Revolusi Mental Jokowi [dok_Asrul] |
INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2016
TENTANG
GERAKAN NASIONAL REVOLUSI MENTAL.
Download dan Klik di Inpres No.12 Tahun 2016 Tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental
Catatan "Asrul Hoesein Diary"
Saran kepada Pemda Provinsi/Kab/Kota di Indonesia, sebaiknya dalam mengawal Inpres Gerakan Nasional Revolusi Mental ini, dibuat Peraturan Daerah (Perda) dan Peraturan Gubernur, Bupati dan Walikota. (Gerakan Nasional Revolusi Mental Menuntut Keteladanan)
“Dalam
kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi manusia
yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong royong.”
“Revolusi Mental adalah suatu gerakan untuk menggembleng manusia
Indonesia agar menjadi manusia baru, yang berhati putih, berkemauan
baja, bersemangat elang rajawali, berjiwa api yang menyala-nyala.”
Itulah adalah gagasan revolusi mental yang pertama kali dilontarkan
oleh Presiden Soekarno pada Peringatan Hari Kemerdekaan 17 Agustus 1956.
Soekarno melihat revolusi nasional Indonesia saat itu sedang mandek,
padahal tujuan revolusi untuk meraih kemerdekaan Indonesia yang
seutuhnya belum tercapai.
Kita tahu, negeri ini telah mengalami penjajahan selama 350 tahun.
Selama itu pula bangsa kita mendapat penindasan, diperbudak, diperas
setiap tetes sumber daya manusia maupun alamnya. Karena itu setelah
merdeka, pekerjaan paling besar yang harus dilakukan oleh para pemimpin
bangsa adalah membangun mental manusia Indonesia. Caranya, dengan
gerakan revolusi mental itu.
Revolusi di jaman kemerdekaan adalah sebuah perjuangan fisik, perang
melawan penjajah dan sekutunya, untuk mempertahankan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Kini, 70 tahun setelah bangsa kita merdeka,
sesungguhnya perjuangan itu belum, dan tak akan pernah berakhir. Kita
semua masih harus melakukan revolusi, namun dalam arti yang berbeda.
Bukan lagi mengangkat senjata, tapi membangun jiwa bangsa.
Membangun jiwa yang merdeka, mengubah cara pandang, pikiran, sikap, dan
perilaku agar berorientasi pada kemajuan dan hal-hal yang modern,
sehingga Indonesia menjadi bangsa yang besar dan mampu berkompetisi
dengan bangsa-bangsa lain di dunia.
Kenapa membangun jiwa bangsa yang merdeka itu penting? Membangun jalan,
irigasi, pelabuhan, bandara, atau pembangkit energi juga penting. Namun
seperti kata Bung Karno, membangun suatu negara, tak hanya sekadar
pembangunan fisik yang sifatnya material, namun sesungguhnya membangun
jiwa bangsa. Bahkan masa depan suatu bangsa amat tergantung dengan
kemampuan mereka menjaga kebersihan dan kekuatan jiwanya.
Ya, dengan kata lain, modal utama membangun suatu negara, adalah
membangun jiwa bangsa. Tentu saja diperlukan keahlian, atau menguasai
keilmuan, namun tanpa dilandasi jiwa yang merdeka, pembangunan tidak
akan mencapai tujuannya.
Inilah ide dasar dari digaungkannya kembali gerakan revolusi mental
oleh Presiden Joko Widodo. Jiwa bangsa yang terpenting adalah jiwa
merdeka, jiwa kebebasan untuk meraih kemajuan. Jiwa merdeka disebut
Presiden Jokowi sebagai positivisme. Sedangkan jiwa budak, jiwa tidak
merdeka, atau jiwa yang tidak ingin maju adalah negativisme.
Nah, revolusi mental menurut beliau itu adalah revolusi jiwa bangsa
dari jiwa budak yang negativisme ke jiwa merdeka yang penuh dengan
keunggulan atau positivisme. Gerakan revolusi mental semakin relevan
bagi bangsa Indonesia yang saat ini tengah menghadapi tiga problem pokok
bangsa yaitu; merosotnya wibawa negara, merebaknya intoleransi, dan
terakhir melemahnya sendi-sendi perekonomian nasional.
Lewat gerakan revolusi mental, Presiden Jokowi bertekad membawa
Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat secara politik, berdiri di kaki
sendiri secara ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Dalam kehidupan sehari-hari, praktek revolusi mental adalah menjadi
manusia yang berintegritas, mau bekerja keras, dan punya semangat gotong
royong. Pemerintahan Presiden Jokowi berkomitmen untuk jadi pelopor
gerakan revolusi mental kepada masyarakat agar menjadi gerakan sosial,
karena pelaku revolusi mental adalah seluruh rakyat Indonesia.
Para pemimpin dan aparat negara akan jadi pelopor untuk menggerakkan
revolusi mental, dimulai dari masing-masing Kementerian/Lembaga (K/L).
Sebagai pelopor gerakan revolusi mental, pemerintah lewat K/L harus
melakukan tiga hal utama yaitu; bersinergi, membangun manajemen isu, dan
terakhir penguatan kapasitas aparat negara. Setelah pembenahan ke
dalam, dilakukan juga pembenahan ke luar lewat edukasi dan keterlibatan
masyarakat.
Gerakan revolusi mental terbukti berdampak positif terhadap kinerja
pemerintahan Jokowi. Dalam waktu yang tidak terlalu lama, ada banyak
prestasi yang diraih berkat semangat integritas, kerja keras, dan gotong
royong dari aparat negara dan juga masyarakat.
Pemberantasan ilegal fishing, pengelolaan BBM lebih bersih dan
transparan, pembangunan pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara,
pembangunan tol trans Jawa, trans Sumatera , dan Kalimantan, adalah
sedikit hasil dari kerja keras pemerintah Presiden Jokowi. Ke depan,
gerakan revolusi mental akan semakin digalakkan agar sembilan agenda
prioritas pemerintah yang tertuang dalam Nawa Cita bisa terwujud.(Tim PKP-Kemenkominfo)
Sumber: Menko Bidang Perekonomian
Salam Gerakan Indonesia Bersih
"Stop Korupsi di Indonesia"
Best regards,
H. Asrul Hoesein
Pendiri Green Corruption Watch
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar