersebut sangat membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air,
yang merupakan kebutuhan pokok manusia, terutama di daerah-daerah yang minim
air. Teknologi ini merupakan jawaban bagi keterbatasan ketersediaan alam bagi
manusia. Orang-orang Islam sejak abad ketujuh mengenal noria yang berfungsi
untuk mengangkat dan mengalirkan air ke lokasi yang membutuhkan bila permukaan
air rendah atau surut. Teknologi pembuatan jembatan dan sistem irigasi tidak
kalah pentingnya. Keadaan geografis suatu wilayah akan memengaruhi jenis
teknologi yang dihasilkan, termasuk di negara-negara Islam pada abad
pertengahan yang memiliki banyak sungai besar dan iklim kering di beberapa
wilayahnya. Teknik irigasi yang berkembang pada zaman Islam tidak lepas dari
teknologi irigasi yang telah ada seperti pada masyarakat Mesir Kuno.
Pada masa
Islam, teknik irigasi khusus memanfaatkan air bawah tanah dengan pipa yang
disebut qanat, yaitu terowongan yang nyaris horizontal dan menghubungkan sebuah
sumber air bawah tanah ke lokasi yang membutuhkan air. Teknologi irigasi ini memberikan
sumbangan yang sangat penting bagi dunia pada umumnya untuk mengatasi
kelangkaan air di suatu wilayah. Pembuatan kanal-kanal pun menjadi sebuah
teknologi yang sama pentingnya untuk memenuhi kebutuhan manusia akan air. Para
ahli teknik Muslim membangun bendungan untuk menyediakan dan mengatur air dalam
sistem irigasi. Sekitar abad kesembilan telah dibangun bendungan di Tunisia dan
Iran, kemudian abad ke-12 dibangun bendungan di Cordoba. Penopang utama
kekhalifahan Aktivitas di sektor pertanian ternyata mampu juga menjadi penopang
utama perekonomian kekhalifahan Islam. Perhatian dan dukungan dari para
penguasa Islam cukup besar bagi pelaku pertanian Muslim. Tak ayal, perekonomian
di dunia Islam semakin menguat karena dukungan sektor pertanian. Melihat
potensi ini, para ilmuwan pun mengembangkan berbagai dasar ilmu pertanian (‘ilm
alfilaha). Salah satu buku pertanian yang penting dan muncul pada era keemasan
Islam adalah kitab al-Filaha al-Nabatiyyakarya Ibn Wahsyiyya.
C. Sejarah Perkembangan Pertanian
Menurut Ahli
Menurut para
ahli pada zaman mesopotamia merupakan awal perkembangan kebudayaan, merupakan
sistem pertanian kuno. Negeri Cina merupakan sentral utama pertanian di Asia
Timur dimana sistem irigasi telah ada sejak tahun 1500 SM dan bajak sudah
dikenal sekitar tahun 200 SM. Meskipun pertanian sudah lama dikenal dan
dikembangkan manusia,ilmu pertanian baru berkembang sekitar tahun 350 tahun
yang lalu. Kebudayaan Mesir jaya,yang berpengaruh pada kebudayaan-kebudayaan
Barat sekarang,adalah makmur dalam keberlimpahan pertanian yang di mungkinkan
oleh adanya sungai nil yang menyuburkan tanah kembali.
Sepanjang
sungai nil diciptakan kebun-kebun fornal luas. Ilmu botani berasal dari pikiran
Yunani zaman itu.2 buah tulisan tekenal, History of Plants dan Causes of Plants
dari Theoparatus murid Aristoteles mempengaruhi Ilmu Botani hingga abad 17.
Praktek pertanian Romawi dibukukan secara baik.Dalam tulisan-tulisan pertanian
dicatat grafting and budding,penggunaan jenis varietas buah dan sayuran, rotasi
pupuk hijau,penggunaan pupuk kandang,pengembalian kesuburan tanah,bahkan
penyimpanan dingin untuk buah- buahan. Kemudian setelah kejayaan dialami,banyak
sistem pertanian tak sehat muncul.Dengan runtuhnya Romawi dan negeri
barat,kemajuan tekhnologi beralih ke Timur Tengah.
