Bismillah.... Detik 2016 Menuju 2017 [dok_Asrul] |
Beberapa jam, menit dan detik lagi tahun 2016 Masehi akan berganti menjadi detik pertama tahun 2017 Masehi. Sebagai umat beragama (Islam) tidak ada yang pantas terucap kecuali dengan "Rasa Syukur kepada Allah Azza Wa Jalla" karena masih sempat menghirup udara segar di bumi Indonesia (Jakarta) ini dengan baik dan sehat, semoga keluarga, sahabat, teman baik seagama maupu tidak se iman mendapat pula keberkahan dari Allah Swt. Aamin. Sehingga malam 31 Desember 2016 ini banyak-banyak berdoa dan introspeksi diri (muhasabah) agar Indonesia dan dunia ini damai dan sejahtera... Aamin Yra. Semoga
Mengisi penghujung tahun 2016 ini dan sebagai bukti syukur kepada Allah Swt, saya menposting tulisan ini dengan maksud "introspeksi" diri, agar hari esok jauh lebih baik dari hari ini. Insya Allah.
Dalam hal ini Rasulullah SAW. bersbda:
من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون. ( رواه الحاكم
“Barang siapa hari ini LEBIH BAIK dari hari kemarin, dialah tergolong orang
yang BERUNTUNG,
Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong orang yang MERUGI
dan Barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah tergolong orang yang CELAKA” (HR Hakim)
Barang siapa yang hari ini SAMA DENGAN hari kemarin dialah tergolong orang yang MERUGI
dan Barang siapa yang hari ini LEBIH BURUK dari hari kemarin dialah tergolong orang yang CELAKA” (HR Hakim)
Kita cenderung menggunakan jumlah uang, harta
kekayaan, dan kesuksesan dalam karir untuk mengukur untung dan rugi. Hari ini,
kita diajak untuk melihat untung dan rugi dengan perspektif lain. Dengan
menggunakan konsep “pertumbuhanâ”. Yaitu, konsep untuk bertumbuh. Terus
bertumbuh. Dan terus bertumbuh dari hari kemarin, menuju ke hari ini, dan
melanjutkannya ke hari esok tahun 2017 yang Insya Allah penuh berkah.
Konsep ini, tidak hanya berlaku bagi orang-orang
yang sedang membangun kesuksesan non-material belaka. Anda yang tengah berfokus
kepada kesuksesan material juga bisa menggunakannya sebagai sarana untuk
meningkatkan kinerja kapital Anda. Jika Anda mendapatkan seribu rupiah kemarin,
anda mesti mendapatkan lebih dari seribu hari ini. Jika tidak, maka artinya Anda rugi, atau malah bangkrut. Dari sudut pandang ilmu ekonomi, uang seribu
rupiah hari ini nilainya lebih rendah dari seribu rupiah kemarin sebagai
konsekuensi dari inflasi. Jadi, hikmah yang diajarkan seribu lima ratus tahun
lalu ini (dalam Hadits Nabi MUhammad Saw tersebut diatas) sungguh sangat relevan dihari ini, di hari dan tanggal 31 Desember 2016.
Tapi, memang benar bahwa untuk sesaat kita perlu keluar dari alam
materialistik menuju kepada dimensi non-materialistik. Toh, tubuh kita terdiri
dari dua bagian penting; fisik dan non-fisik. Komponen fisik dibangun oleh
unsur-unsur material. Sedangkan komponen non-fisik disusun oleh unsur-unsur
non-material. Oleh karenanya, untuk menjadikan diri kita utuh; kita harus
bersedia menembus hal-hal non-material itu.
Dalam perspektif non-fisik, konsep ini mengisyaratkan dua aspek penting.
Aspek pertama berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan atau keahlian. Singkat kata, kita ditantang untuk memastikan bahwa pengetahuan kita hari ini
lebih banyak atau lebih baik dari hari kemarin. Maknanya? Kita mesti
benar-benar menerapkan apa yang biasa kita sebut sebagai "long life
learning process" Ibu saya yang tidak berbahasa Inggris
yang hanya pandai berbahasa bugis dan pula buta huruf menasihatkan kepada ke tiga anaknya (Azies, Asma dan saya sendiri Asrul); "Abbacako Matteru". Artinya, "jangan pernah
berhenti belajar". Dan itu betul. Sebab, jika kita berhenti belajar,
maka pengetahuan kita di hari ini tidak lebih baik dari hari kemarin. Jika
demikian, kita tidak termasuk orang yang beruntung. Profil keluarga saya bisa baca Klik di SINI.
Aspek kedua berhubungan dengan perilaku, sikap serta tindak-tanduk kita.
Aspek ini bisa menjadi lebih penting bobotnya dari yang pertama. Karena, kita
sudah tahu bahwa sikap bisa berarti segala-galanya. Orang yang sikapnya buruk,
kemampuan belajarnya juga buruk. Sehingga dengan sikap buruk, kita tidak bisa
mengadopsi keterampilan dan keahlian yang lebih baik. Kata orang bijak "Belajarlah dari Dirimu dan Dari Orang Lain"
Jadi untuk menilai apakah kita untung, rugi atau bangkrut caranya sederhana,
yaitu; membandingkan hari ini dengan hari kemarin sebagai acuan (tanya diri masing-masing, hati kita akan menjawab secara jujur dan pasti dan tanpa kebbohongan).
Jika kita bisa
menjadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka kita sungguh menjadi
orang yang beruntung itu. Namun, seandainya kita hanya bisa menjalani hari ini
dengan nilai yang setara dengan hari kemarin, maka sesungguhnya kita ini
merugi. Apalagi seandainya dihari ini, perilaku kita, sikap kita, cara berpikir
kita lebih buruk dari hari kemarin. Maka, kita masuk kedalam kelompok
orang-orang yang bangkrut.
Jelas sudah bahwa sesungguhnya, Nabi Muhammad SAW mengajari kita
tentang sebuah prinsip sederhana, yaitu; manjadi manusia yang lebih baik,
dari hari ke hari. Bisakah Anda membayangkan seandainya kita menjadi lebih
baik setiap hari? Tentu pencapaian kita akan semakin baik dari hari ke hari
juga. Intin dan Kuncinya adalah Iqra, Iqra dan Iqra (Baca, Baca dan Bacalah)
Baca di Perintah Pertama Al-Quran; Baca
Alquran Al-Alaq [dok_Asrul] |
Tulisan atau Posting Terkait:
1. Perintah Pertama Al-Quran; Baca.
2. Dokumentasi Keluarga Asrul
Jakarta, 31 Desember 2016
Pukul 23.00 WIB
Best regards,
H.Asrul Hoesein
Owner
TrashGoogleBlogs
Green Indonesia Foundation
Green Corruption Watch
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar