Social Entrepreneurship [dok.Asrul] |
Pengertian sederhana dari Social Entrepreunership adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan menggunajan kemampuan Entreprenuership untuk melakukan perubahan sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare), pendidikan, dan kesehatan (healtcare). Social Entrepreneurship mencoba melayani pasar yang belum digarap, menghilangkan kesenjangan dalam kesejahteraan , pendidikan, kesehatan , demografis dan peluang kerja. Jikalau business entrepreneurs keberhasilannya diukur dari keuntungannya atau pendapatannya, maka social entrepreneur keberhasilannya diukur dari manfaat yang dirasakan masyarakat. Social Entrepreneurship sebenarnya bukan sebuah lembaga atau organisasi bentukan dari sebuah perusahaaan swasta dan lembaga pemerintahan . Akan tetapi murni sebuah usaha yang bergerak di bidang sosial. Social entrepreneur awalnya mempunyai inti pemberdayaan dalam bidang kemasyarakatan yang bersifat kedermawaan dan sukarela. Dan tidak menekankan pada usaha yang menghasilkan profit, dan jika ada profit itu bukanlah tujuan utamanya dan nilainya di bilang kecil. Karena inti utamanya adalah pemberdayaan dan kemaslahatan bersama. Richard Cantillon (1755) menyatakan entrepreneur adalah seseorang yang mengelola perusahaan atau usaha yang mendasarkan pada akuntabilitas dalam menghadapi resiko yang terkait. J.B.Say (1803) mengartikan enterpreneur sebagai seseorang yang mampu meningkatkan nilai sumber daya ekonomi ke tingkat yang lebih tinggi, baik produktifitasnya maupun nilainya. Dari pengertian tersebut social enterpreneur sesungguhnya adalah agen perubahan yang mampu untuk :
· melaksanakan cita-cita, mengubah dan memperbaiki nilai-nilai sosial.
· menemukan berbagai peluang untuk melakukan perbaikan.
· selalu melibatkan diri dalam proses inovasi, adaptasi, pembelajaran yang terus menerus.
· bertindak tanpa menghiraukan berbagai hambatan atau keterbatasan yang dihadapinya.
· memiliki akuntabilitas dalam mempertanggungjawabkan hasil yang dicapainya kepada masyarakat.
Dan akhir-akhir ini terjadi pergeseran dalam social
enterpreneurship yang semula merupakan kegiatan non-profit menjadi
kegiatan yang berorientasi bisnis. Dan menjadi populer terutama setelah
salah satu tokohnya Dr.Muhammad Yunus, pendiri Grameen Bank di
Bangladesh mendapatkan hadiah Nobel untuk perdamaian tahun 2006. Yang
mana Yunus mengenbangkannya dengan pemberdayaan masyarakat di segmen
kurang mampu secara keuangan, tidak hanya menghasilkan kesejahteraan
sosial masyarakat tetapi ternyata juga mendatangkan sebuah keuntungan
secara finansial. Dapat dilihat dari banyaknya tenaga kerja yang
terserap, seperti ribuan pengemis dan tumbuhnya UKM ( Usaha Kecil
Menengah ) yang terbentuk dari usaha peminjaman uang dengan bunga murah.
Social enterpreneurship tersusun atas 3 aspek. Volantary Sector bersifat sukarela. Public Sector menyangkut kepentingan bersama. Privat Sector yang berunsur pribadi orang yang bersangkutan.
Social Enterpreneunship makin berperan dalam pembangunan ekonomi karena ternyata mampu memberikan daya cipta nilai-nilai sosial maupun ekonomi, yakni:
1. Menciptakan kesempatan kerja.
Manfaat ekonomi yang dirasakan diberbagai negara dari social enterpreneur adalah penciptaan kesempatan kerja yang baru. Selain itu
memberikan peluang kerja terhadap penyandang cacat dilibatkan
dalam kegiatan produkti.
2. Inovasi dan kreasi.
Berbagai inovasi terhadap jasa kemasyarakatan seperti misalnya: penanggulangan HIV dan narkoba, pemberantasan buta
huruf, kurang gizi, yang mana belum tertangani oleh pemerintah
dapat dilakukan oleh kelompok social enterpreneunship dengan
penuh dedikasi.
3. Modal sosial.
Merupakan bentuk yang paling penting dari berbagai modal,
karena walaupun dalam kemitraan ekonomi yang paling utama adalah
nilai- nilai: saling pengertian, kepercayaan, dan budaya kerja
sama, semua ini adalah modal sosial. Bank dunia
menyatakan pula bahwa permasalahan yang kritis dalam
penanggulangan kemiskinan adalah modal sosial yang tidak memadai.