Dalam
perkembangannya, ada 3 tahap perkembangan pertanian, yaitu: pertanian primitif, pertanian tradisional dan
pertanian modern.
Pertanian
primitif merupakan penggunaan lahan dilakukan secara berpindah-pindah.Pada
pertanian primitif, kayu-kayu yang telah ditebang tidak dibuang dan
ditanam,melainkan dibakar. Sistem pertanian seperti itu dikenal dengan nama
‘huma; atau shifing cultivation. Ciri-ciri pertanian primitif, yaitu : produksi
pertanian dan konsumsi sama banyaknya dan hanya satu, dua atau beberapa tanaman
saja yang di jadikan sumber pokok bahan makanannya. Produksi dan produktivitas
rendah karena hanya menggunakan peralatan yang sangat sederhana. Penanaman atau
penggunaan modal hanya sedikit sekali Tanah dan tenaga kerja manusia merupakan
faktor dominan pertanian tradisional bersifat tidak menentu.
Pertanian
Tradisional merupakan Petani menerima keadaan tanah, curah hujan, dan varietas
tanaman sebagaimana adanya atau sebagaimana yang diberikan oleh alam. Ciri-ciri
pertanian tradisional, yaitu : tanaman pokok tidak mendominasi produk pertanian
Keberhasilan atau kegagalannya tidak tergantung pada keterampilan dan kemampuan
pada para petani dalam meningkatkan produktivitasnya, tetapi tergantung pada
kondisi-kondisi sosial, komersi dan kelembagaan.
Pertanian
modern atau pertanian spesialisasi menggambarkan tingkat pertanian yang paling
maju. Manusia menggunakan pikirannya untuk meningkatkan penguasaan terhadap
semua faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan hewan. Ciri-ciri dari pertanian modern, yaitu :
Pengadaan pangan untuk kebutuhan sendiri dan jumlah surplus yang bisa di jual,
bukan lagi tujuan pokok. Mendapatkan keuntungan komersial yang besar. Pertanian
Modern (spesialisasi) berbeda-beda dalam ukuran dan fungsinya mulai dari
pertanian buah-buahan dan sayur-sayuran yang di tanam secara intensif, sampai
kepada tanaman yang lain. Sistem pertanian modern yang demikian itu sekarang
dikenal dengan agri-bisnis. Perpaduan antara komersialisasi usahatani dan
modernisasi teknolgi membuat perolehan dan harga sarana produksi maupun produk
pertanian semakin tergantung pada kondisi pasar dunia. Apabila kita sepakati
bahwa komersialisasi dan penggunaan teknologi mutakhir adalah dua ciri utama
modernisasi pertanian, dan modernisasi pertanian merupakan arah pembangunan
yang akan di tempuh maka semakin besar pula ketergantungan pada sektor-sektor
agribisnis pada pasar dunia.
KESIMPULAN
Sebagai seorang muslim
kita diperbolehkan untuk mempelajari dan mengembangkan ilmu dan teknologi
pertanian. Ajaran islam mengarahkan seorang muslim untuk menyerahkan urusan
ilmu dan teknologi pertanian kepada para ahlinya. Sebagaimana perkataan
Rosululloh shollallohu ‘alaihi wa sallam yang menyerahkan urusan ilmu penyerbukan
atau pengawinan pohon kurma kepada petani-petani kurma anshor yang telah ahli
masalah tersebut. Rosululloh tidak menyuruh ummat islam untuk belajar ilmu dan
teknologi pertanian kepada Beliau karena tidak ahli dalam hal ini.
Sumber: Ihsan Sahabat Blogger Klik di Sini.
0 komentar :
Posting Komentar