Selanjutnya dibangun jaringan kepercayaan dan kerjasama yang makin
meningkat sehingga dapat mengakses pembangunan fisik, aspek
keuangan dan sumber daya manusia. pada saat unit usaha dibentuk dan
saat usaha sosial mulai menguntungkan maka makin banyak sarana sosial
dibangun.
4. Peningkatan Kesetaraan
Salah satu tujuan pembangunan ekonomi adalah terwujudnya
kesetaraan dan pemataraan kesejahteraan masyarakat. Dan melalui
sosial enterpreneurship tujuan ini dapat diwujudkan, karena
pelaku bisnis yang semula memikirkan keuntungan, selanjutnya akan
memikirkan pemerataan pendapatan agara dapat dilakukan
pembangunan ekonomi yang berkelanjutan.
Contoh kesuksesan sosial entreprenuership telah ada sejak
dulu, contohnya Dr. Maria Montesori ( Itali ), yang mengembangakan
lembaga pendidikan untuk anak-anak dan John Mulr ( USA ) yang membuat
lembaga perlindungan konservasi kebun binatang serta membuat lembaga
bernama sierra club. contoh lain adalah oraganisasi-organisasi atau lembaga peindepen hasil bentukan kensepsi Social
Entrepreneurship, yakni the Goerge Foundation’s Women’s Empowerment,
Asoka : Inovators For the Public, The Skoll Foundations, The Omidyar
Network, The Schwab Foundation For Social Entrepreneurship, The Canadian
Social Entrepreneurship Foundation, dan Echoing Green Among other.
Di Indonesia sebenarnya contoh sukses social entrepreneurship
sudah ada beberapa, contohnya Lembaga Amil dan Zakat, seperti dompet
dhuafa dan rumah zakat. Kedua lemabaga tersebut dalah contoh lembaga
yang awalnya merupakan inisiatif beberapa orang untuk mengadakan donasi
dan untuk mengurusi masalah zakat, infaq, dan shodaqoh. dan ini
berkembang sangat pesat sehingga berkembang menjadi rumah sakit bersalin
gratis, mobil jenazah keliling dan berobat gratis di berbagai pos
kesehatan yang tersebar di kota-kota besar di Indonesia. Sehingga
kemanfaatannya tentu saja bukan hanya dampak untuk kemaslahatan umat,
tetapi juga keuntungan secara finansial.
Tidak di pungkiri bahwa angka pengangguran di Indonesia masih
terlihat tinggi. Walaupun masih ada pro dan kontra dalam statistik
angkanya, tapi tidak susah mencari pengangguran dan angka PHK. Dan tak
sulit menjumpai pengemis, gelandangan, dan preman-preman di perempatan
kota besar. Dan social enterpreneunship memmbantu meringankan beban
orang-orang yang kurang mampu. Tidak hanya mengandalkan lembaga
pemerintahan yang beratas namakan departemen kesejahteraan. Masyarakat
secara pribadi bisa bergerak sendiri. Dan menghasilkan efek ganda. Jika
selama ini lembaga-lembaga sosial tersebut hanya di pandang sebuah ajang
aktualisasi diri untuk saling membantu sesama, maka sebenarnya dengan
membangun sendiri social enterpreneunship juga akan mendatangkan profit
secara finansial. Hal ini bisa diterapkan sejak dini untuk memupuk rasa
kemanusiaan dan pemahaman apa itu social entrepreneurship.
Berbagai tantangan yang dihadapi oleh social entrepreneurship
antara lain adalah masalah pendanaan, pendidikan untuk para pemimpin di
masa mendatang yang menyadari tentang pentingnya social
entrepreneurship, dan kurangnya insentif yang di berikan oleh pemerintah
untuk meringankan beban lembaga-lembaga yang bergerak di bidang sosial.
Oleh karena itu social entrepreneurship harus didukung oleh social
investor agar inovasinya dapat diwujudkan. Dan harus disadari bahwa
social entrepreneurship bukanlah satu-satunya obat untuk mengatasi
permasalahan sosial yang dihadapi, karena dalam kenyataannya sangat di
pengaruhi oleh kerangka dan struktur perekonomian yang berlaku di suatu
negara. Namun sekiranya harus ada keberanian untuk mulai membentuk
perubahan sehingga setiap individu harus di upayakan untuk dapat menjadi
pembuat perubahan dilingkungannya.
Best regards,
Owner TrashGoogleBlogs
Print this page
0 komentar :
Posting Komentar